15. Deeptalk

778 69 6
                                    

Dirasa sudah lebih dari seminggu Damar nebeng pergi ke sekolah bersamanya, sejak itu pula Haidar jadikan supir pribadinya.

Kemana-mana Haidar bawa Damar bersama nya. Ke pasar, supermarket, atau sekedar pergi mencari makan di kala Haidar malas memasak bahkan saat jam sekolah usai agenda Damar akan diisi dengan menunggu Haidar selesai rapat OSIS. Karena ruangan yang dinamai ruang OSIS tersebut hanya bisa dimasuki Anggota OSIS Damar hanya bisa duduk di bangku panjang yang di sediakan diluar.

Eric sendiri juga sempat frustasi karena akhir-akhir ini posisinya di geser secara tiba-tiba. Dimana ada Haidar pasti ada Damar.

Damar bersandar pada dinding di belakangnya sembari bersedekap memejamkan matanya sejenak mendengarkan keributan di dalam. Dalam suara samar-samar yang terdengar hanya suara satu orang yang bisa Damar dengar dengan jelas ditelinga nya.

Damar melirik jam tangannya yang ternyata sudah pukul 3. Ia berdiri dari tidur ayamnya lalu pergi menuju warung yang berdiri kokoh di samping sekolahnya guna membeli roti tawar dan sebotol minuman susu dingin.

Haidar keluar dari ruang OSIS dengan cemberut meninggalkan teman-temannya yang masih adu mulut didalam. Ia misuh untuk ke sekian kalinya sore ini.

"Yok, pulang" seru Haidar melegang pergi tanpa melirik Damar sama sekali.

Yah, selalu seperti ini. Setiap kali Haidar melangkah keluar meninggalkan ruang OSIS maka saat itu juga pasti hanya akan ada umpatan kasar dari mulut Haidar, Damar sendiri sudah terbiasa, tidak kaget lagi seperti hari pertama keduanya menemani Haidar. Sejujurnya, Haidar dan OSIS adalah sesuatu yang seharusnya tidak di satukan pikir Damar.

Damar hanya akan diam berjalan di belakang sembari mendengarkan segala omelan Haidar yang dengan tidak santainya berjalan di depannya, lalu jika emosinya sudah sedikit turun Damar akan cepat-cepat memberikan roti dan minuman yang ia beli dan tentu akan diterima sang empu tanpa ba-bi-bu lagi.

Lalu saat pulang pula, Haidar akan memasak dengan suara keras guna memberitahukan kepada semua orang bahwa ia sedang kesal, ya, padahal hanya ada Damar disana.

Saat makan juga bukan lagi suara TV sebagai pengisi tetapi cerita Haidar yang menggebu-gebu tentang rapat OSIS yang ia lalui tadi, bagaimana teman-teman atau kadang Pak Cahyo yang mampu membuatnya emosi dan Damar selalu dengan cermat mendengarkan sesekali mengangguk bila Haidar memukul pundaknya ingin ditanggapi.

Keseharian yang sama yang mereka lalui lebih dari seminggu ini tak membuat semuanya memiliki kesan monoton tapi mungkin saja itu semua pemahaman diam-diam diantara mereka berdua.

Haidar sendiri memiliki kesan lebih baik tentang Damar daripada kata menyusahkan hidupnya. Setidaknya teman sekamarnya itu akan sedikit peka, bahkan tidak pernah sama sekali menolak permintaan Haidar yang kadang membuat teman-temannya yang lain mengeluh karena Haidar itu banyak mau dan apa-apa harus sempurna.

Kalau kesan Damar tentangnya, Haidar tidak tau tapi mungkin seperti surat anonim tahun lalu di kelasnya yang mana tugas bahasa Indonesia mereka disuruh saja menerangkan sifat teman-temannya, Haidar mendapatkan kalau dirinya suka mengeluh, banyak bicara, kasar, emosian begitulah teman-temannya melabeli dirinya.

Mereka berdua berbaring di kasur dan sibuk dengan HP-nya masing-masing, entah Damar yang sibuk membalas pesan seseorang dan Haidar yang sibuk menonton wanita berpakaian minim di YouTube nya.

Sebelum Haidar merasa bosan dan memecahkan keheningan, "Kapan motor lo di kasih? Lama bener mama lo bawanya, digadai kali motor lo"

"Gak tau." Damar membalas tanpa melirik sekalipun dan terus saja asyik berbalas pesan membuat Haidar mendengus.

"Yang punya cewek beda, ya?"

"Lo kali, Dar."

"Buktinya temennya ngomong gak digubris, anjir. Sok sibuk banget lo" Haidar berkata sembari menyelipkan kedua tangannya dibelakang kepadanya.

"Udah di jawab" ujar Damar.

"Ah... lo mah, gak niat" keluh Haidar.

Damar mematikan HP, menyelipkan nya dibawah bantalnya lalu melirik Haidar disampingnya, ia berkata "Pake nawaitu?"

"Njing" seru Haidar memukul pundak Damar membuat sang empu tertawa keras.

Haidar mencibir lalu melanjutkan tontonan di HP-nya, ya, sebelum Damar mengambil nya.

"Hp gue, cok."

"Gue udah gak main hp, lo malah yang main hp. Sopankah begitu?"

"Ya, gapapa, biar win-win"

"Gak baik bales dendam" ujar Damar.

"Kata siapa lo? Sesat guru lo" balas Haidar sembari menyipitkan matanya.

"Kutipan dari kata Haidar,"

"Gue gak pernah ngomong kayak gitu, anjir."

"Pernah, lo nya aja yang lupa" jawab Damar.

Damar membenarkan posisi tidurnya lalu memiringkan badannya ke arah Haidar. "Mending ngobrol deh, apaan gitu, deeptalk. Konspirasi Najwa Shihab juga bisa"

"Apaan, anjir? Deeptalk konspirasi Najwa Shihab"

"Terus apa?" Tanya Damar samar-samar dengan nada di ujung kata yang mengecil.

"Antara aku, kamu dan semesta."

Pupil matanya melebar seiring pandangannya fokus pada Haidar. Ia menengadah menatap langit-langit kamar kosnya.

"Sok senja lo" ucap Damar, ia membelakangi Haidar sembari memejamkan matanya.

"Mendingan tidur" sambungnya.

"Lah, terus gimana konspirasi Najwa Shihab?"

"Besok aja, ngantuk, Dar."

"Njing, asal lo tau, di gantungin itu sakit, Dam" kata Haidar dengan eskpresi sedih yang dibuat-buat sembari mengais lengan Damar dan tak di gubris oleh sang empu.

Hanya terdengar dengungan samar dari arah Damar membuat Haidar cemberut mematikan lampu lalu ikut memejamkan matanya, lagipula ia merasa sudah mengantuk juga.

Damar membuka matanya, ia merasakan napas stabil orang di samping, sepertinya ia tidak bisa tidur untuk malam ini. Ada yang ribut di sebelah sini.

___________________________________________

Cuitan: Setelah hampir satu taun? gua baru update mana cuma satu chapter hehe... Jujur aja gua hampir nyerah alias males ngelanjutin cerita ini, dan karena, ya, alasan kedua yaitu stuck, banyak draft cerita, sampe gua bingung sendiri. Alasan ketiga juga, gua buat cerita ini karena pacar yang sialnya udah jadi mantan, hubungan putus otak jadi ikutan putus. Selamat membaca cerita singkat yang gua ketik malam tadi dengan hati penuh rasa bersalah pas nyadar terakhir gua up beberapa bulan yang lalu.

Just FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang