13. Razia rambut.

1K 104 6
                                    

Siapa, sih, yang suka hari Senin? Haidar yakin kalau sebagian penduduk di bumi yang bulat ini tidak menyukai yang namanya hari Senin.

Hari Senin memang patut dihindari. Kalau ada yang bilang ia suka hari Senin, harus Haidar curigai bahwa ia bukan penduduk bumi.

Seperti Haidar misalnya, ia tidak suka hari Senin dimana ia harus mengikuti kegiatan upacara pagi ini. Dia dipaksa harus berdiri mendengarkan pidato dari kepala sekolah yang sejak tadi tak juga kunjung selesai membuat Haidar makin kesal.

Bukan cuma itu, hari ini setelah selesai kegiatan upacara siswa laki-laki tidak di izinkan pergi dari lapangan karena akan diadakan razia rambut.

Siapa lagi kalau bukan Pak Cahyo yang menyerukan razia mendadak ini. Haidar hanya bisa tersenyum miris dalam hati.

Sudah satu bulan lebih Haidar tidak pernah memangkas rambutnya. Kini panjangnya bahkan sudah seperti rambut anak perempuan yang tomboy kalau kata Aji.

Motivasi Haidar tidak memotong rambutnya sih karena ia ingin gondrong agar tampan seperti Iqbal Ramadhan.

"OSIS tolong untuk maju buat ikut bapak ngerazia" suara menggelegar Pak Cahyo dari arah podium membuat seluruh anggota OSIS maju kedepan lapangan.

Ketika dirasa ada yang kurang matanya berkeliaran menatap seluruh siswa laki-laki di lapangan lalu matanya memicing tajam saat ia melihat Haidar yang masih asyik berdiri di barisannya. Ia terlihat mencoba menutupi badannya dengan siswa yang berdiri di depannya.

"OSIS tolong untuk maju kedepan" Ucap Pak Cahyo sekali lagi dengan penekanan karena tak kunjung melihat pergerakan dari Haidar.

Haidar sebenarnya merasa terpanggil tapi enggan untuk maju, ia pura-pura tidak mendengar perkataan Pak Cahyo didepan. Ia melihat ke kanan-kiri dengan was-was mencari cara agar tidak dirazia.

"Dar! Maju sana, lo OSIS bego!" Hanan berseru kencang di belakang Haidar. Ia kesal melihat Haidar yang malah umpetan menghindari tatapan tajam Pak Cahyo disana.

"Dar Dar! Liat tuh, Pak Cahyo, serem anjir. Liat, tuh, matanya Dar! Cepetan maju!"

"Anjir, Haidar!"

"Haidar Azka Prananta!"

"Woy, budeg!"

"Anjing lo!"

Haidar terus saja mengabaikan Hanan yang mengoceh dibelakangnya. Hanan tidak paham situasi atau bagaimana, sih? Kalau ia maju pasti Pak Cahyo melihat rambutnya yang panjang dan berakhir ia di gunduli. Haidar kan takut.

"Nah, ini dia." Haidar kaget saat mendengar suara Pak Cahyo yang sudah berada di sampingnya. Gurunya itu menepuk-nepuk pundaknya dengan keras.

"Ngapain kamu disini celingak-celinguk kayak maling? Maju kedepan!" Seru Pak Cahyo sambil menggeret Haidar dengan paksa untuk maju kedepan bersamanya.

Haidar berdiri di depan lalu tatapannya menyapu teman-temannya yang lain yang masih berbaris rapi di tengah lapangan. Apa hanya dia sendiri yang terkena razia? Sial sekali kalau begini nasibnya.

Haidar tersenyum kecut melihat Hanan yang sepertinya senang dengan kesialan Haidar. Lalu Aji yang juga sedang mengejeknya.

Awas saja mereka, akan Haidar musuhi saat dikelas nanti.

Masih asik bergelut dengan pemikirannya, Pak Cahyo berserta teman satu organisasinya mendekat.

Gurunya itu melepaskan topi yang bertengger apik di kepala Haidar membuat Haidar refleks memegang kepalanya dengan panik "Eh, Pak, kembaliin topi saya, dong, Pak"

"Liat rambut kamu, sengaja kamu manjangin rambut kayak gini?" Pak Cahyo berkata sembari menarik rambut Haidar dengan kasar membuat Haidar meringis sakit.

"Kayaknya kamu emang paling suka kalo saya yang motong rambut kamu!"

"Jangan, dong, Pak! Saya potong rambut sendiri aja"

"Alasan aja kamu. Waktu itu sudah saya peringatkan Haidar! Kamu harus potong rambut" balas Pak Cahyo kesal.

Gemas dengan muridnya ini Pak Cahyo menarik lagi rambut Haidar dengan kencang membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Kamu ini, mau manjangin rambut kayak perempuan? Sekolah ini punya peraturan dan kamu ketua OSIS, harusnya bisa menjadi contoh buat temen-temen kamu!"

Haduh, harusnya Haidar tadi iya-iya saja.

Haidar pasrah saja kalau sudah begini, ia menunduk diam saat Pak Cahyo memulai memotong rambutnya. Tidak sampai gundul hanya saja ini petal. Sedangkan teman-temannya yang lain tertawa melihatnya terutama para siswi yang menonton dari pinggir lapangan.

Ketika sudah selesai, barisan dibubarkan dan Haidar berniat meminta kembali topinya yang berada di tangan gurunya itu.

"Awas aja saya liat kamu ngelanggar peraturan sekolah lagi" tukas Pak Cahyo sembari memberikan topi abu-abu ditangannya kepada Haidar.

Istirahat pertama Haidar sudah merasa lemas hingga ke tulang-tulang membuatnya langsung cepat-cepat berlari ke kantin sekolah.

Biasanya Haidar ke kantin saat pagi sebelum bel masuk atau jam istirahat kedua. Efek upacara serta patah hati karena rambutnya yang gagal gondrong membuatnya butuh energi ekstra.

"Dar! Tumben gue liat lo ke kantin, sini!" Seru Eric yang duduk di tengah kantin bersama Damar dan juga Janu serta dua temannya yang Haidar sendiri tidak tau namanya.

Haidar yang masih memesan nasi kuning mengernyitkan dahinya memandang Eric yang masih saja memanggil-manggilnya dari arah mejanya membuatnya entah sadar atau tidak mendapatkan keluhan dari arah meja yang lain.

Haidar membawa sepiring nasi kuning dan es teh kemudian menghampiri teman-temannya. Agak canggung memang karena tidak ada satupun dari mereka yang dekat dengannya.

Seperti Eric yang cuma sebatas kenal karena dia teman sekelasnya lalu Janu karena dia menjadi kandidat untuk maju di OSIS bersamanya tahun lalu.

Baru ingin menyendokan sesuap nasi kuning ke dalam mulutnya, Eric merangkul keras pundaknya membuat nasi kuning yang berada disendoknya buyar.

Bukannya merasa bersalah, Eric hanya cengar-cengir tidak jelas menatapnya. "Basa-basi dulu lah, Dar."

"Eh, tumben, nih, ketos kita udah ngantri aja di kantin. Dari tadi juga gue liat-liat lo pake topi mulu, Dar?" Imbuh Eric yang sengaja menggoda Haidar. Ia menyentil topi abu-abu yang Haidar kenakan.

Haidar balas merangkul Eric, ia pandangi temannya itu dengan malas. "Sut, diam. Rakyat biasa dilarang bersuara" ucap Haidar sembari menempelkan jari telunjuknya di bibirnya.

"Anjing."

Perkataan Haidar yang di sambut umpatan dari Eric mendapat gelak tawa oleh yang lain.

"Oh, iya, kenalin gue Dirta" ucap seseorang yang duduk disamping Janu di tengah tawa yang mereda itu.

"Gue Maliki, biasa di panggil Malik" tutur yang satu lagi pada Haidar.

Haidar membenarkan topinya lalu berkata, "Gue Haidar, ketua OSIS yang baru aja di razia."

Perkataan Haidar lagi-lagi mengundang tawa dari teman-temannya, bergema memenuhi meja yang berada di tengah-tengah kantin itu.

"Anjir, ternyata lo seru juga" ungkap Dirta sambil memukul meja yang di balas wajah menggoda super jelek milik Haidar.

"Hahahaha ..."

Just FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang