2. Sakit di hari pertama

1.7K 163 2
                                    

Haidar memutuskan berangkat terlebih dahulu Selasa pagi ini. Dia berangkat pukul enam dikarenakan semalam Damar yang terus bergerak saat dia tidur membuat Haidar tidak nyaman dalam tidurnya. Kalau kata Haidar mungkin sedang membiasakan diri, biasanya dia sendiri juga seperti itu. Tidak bisa tidur nyenyak kalau hari pertama di tempat orang.

Saat motor maticnya tiba di parkiran, hanya ada satu kendaraan yang terparkir di sana. Helm standar yang biasa ia gunakan dilepas, lalu ia taruh di salah satu kaca spion motornya. Walaupun jarak sekolah dan kosnya terbilang dekat, Haidar terlalu malas untuk jalan kaki apalagi saat pulang. Ia yakin akan pingsan karena terlalu panas.

Haidar tak langsung berjalan di lorong sekolah, ia melewati jalan diluar samping sekolahnya untuk menuju ke kantin yang terletak di belakang sekolahnya. Hitung-hitung untuk mengganjal perut yang belum terisi karena ia berangkat terlalu pagi dari biasanya.

Hanya nasi uduk yang di pesannya dengan segelas teh hangat manis buatan ibu kantin.

Hari ini terasa dingin, mungkin sebab tadi malam hujan melanda kotanya. Ya, walau hanya sebentar, sekitar jam delapan malam dan berhenti pada jam setengah sepuluh.

Kelas sudah masuk dari 5 menit yang lalu, tetapi Haidar tidak melihat batang hidung Damar sama sekali. Biasanya ia sudah memperhatikan pelajaran di meja depan.

Haidar jadi gelisah sendiri, kalau-kalau sesuatu terjadi pada temannya itu.

Jika dulu Damar tidak masuk, Haidar akan biasa saja, dia tidak peduli. Tapi sekarang berbeda, Damar telah menjadi teman sekamarnya di kos, Haidar tidak mau dimarahi ibu kos nya.

Dia pernah memiliki teman sekamar saat tahun pertama ia memasuki SMA, di SMA yang sama pula tetapi di kelas yang berbeda. Baru saja 3 bulan berjalan, temannya itu pindah sekolah. Ia bilang tidak betah jika bersekolah di tempat yang Haidar tempati.

Karena itu tahun pertama jadi ia tidak terlalu mengetahui teman sekamarnya dulu. Haidar masih malu-malu hanya untuk sekedar basa-basi lebih. Dan berakhir Haidar di marahi ibu kos karena dituduh tidak menjaga teman sekamarnya dengan baik.

Untung saat itu Haidar masih terima-terima saja. Kalau sekarang, jangan harap. Ia akan maju dengan berbekal mulut licinnya.

"Damar absen? Kemana dia?"

"Temennya ada yang tau?" Tambahnya.

Pertanyaan Pak Abay, guru Kimia itu membuat seisi kelas ikut bertanya-tanya.

Haidar ikut pura-pura tidak tau, ikut diam celingak-celinguk. Daripada ia mengatakan kalau dia teman sekamarnya, yang berakhir dia diberi pertanyaan 'kenapa tidak tau? Kamu kan teman sekamarnya' membuat Haidar pusing setengah mati saja.

Pelajaran Kimia ini membuat Haidar pusing, ya, walaupun lebih baik ketimbang mata pelajaran Fisika yang membuat otaknya tidak jalan sama sekali.

Ia hanya corat-coret bukunya tanpa memperhatikan Pak Abay yang masih menjelaskan didepan, kalau sudah pusing Haidar lebih memilih tidak memperhatikan sama sekali. Dia lebih sayang mentalnya yang terguncang.

1 menit lagi istirahat, berbeda dengan guru lain yang lebih memilih langsung keluar saja. Pak Abay ini jika belum jarum panjangnya benar-benar pas dia tidak akan keluar. Benar adanya kalau waktu adalah uang tapi kalau prinsipnya seperti Pak Abay ini mohon jangan ditiru.

Jam sudah mendekati pukul dua siang hari, kebiasaan Haidar jika di jam seperti ini ia akan mengantuk, lemas, pusing, lapar dan berbagai tetek bengek lainnya. Apalagi ditambah ia menggunakan waktu istirahat hanya jalan menyusuri lorong sekolahnya tanpa niatan membeli sesuatu.

Sejak beberapa menit yang lalu Haidar sudah menidurkan kepalanya di mejanya, ia kewalahan dengan penyakit-penyakitnya ini yang selalu datang di jam-jam siang waktu sekolahnya. Di luar juga terasa semakin panas, terlihat dari bayang-bayang di atap perumahan. Padahal tadi pagi terasa begitu dingin.

Just FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang