9. Bertandang ke rumah nenek

967 104 0
                                    

Haidar berjalan ke parkiran dengan lesu. Dia mengantuk sekali sore ini, ingin cepat-cepat tidur di kasurnya yang nyaman.

"Woy, Dar! Lo ngapain? Kita rapat ege"teriak temannya di sebrang tempatnya memarkir motor. Namanya Arsyadi atau temannya sering memanggilnya Yadi, ia anak IPS dan salah satu anggota OSIS.

"Hah? Rapat apaan?"

"Lo ketua masa gak tau, Dar? Cek grup OSIS coba, di grup Pak Cahyo ngumumin kita rapat OSIS"

Sialan. Haidar sudah mengantuk ditambah tiba-tiba saja kepalanya pusing. Mungkin karena mendengar hari ini rapat OSIS. Haidar paling malas untuk ikut rapat.

Ngomong-ngomong soal Pak Cahyo, guru olahraganya itu selain mengajar olahraga ia juga membimbing rapat dan kegiatan OSIS.

"Gue izin gak ikut rapat, Yad. Gue lagi sakit nih"ucap Haidar sambil memegang kepalanya.

"Ada Janu, kan? Dia aja dulu gantiin gue, dia kan wakil"sambungnya.

"Oke deh, gue duluan"balas Yadi sambil mengacungkan jempol pada Haidar.

Sepeninggalan Yadi, Haidar langsung saja pergi menggunakan motor metic kesayangannya. Ia menyusuri jalan raya yang ramai dengan pengendara motor lainnya.

Ia memilih jalan memutar sore ini. Selain karena ingin jalan-jalan terlebih dahulu, Haidar ingin bertandang ke rumah neneknya yang sudah cukup lama tidak ia kunjungi karena kesibukannya.

Ingin bertukar kabar dengan HP saja sewaktu-waktu Haidar tidak punya waktu untuk berkunjung tapi neneknya itu tidak tau cara menggunakan benda itu. Jadi disinilah dia, didepan rumah neneknya.

Rumah neneknya berada di tempat cukup padat penduduk dan di sekitar rumah neneknya juga bukan orang-orang sibuk, jadi Haidar tidak perlu khawatir neneknya akan kesepian.

Setiap sore kalau Haidar pergi ke rumah neneknya, Haidar akan melihat anak-anak kecil bermain di pinggir jalan atau di halaman rumah warga yang cukup luas.

Berkumpul bermain petak umpet atau sepeda, dengan ibu-ibu yang siap mengawasi anak-anaknya sambil mengobrol tentunya.

Setiap sore itu juga, Haidar akan ikut menonton diteras rumah neneknya. Sorak anak-anak itu membuat senyumnya mengembang. Teriak-teriakan yang sebagian besar orang menganggapnya berisik, bagi Haidar itu sesuatu yang perlu ia abadikan didalam kepalanya.

Ah, suasana rumah neneknya memang yang terbaik dari segala rumah yang pernah Haidar kunjungi.

"Idar? Cucuku... kemana aja baru main ke sini?"

Perkataan histeris neneknya membuat Haidar tersadar lalu ia memasang wajah cengengesan andalannya.

"Sibuk, Nek"jawab Haidar sambil mencium tangan neneknya. Haidar juga mengelus permukaan tangan neneknya yang sudah tidak kencang itu.

"Kamu alasan terus kalo disuruh main ke sini. Nenek tadi mau beli sayur, eh, didepan udah ada kamu. Kenapa gak langsung masuk?"

"Gak papa, Nek, mau aja. Idar juga gak lama disini"

"Kamu masuk dulu sana, Nenek mau beli sayur. Kamu makan disini dulu, ya? Baru pulang"pinta sang Nenek.

Kalau neneknya sudah begini mana bisa Haidar menolak. Pulang malam juga tidak apa-apa.

"Iya, Idar anter ya, Nek?"

"Halah! Gak usah. Kamu masuk aja sana"

"Idar mau sekalian jalan-jalan, Nek," Haidar berkata sambil berjalan ke arah motornya yang tadi ia taruh di halaman rumah neneknya.

"Yo wes, ayo. Jangan ngebut-ngebut tapi kamu!" Neneknya memperingati.

Haidar balas dengan tertawa. Neneknya ini rupanya masih teringat waktu dulu ketika pertama kali Haidar baru bisa mengendarai motor.

Just FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang