8. Satu kelompok

989 102 0
                                    

Mata pelajaran kedua itu Bahasa Indonesia dan materi kali ini adalah teks observasi. Mereka di minta untuk melakukan diskusi tentang observasi lingkungan dan mempresentasikan hasil diskusi minggu depan.

"Kelompoknya mau Ibu bagi atau kalian milih sendiri?"tanya Bu Titik menawarkan.

"Pilih sendiri aja, Bu."

"Gak, Bu. Kalo milih sendiri pasti itu-itu aja kelompoknya"

Sesaat perkataan itu di lontarkan sekelas langsung tidak kondusif. Mereka berdebat dengan banyak alasan apalagi kaum hawa. Ada yang setuju ada yang tidak setuju.

"Oke, oke, kalo gitu ibu pilihkan aja, ya"

desahan kecewa dan seruan senang di kelas 11 IPA 1 melambung bersamaan dengan keras.

"Ibu bagikan, ya? Tidak menerima protes"

Saat nama-nama disebutkan banyak dari mereka yang mengeluh diam-diam. Alasannya ada yang jarak rumahnya jauh, ada yang tidak saling kenal atau bahkan enggan karena bukan dari lingkaran pertemanannya.

"Selanjutnya, kelompok lima ada Chania Aprilia, Damar Pratama, Haidar Azka Prananta dan Hanafi Malik"

Sekelas langsung saja bersorak mendengar Chania satu kelompok dengan Haidar. Siapa yang tidak tau kedekatan mereka berdua? Maka dari itu sekelas kompak menjodohkan mereka berdua.

"Ada apa ini?"tanya Bu Titik keheranan.

"Chania sama Haidar lagi PDKT an, Bu!"

Bu Titik mengangguk mengerti lalu berkata, "Nanti kalo jadian temen-temennya di traktir, ya, Chania, Haidar"

"Gak ada, Bu!"bantah Chania. Ia merenggut mendengar perkataan Bu Titik.

"Iyakah, Haidar?"

"Gak ada lah, Bu"

Bu Titik hanya tersenyum geli sambil mengangguk kecil.

"Sekarang kita ke materi dulu, ya, anak-anak. Minggu depan ingat udah harus selesai"

"Iya, Bu ..."

Tiba-tiba Eric menoleh ke belakang, menatap ke arah Haidar dengan mulutnya yang komat-kamit sambil membisikkan sesuatu pada teman sekamarnya. Sesekali Eric tertawa dan masih melirik Haidar di belakang.

Haidar yang kebetulan melihat jadi berburuk sangka. Ia menatap galak Eric membuat Eric langsung melihat ke arah depan. Memperhatikan Bu Titik yang sedang menerangkan materinya.

Setelah setengah jam berlalu Bu Titik meminta mereka duduk sesuai kelompok.

Suasana kelas yang tadinya hening karena sebagian murid memilih tidur jadi berisik. Mereka menata meja dan bangku sesuai jumlah kelompok.

Berbeda di kelompok lain yang aktif, kelompok lima terasa sangat cangung. Haidar duduk disampingnya Chania dan didepan terdapat Hanafi beserta Damar.

Tidak ada dari mereka yang membuka suara lebih dulu membuat Hanafi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jadi, gimana?"kata Hanafi mencoba mencairkan suasana. Ia melirik teman-teman disekitarnya.

"Kalo di kerjain di sekolah kayaknya gak bakal selesai"ucap Damar menyahuti.

Yang lain langsung membenarkan dalam hati. Mereka tidak punya waktu jika mengerjakannya di sekolah.

"Kalo kerja kelompok mau dimana?"tanya Haidar.

"Gue ngikut aja, deh"

"Di rumah gue gak bisa, soalnya adek gue suka ganggu"tutur Chania. Sebenarnya bisa saja Chania mengajak temannya itu mengerjakan dirumahnya tapi dari pada di ganggu adiknya lebih baik jangan.

"Rumah gue jauh"ujar Damar pada yang lain.

"Gue ngekos"jawab Haidar cepat sambil menatap ke arah Hanafi dan diikuti oleh Chania juga Damar. Satu-satunya harapan kali ini hanya Hanafi.

"O-oke, deh. Di rumah gue aja, aman, kok."

"Eh, buat grup nya dulu jadi nanti enak buat bagiin tugas kalo lagi jauh, sekalian share location rumah lo"

"Oke, deh, Chan. Tapi gue gak ada nomor lo"

"Gue ada"celetuk Haidar. Ia segera membuka HP nya dan mengirim nomor Chania pada Hanafi.

Grup dengan judul 'presentasi observasi' selesai dibuat oleh Hanafi via WhatsApp. Tak lupa ia menambahkan teman-temannya ke dalam grup.

Haidar melihat anggota didalam grup dan hanya ada satu kontak yang belum ia simpan. Nama Haidar, Chania, Hanafi berurutan dari atas ke bawah dan yang terakhir hanya deretan angka yang bisa Haidar tebak siapa pemilik kontak tersebut.

Bel pergantian mata pelajaran berbunyi membuat satu kelas menghela nafas lega. Akhirnya mata pelajaran Bahasa Indonesia selesai juga.

Bu Titik langsung membereskan buku-bukunya dan segera pamit meninggalkan kelas dan yang lain sibuk menata kembali meja dan bangku seperti semua.

Pak Abay kali ini memasuki kelas 11 IPA 1 lagi membuat murid-murid didalamnya mendesah malas.

"Kimia lagi, kimia lagi"seruan Hanan dibelakang mendapat perhatian Pak Abay didepan.

"Selamat, Hanan. Bapak doain semoga kamu gak pingsan"

Perkataan Pak Abay disambut gelak tawa teman sekelasnya.

Sudah menjadi hal lumrah kalau teman-teman di kelasnya terutama Hanan paling tidak suka pelajaran apapun yang berhubungan dengan angka.

Ia akan terang-terangan menyatakan kalau ia tidak suka. Ya, sesuai dengan sifat Hanan yang santai dan suka ceplas-ceplos.

Haidar membaringkan kepalanya di atas meja dengan buku sebagai penutup. Mengisyaratkan Aji agar membangunkannya saat bel pulang berbunyi.

Selalu saja siang begini kesadaran Haidar sudah berada di awang-awang. Ia tidak kuat membuka matanya dan memilih tidur.

Soal materi dan catatan yang di berikan Pak Abay, Haidar bisa bertanya pada Aji. Walaupun Aji tidak banyak bicara ia adalah salah satu teman yang bisa Haidar andalkan. Temannya ini lebih rajin di bandingkan dirinya.

Hanan sebenernya juga salah satu teman dekatnya tapi untuk mengandalkan Hanan dalam hal pelajaran itu termasuk hal yang mustahil.

Just FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang