Tentang Cia 33

269 2 0
                                    

"gimana dok?" tanya Ravi.

"maaf pasien sudah meninggal dunia" jawab dokter itu.

Mendengar itu Ravi langsung tertawa hambar dan menggelengkan kepalanya.

"dokter kalo bercanda jangan kelewatan dong" ucap Ravi.

"saya tidak bercanda" ucap dokter itu.

Ravi yang tidak percaya langsung mengecek denyut nadi Ana dan nihil denyut nadi itu hilang dan menyisakan wajah Ana yang memucat dengan mata indahnya yang terpejam.

Ravi keluar ruangan dengan air mata yang terus mengalir membuat semuanya penasaran apa yang terjadi.

"kenapa Vi?" tanya Zahra.

"Ravi Ana baik-baik aja kan?" tanya Sarah.

"Vi Ana baik-baik aja kan Vi?" tanya Saffa.

Saffa yang geram karena Ravi yang tak kunjung menjawab langsung menyentaknya.

"jawab anjing!" ucap Saffa membuat semuanya terkejut.

"sabar Fa" ucap Dira.

"bro Ana gakpapa kan?" tanya Agam.

"Ana udah gak ada" jawab Ravi.

"lo jangan becanda" ucap Saffa.

"lo liat sendiri aja! Ana udah meninggal!" jawab Ravi dengan lantang membuat semuanya menangis.

"gak mungkin anak aku meninggal, kamu bercanda kan Vi?" tanya Sarah.

"saya gak bercanda tante" jawab Ravi dengan tegas.

Semuanya menangis begitu pun dengan Ravi.

"sayang kenapa kamu ninggalin aku? aku sekarang sendiri disini gak ada yang gangguin aku lagi, gak ada yang bikin aku repot lagi, gak ada yang bawel lagi" batin Ravi.

Hanya tangisan yang terdengar. Semuanya menangis atas kepergian Ayana Valencia Derleen. Sosok perempuan hebat yang bisa melewati masalah yang terjadi padanya.

Kini Ana sudah tidak merasakan lagi sakit fisik maupun batin. Ana sudah bahagia disana melihat semuanya menangisi dirinya karena kepergiannya.

Orang tua Ana semakin merasa bersalah karena kematian anaknya. Mereka belum sempat membuat anaknya ini bahagia.

"maapin bunda sayang" batin Sarah.

"maafin papa princes, papa tahu kamu pasti udah bahagia kan" batin Arzan.

Tak lama dokter pun keluar dengan membawa jasad Ana yang akan dipindahlan keruang jenazah.

Dira dan Saffa langsung memeluk jasad sahabatnya itu.

"Ana lo tega ninggalin kita disini" ucap Saffa.

"sahabat gue hebat banget bisa lewatin semuanya" ucap Dira.

"kita sayang sama lo Na" ucap mereka berdua.

Begitu pun dengan orang tua Ana dan Ravi, mereka memeluk jasad Ana untuk terakhir kalinya.

Agam dan Dafa pun mendekat ke jasad Ana dan mengelus rambutnya dengan lembut sembari mengucapkan.

"selamat tinggal princes" ucap mereka bedua.

Terakhir Ravi menghampiri jasad sang kekasih. Dengan tangan yang bergetar, Ravi mengelus wajah Ana dengan lembut dan menciumnya.

hikss
hikss

"kamu jahat ninggalin aku" ucap Ravi.

"bangun Ciaa bangun" Ravi berteriak sembari memeluk tubuh Ana.

"bangun, gue mau lo bangun" ucap Ravi dengan lirih.

"udah Vi kamu harus ikhlas" ucap Zahra.

"aku gak akan pernah ikhlas" ucap Ravi.

Ravi bangkit dan menghapus jejak air matanya lalu berkata.

"ini cuman mimpi pasti dan ini prank kamu kan sayang? kamu ngeprank aku kan?" tanya Ravi kepada Ana yang sudah jelas-jelas Ana sudah tiada.

"bro ini nyata, bukan mimpi" ucap Agam membuat Ravi tersadar.

Ravi kembali melihat jasad yang ada didepannya lalu mencium kening Ana untuk terkahir kalinya.

"i love you to sayang" ucap Ravi dan semua yang ada disana menangis melihat Ravi.

Ana pun segera dimandikan dan Arzan segera mengurus pemakaman untuk Ana.

Tanpa kerumah duka terlebih dahulu, Ana langsung dimakamkan di TPU yang berada tak jauh dari rumah Ana.

Saat akan dimasukkan keliang lahat, Ravi turun untuk mengangkat jenazah sang kekasih.

Dengan air matanya yang terus mengalir, Ravi mengangkat Ana dengan hati-hati sampai Ana sudah beres dimakamkan.

Ravi memeluk gundukan tanah yang masih basah itu. Ravi masih menangis.

"nak kita pulang dulu yaa, kita pulang kerumah Ana. Nanti kamu nyusul ya" ucap Zahra.

Ravi tidak menjawab karena dia masih setia memeluk gundukan tanah itu.

"sayang, aku cape tahu nangis terus" ucap Ravi.

Sahabatnya yang melihat itu pun merasa iba dan membujuk Ravi supaya ikut pulang.

"Vi pulang yuk, udah mau sore ini" ajak Dafa.

"kalian duluan aja, gue mau nemenin Cia" ucap Ravi.

Agam yang geram pun langsung menyeret kerah baju belakang Ravi dan memukulnya.

bughh

"lo sadar anjing, Ana udah gak ada. Lo jangan lemah, lo harus kuat.. lo harus kuat didepan orang tua lo dan orang tua Ana" ucap Agam.

Ravi terdiam seakan akan menyadari apa yang sudah terjadi membuat dirinya kembali menangis.

"gue belom bisa ikhlas" ucap Ravi.

"lo pasti bisa Vi, sekarang pasti Ana lagi liatin lo nangis di atas sana. Lo harus bangkit Vi, lo pasti bisa" ucap Agam.

Ravi pun bangkit dan kembali mendekati makam Ana. Ravi mengelus papan nama yang berisi nama, tanggal lahir dan tanggal kematiannya.

Ravi mengecup papan nama itu lalu berkata.

"sayang, aku pulang dulu ya.. aku bakal sering kesini kok tenang aja" ucap Ravi.

Lalu mereka pun dengan berat hati meninggal kan makam Ana dan pulang kerumah Ana.

Sesampainya disana, Ravi langsung memberikan amlpop kepada mereka dan meminta izin untuk masuk ke kamar Ana.

Ravi masuk dengan membawa amplop yang sempat Ana berikan padanya.

ceklek

Bau parfum yang sering Ana pakai tercium di indra menciumnya membuat Ravi kembali merasakan sesak di dadanya.

Ravi duduk di ujung kasur queen size milik Ana yang kini pemiliknya sudah pergi untuk selamanya.

Ravi membuka amplop itu dan tertera tulisam yang rapi. Ravi pun membacanya.








●●●●●●●●●●

jangan lupa vote, share, dan kasih tanda kalo ada typo ya gess

papaiiiii

Tentang Cia | endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang