12. Malam Minggu Haidar banyak mau.

1.1K 113 2
                                    

Setelah dua Minggu terlewati sejak kejadian itu ada sedikit kemajuan dalam pertemanan mereka. Walaupun lebih banyak diisi dengan keributan Haidar sih.

Contohnya Sabtu sore ini Haidar ingin mencoba membuat masakan mewah. Bilang saja begitu. Baru kali ini sebenarnya ia punya sejumput niat untuk memasak makanan yang menurutnya ribet.

Soto ala-ala dengan bumbu seadanya yang langsung di masak Haidar sendiri dan di bantu asistennya yaitu Damar Pratama.

Sejak tadi Haidar sudah ribut di dapur dengan mulutnya yang terus menyuruh Damar ini itu. Tolong ambilkan ini, tolong belikan itu. Pokoknya Damar juga ikut repot.

Dengan ayam setengah kilogram dan mie putih yang tidak seberapa, Haidar membuat Soto dengan mengikuti resep di Google.

Dari pukul empat sore sampai setengah enam barulah Soto yang ia buatk jadi. Hanya perlu memberi suwiran ayam dan taburan lainnya lalu semua beres.

Ia jadi tidak sabar mencoba rasanya. Pasti enak, karena perlu di banggakan masakannya memang tidak pernah ada yang gagal. Ada sih, dulu saat ia membuat bolu panggang. Sudah bantat, gosong pula.

"Sentuhan terakhir" Haidar memberi kacang dan seledri di atas mienya.

"Akhirnya anjing, jadi!"seru Haidar sambil memasang wajah seolah-olah menangis.

"Dam! Kita makan malem pake Soto!"

Damar yang sedang di ruang TV bermain game itu langsung berdiri menghampiri Haidar di dapur.

Ah, wanginya. Damar jadi semakin lapar karena sedari pagi ia tidak makan. Hanya kacang goreng yang Haidar buat yang masuk ke perutnya. Haidar tidak memberinya makan.

"Nih, punya lo" Haidar menyodorkan semangkok Soto pada Damar lalu berjalan ke ruang TV.

Dapur dan ruangan TV tidak memiliki sekat, keduanya jadi satu. Ruangan TV di bagian kanan dan dapur di bagian kiri bersama kamar mandi.

kemudian, ada kamar di antara keduanya yang arahnya tepat menghadap ke pintu masuk, tetapi tidak sampai memisahkan ruangan TV dan dapur.

Walaupun sepertinya besar nyatanya sempit. Ya, mau bagaimana lagi untung-untungan dengan harga 3 juta dapat kos seperti ini.

Kamar yang hanya muat berisi amben lalu meja seukuran meja belajar lipat di dekatnya dan lemari yang berada di pojok.

Dapur yang sempit di tambah kamar mandi yang hanya bisa dimasuki satu orang bahkan untuk membuang hajat saja rasanya seperti di sekap, sempit dan gelap.

Lalu, ruangan TV yang maksimal hanya bisa menampung 5 sampai 6 orang jika berdempetan.

Haidar dan Damar makan Soto sambil menonton TV. Malam Minggu begini mereka berdua tidak memiliki agenda boro-boro keluar bersama pacar untuk malmingan, pacar saja tidak punya.

Setelah selesai makan, Haidar dan Damar duduk sambil menyandarkan punggungnya ke dinding. Haidar melamun menatap TV yang menyala.

"Dam" panggil Haidar sembari menoleh ke arah Damar.

"Malam Minggu, tapi lo di kos. Keliatan banget jomblonya"ucapnya tertawa keras membuat Damar menatap Haidar dengan wajar heran. Haidar tidak berkaca, ya?

Puas tertawa sendiri Haidar berdehem kecil untuk menetralkan suaranya kemudian berkata, "Gue laper."

Penuturan Haidar barusan membuat Damar kaget. Bagaimana bisa Haidar bilang lapar kalau saja ia baru selesai makan Soto satu mangkuk penuh. Bahkan Damar saja rasanya tidak bisa bergerak karena terlalu kenyang.

"Tapi rasanya gue males buat keluar" sambung Haidar lagi dengan lesu. Ia mengusap-usap perutnya pelan lalu menepuknya dengan keras.

Haidar cengengesan sendiri lalu dengan cepat menatap Damar berseri-seri. Matanya berkedip-kedip centil membuat alarm di kepala Damar tiba-tiba berbunyi, ini tanda bahaya.

"Nih, dengerin. Daripada lo keliatan banget jomblonya mending lo keluar beliin gue jajan" ujar Haidar pada Damar dengan bibir ke bawah dan mata yang masih berkedip-kedip menatapnya.

Bukannya lebih baik di kosan daripada keluar sendirian yang malah nampak jelas dengan status jomblonya?

"Deket, kok, Dam. Di alun-alun depan."

"Cuma sosis bakar sama pentol,"

Tak kunjung mendapat jawaban dari Damar membuat Haidar merenggut kesal. Ia melirik tajam Damar disampingnya.

"Ah! Lo emang gak pengertian sama temen sendiri!"

Damar hanya tersenyum kikuk. Haidar tidak sedang ngidam atau yang semacamnya kan?

Damar berdiri di keluar dari kamar setelah di paksa temannya itu untuk membeli beberapa makanan. Dengan setelan jaket Boomber berwarna putih abu-abu di padukan dengan celana jeans panjang berwarna hitam dan kacamata bulat bening karena Damar memiliki masalah penglihatan yang buruk ditambah ini malam hari. Damar berjalan menuju pintu.

Sebelum sempat Damar menutupnya kembaliHaidar berlari menahannya.

"Martabak telur" bisiknya dengan suara yang masih bisa Damar dengar.

"Hehehe ... Pake uang lo" ucapnya lalu segera menutup pintu tanpa ingin melihat respon Damar terlebih dahulu.

Sedangkan Damar mematung menatap pintu yang baru saja Haidar tutup dari luar.

Just FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang