Tentang Cia 31

159 2 0
                                    

Ravi terbangun dari tidurnya saat jam menunjukkan pukul 7 malam. Selepas pulang sekolah dia belum berganti baju karena dia terlalu rindu kepada kekasihnya itu sehingga melupakan berganti baju.

"yang aku ganti baju dulu ya" Ravi pun berlalu kekamar mandi untuk berganti baju.

Setelah itu Ravi kembali pamit kepada Ana untuk ke kantin guna membeli makanan untuknya malam ini.

Dua puluh menit Ravi menghabiskan waktunya di kantin karena dia ingin merokok sebentar.

Saat membuka ruangannya, Ravi kaget karena Ana tidak ada didalam sana. Dia pikir dirinya salah ruangan tapi ternyata tidak.

"CIAA" Ravi berteriak memanggil Ana namun tidak ada yang menyahutinya.

Ravi langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi para sahabatnya guna membantu mencari Ana.

"kerumah sakit sekarang, Cia ilang" ucap Ravi.

Tak lupa Ravi menghubungi keluarganga dan keluarga Ana. Tetapi saat Ravi menghubungi keluarga Ana, mereka bilang tidak bisa membantunta karena mereka sedang diluar kota.

"bangsat, anaknya ilang aja masih mikirin kerjaan" Ravi langsung menyimpan ponselnya.

Ravi keluar ruangan Ana, dia berniat menanyakannya kepada suster atau dokter yang menanganinya.

Saat keluar, Ravi melihat Ana yang tengah dibawa oleh seorang suster dan berjalan kearahnya membuat Ravi berlari dan memeluknya erat.

"Cia" ucap Ravi sedangkan Ana tersenyum melihat Ravi yang dilanda kepanikan.

"kenapa?" tanya Ana pelan.

"kamu kemana aja?" tanya Ravi dengan suara yang bergetar.

"aku ada disini" jawab Ana.

"maaf mas, tadi mbaknya dibawa untuk melakukan CT Scan oleh dokter, guna mengetahui apakah masih ada cidera ditubuh pasien" ucap suster itu.

"tapi kenapa tidak meminta persetujuan saya terlebih dahulu?" tanya Ravi.

"Ken udah, ini aku yang nyuruh kok kamu gak usah kamu salahin susternya" ucap Ana.

Setelah itu, Ravi menyuruh susternya untuk membawa Ana kembali keruangannya.

Dirasa cukup, suster tersebut pamit dan sekarang tinggal mereka berdua dengan Ravi yang terus menggenggam jemari Ana.

"kenapa?" tanya Ana.

"kapan bangun? kok aku gak tau?" tanya Ravi.

"sewaktu kamu keluar dari kamar mandi aku tu dah bangun, tapi belum buka mata, trus kamu kan izin kekantin abis tu aku buka mata dan langsung mencet tombol darurat ini karna kepala ku sakit trus dokter kesini dan aku dibawa ke ruang CT Scan buat dicek" jelas Ana dengan pelan karena dia masih belum bisa berbicara seperti biasanya.

"aku panik tau gak" ucap Ravi setelah mendengar penjelasan dari Ana.

"maaf ya bikin kamu panik" ucap Ana dengan berusaha tetsenyum.

Tak lama dari itu pintu kamar terbuka dan muncullah Saffa yang sudah menangis, diikuti Dira, Dafa, Agam dan bang Rio.

"Vi si Ana belom ketemu?" tanya Saffa karena dia tidak melihat Ana sedang berbaring.

"udah" jawab Ravi.

"mana?" tanya Saffa.

Ana pun melambaikan tangannya dan berkata "hai gaiss" ucap Ana.

Mereka yang melihat itu pun kaget dan hanya diam sampai beberapa menit kemudian Dira dan Saffa langsung menerjang Ana dengan pelukannya.

"huaaa besti gue udah sadar" ucap Saffa.

"jangan kenceng-kenceng meluknya" ucap Ana dengan pelan.

"eh iya iya maap, kita terlalu bersemangat ni" ucap Dira.

"lo kapan bangunnya?" tanya Dira.

"tadi, gak tau jam berapa" jawab Ana.

"lah terus katanya si Ravi lo ilang" ucap Saffa.

"kalian tanyain aja sama dia, gue cape ngomongnya" ucap Ana.

Mereka pun menanyakan langsung kepada Ravi dan bertepatan dengan itu, orang tua Ravi datang dengan wajah paniknya.

"Vi mantu mommy mana?!" ucap Zahra saat pertama kali memasuki ruangan.

"mom sabar mom jangan berisik" ucap Daren.

"gimana gak berisik orang mantu mommy ilang" ucap Zahra.

"mommy, mommy tenang aku gak ilang kok" ucap Ana dengan pelan.

Mendengar itu pun Zahra langsung menghampiri Ana dan memeluknya. Zahra pun banyak bertanya tetapi Ravi yang selalu menjawab.

"yaudah sekarang kamu istirahat, jangan banyak gerak dulu biar cepet pulih" ucap Zahra.

Ana pun menurut. Dia langsung memejamkan matanya karena dia merasakan cape.

Kembali kepada Ravi. Kini Ravi sedang berada diluar ditemani sahabatnya dan juga sahabat Ana.

"jadi orang tua si Ana pas ditelfon itu malah bilang tolong urusin mereka lagi diluar kota buat ngurusin bisnis mereka?" tanya Agam.

"iya gitu, malah gue gak denger tuh ada suara panik atau apa" jawab Ravi.

"wah orang tua macam apa itu, gak abis pikir gue sama mereka" ucap Dafa.

"terus kita harus gimana?" tanya Dira.

"gue pengen omongin semuanya sama Ana terus gue mau nyuruh dia buat ambil keputusannya" jawab Ravi.

"apa lo yakin?" tanya Dafa.

"gue yakin" jawab Ravi dengan tegas.

Setelah itu mereka kembali keruangan rawat Ana dan menunggu Ana bangun sembari memesan makanan.

"lo yang bayar ya?" tanya Agam.

"lo mah pengen gratisan mulu" ucap Saffa.

"emang lo gak mau?" tanya Agam.

"ya mau lah" jawab Saffa membuat mereka semua tertawa.

"lo pesen aja sepuasnya ntar gue bayar" ucap Ravi membuat mereka memekik senang.

**
Keesokan harinya, Ana meminta Ravi untuk mengajaknya berjalan-jalan karena dia sudah mulai bosan berada dirumah sakit.

"Ken ayok jalan-jalan" pinta Ana.

"nggak Cia, kamu belum sehat" ucap Ravi.

"aku udah sehat Ken" ucap Ana.

"aku bilang nggak ya nggak Ayana Valencia" ucap Ravi membuat Ana terdiam.

"nanti kalo kamu udah sepenuhnya sehat, aku janji bakal bawa kamu jalan-jalan.. kemana pun itu" ucap Ravi.

"beneran?" tanya Ana.

"bener sayang" jawab Ravi.

"oh iya ay aku mau ngomong" ucap Ravi.

"apa?" tanya Ana.

"your parents are back" ucap Ravi membuat Ana terdiam.











●●●●●●●●●●

jangan lupa vote, share, dan kasih tanda kalo ada typo ya gess

papaiiiii

Tentang Cia | endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang