Haidar pulang ke kos dengan menenteng sekresek berisi lauk ikan tadi yang neneknya masak dan satu bungkus lontong yang ia beli di perjalanan pulang.
Sekitar pukul sembilan lewat Haidar sampai. Ketika ia membuka pintu kos nya ia melihat Damar yang berdiri menatap kedatangannya.
Haidar sudah tidak memakai baju seragam tetapi ia masih menggendong tas sekolahnya di punggungnya.
Cukup lama bertatapan membuat Haidar langsung saja melegang pergi ke dapur untuk menaruh lauk ikan itu di mangkok.
"Masih anget jadi gak perlu dipanasin"gumam Haidar pada dirinya sendiri.
Selanjutnya Haidar memutuskan untuk memotong dadu lontong yang sudah ia beli di sebuah piring.
Dirasa sudah selesai, Haidar langsung pergi ke depan TV untuk meletakkan helm yang masih berada di kepalanya.
Haidar menatap heran Damar yang masih berdiri melihatnya mondar-mandir.
"Makan, Dam. Ada ikan sama lontong buat lo di dapur"jelasnya pada Damar lalu ia pergi masuk ke dalam kamar.
Ia sudah mandi di rumah neneknya, baju koas nya pun beberapa memang berada di rumah neneknya jadi ia tidak perlu khawatir baju ganti kalau-kalau berkunjung ke rumah neneknya sampai malam begini.
Ia membuka tasnya dan mengambil seragam batik yang biasa ia pakai di hari Rabu dan Kamis. Haidar taruh bajunya itu ke dalam keranjang baju kotor.
Haidar keluar dari kamar dan memutuskan untuk menyalakan TV daripada pusing melihat Damar yang terus saja berdiri diam menatapnya.
5 menit Haidar selonjoran di karpet sambil menonton acara komedi di TV tapi selama itu juga Damar masih berdiri melihatnya.
'Apaan sih ni bocah' batin Haidar kesal.
"Gak capek, Dam, berdiri terus?" Pertanyaan Haidar menyadarkan Damar. Dengan perlahan ia duduk disamping Haidar.
Melihat Damar yang seperti tidak mau repot-repot mengobrol dengannya malahan ia asyik menonton membuat Haidar bangkit menuju dapur.
Haidar kembali dengan membawakan semangkok lauk ikan dan sepiring lontong yang sudah ia potong-potong tadi.
"Habisin," tuturnya pada Damar. Haidar selonjoran kembali di samping temannya itu.
Damar memakan makanan yang Haidar berikan dengan khidmat membuat Haidar melirik Damar yang sedang makan lewat ekor matanya. Ia iseng bertanya, "Enak, gak?"
Damar menghentikan makannya dan menatap sebentar Haidar di sampingnya. "Enak"
Haidar manggut-manggut sembari tersenyum tipis.
Telinga Damar terlihat memerah mendapati Haidar tersenyum. Ia melirik sekilas Haidar disampingnya lalu bergumam lirih yang hanya ia sendiri yang dapat mendengarnya.
Saat Damar sudah selesai dengan makannya, ia berdiri membawa semua piring kotor itu ke dapur. Ah, tau terima kasih juga rupanya, begitulah isi pikiran Haidar kali ini.
Haidar sendiri menangkap dengan jelas gerakan kaku Damar saat ingin berdiri, rupanya dia masih canggung dengannya.
Damar kembali dari dapur. Ia berdehem sebelum selonjoran kembali di samping Haidar dengan ragu-ragu.
Haidar terkejut mendengar HP nya berbunyi dari arah kamar. Dengan tergesa-gesa ia segera berdiri untuk melihat siapa yang meneleponnya.
Saat ia mengambil HP nya di atas kasur nomor tak di kenal terpampang jelas di layar HP nya.
Haidar tidak mau pikir panjang dan langsung menyalakan mode pesawat di HP nya.
Haidar berjalan menghampiri lemari yang terletak dekat dengan kasur. Ia membuka bagian lemarinya lalu mengambil dompet kulit berwarna coklat yang terselip di bawah baju-bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friends
FanfictionHaidar dan Damar merupakan murid di salah satu SMA swasta, teman satu kelas pula. Tapi keduanya tidak pernah berinteraksi, kebetulan mereka menjadi teman satu kos. Lalu ada rasa suka diantara salah satu dari mereka. [Cerita ini mengandung unsur LGB...