6. Olahraga itu musuhnya

1.2K 120 3
                                    

Paginya Haidar bangun dan melihat jam di HP nya sudah pukul enam lewat. Rasanya matanya berat untuk di buka.

Dikarenakan kemarin ia tidak tidur pada sore hari dan malamnya ia malah tidak bisa tidur sampai jam dua belas malam. Bayangkan! Jam dua belas malam! Melebihi jam tidur Haidar sekali lagi.

Dan pagi ini saat Haidar mandi, ia melihat Damar yang sudah antri sambil menenteng handuknya yang berwarna hitam. Seumur-umur ia baru melihat handuk warna hitam.

Haidar memasang handuknya sampai sebatas dada. Karena Damar sudah bangun jadi ia tidak bisa ke kamarnya dengan handuk dipinggangnya saja. Ia tidak ingin memamerkan perut buncitnya.

Saat keluar dari kamar mandi Haidar langsung di hadapan dengan badan Damar didepan pintu kamar mandi.

Haidar melirik datar Damar yang tengah menatapnya dari atas sampai bawah sambil menaikkan sebelah alisnya, heran. Lihatlah pandangan yang terlihat seperti mencaci itu. Haidar tidak peduli, bodo amat! Ia buru-buru pergi ke kamar.

Haidar piket ruang guru hari ini. Ia baru ingat saat memakai seragamnya. Aduh, ini bahkan sudah jam tujuh kurang 10 menit.

Dengan cepat ia memakai sepatu dan berlari menuju parkiran dengan helm di tangannya.

"Anjing, anjing, anjing!"

Sepanjang jalan, Haidar ngebut sambil misuh. Kebun binatang dan tetangga sudah lengkap ia sebut.

Ia panik tidak sempat sarapan bahkan sisiran. Memarkir motor saja ia taruh di sembarang tempat yang penting parkir, biar saja ia menghalangi jalan motor yang lain.

Haidar berlari di sepanjang koridor, mendorong beberapa manusia yang asik ghibah disana. Pagi-pagi sudah memulung dosa saja, ditengah jalan pula.

Tidak sempat untuk menaruh tas di kelas, Haidar langsung ngacir ke ruang guru.

Saat memasuki ruang guru semuanya sudah terlihat bersih bahkan lantainya sudah setengah kering sehabis di pel. Andalan terakhir nya membersihkan meja. Tinggal bersihkan sedikit menggunakan kemoceng.

"Yang penting piket,"ujarnya sambil tersenyum sumringah.

"Haidar, gak masuk ke kelas, Nak?"

Suara perempuan matang menyapa telinganya.

"Eh? Bu..." Haidar berbalik guna menyapa dan sedikit membungkukkan badannya ke arah seseorang yang memanggilnya tadi. Ia guru BK, Bu Ana namanya.

"Hehe, habis piket Bu"terangnya pada Bu Ana.

"Piket kok jam segini, ketua OSIS itu harus jadi panutan buat yang lain." Mata Bu Ana terlihat sinis memandangnya.

Haidar cengar-cengir saja di bilang begitu.

"Cepat masuk kelas sana, udah jam tujuh lewat itu" tujuknya pada jam dinding di ruang guru.

"Iya Bu, permisi ..."

Haidar keluar dari ruang guru setelah membungkuk kembali. Ia melihat jam di HP nya, jam tujuh lewat 8 menit. Ia baru ingat mata pelajaran pertama olahraga, dimana gurunya pasti terlambat setidaknya 20 menit sendiri.

Dan Haidar juga tidak membawa baju olahraga. Ya, sudah terima saja, palingan juga di alpha kan dari mata pelajaran olahraga.

Saat masuk kelas, ia melihat teman-teman sekelasnya sudah lengkap dengan baju olahraga berwarna merah meneriakinya. Mereka heboh karena tumben melihat Haidar yang terlambat.

"Tumben bener lo terlambat, Dar" Jihan yang duduk dekat dengan pintu masuk berujar padanya dengan pandangan menelisik. Ia sedang asik merapikan rambutnya yang panjang tergerai.

"Lagi mau aja"

Jawabannya membuat Jihan menggelengkan kepalanya. Terbiasa dengan alasan Haidar sejak kelas 10.

Halah ngibul! Teman sekelasnya juga tidak heran lagi mendengar jawaban Haidar.

Ia melirik Damar yang terlihat asik mengobrol dengan Eric, teman sebangkunya. Ia tidak repot-repot memperhatikan Haidar.

Sebenarnya Haidar tidak peduli walaupun mereka satu kelas sejak kelas 10 mereka berdua tidak pernah berinteraksi. Tapi kalau situasinya mereka sekarang adalah teman sekamar seharusnya mereka mulai membuat hubungan baik di antara keduanya.

Saat ia berjalan menuju bangkunya, Eric tiba-tiba saja nyeletuk. "Dar, lo se kos kan sama Damar?"

"Emangnya kenapa?"tanya Haidar dengan nada sinis.

"Nanya doang elah, sensi bener."

"Pertanyaan yang tidak berbobot"sahut Haidar malas dan pergi ke arah bangkunya.

Tepat pukul tujuh lebih 20 menit Pak Cahyo, guru olahraga masuk ke dalam kelas Haidar. Apa Haidar bilang pasti guru olahraganya itu selalu terlambat 20 menit jika mengajar. Entah apa motifnya.

"Semuanya udah pake baju olahraga?"

"Sudah!" Teriak satu kelas.

"Itu Haidar, kenapa baju kamu beda sendiri?"

"Lupa bawa baju olahraga, Pak. Tadi buru-buru" jawab Haidar cengengesan.

Pak Cahyo hanya menatap malas murid 'kesayangan'nya itu. Ia menggelengkan kepalanya sambil mencoret buku absensi yang selalu ia bawa.

"Kamu sudah sering beralasan lupa, Haidar. Gak ada alasan lain? saya alpha kan kamu di pelajaran bapak"

"Yang lain langsung ke lapangan voli dan Haidar, kamu liat temenmu di pinggir lapangan"lanjut Pak Cahyo.

"Baik, Pak."

Semua temannya sudah tidak heran kalau Haidar jarang membawa baju olahraga. Kadang benaran lupa kadang juga sengaja tidak bawa. Ia terlalu malas untuk menggerakkan badannya.

Satu kelasnya berbondong-bondong keluar menuju lapangan voli yang terletak di samping gedung kelasnya.

Mereka semua langsung membuat barisan kecuali Haidar. Ia di pinggir lapangan sambil tersenyum menggoda teman-teman nya yang tidak bisa ikut ngadem.

"Sekarang bapak mau kalian satu-satu maju mencontohkan cara passing atas dengan benar. Kalau yang sudah bisa, kalian bisa membuat dua kelompok lalu saling melawan. Bapak akan kasih kalian nilai tambahan"

Perkataan Pak Cahyo membuat beberapa temannya bersorak kegirangan mendengar kata nilai tambahan.

"Haidar, kamu ambilin bola yang menggelinding jauh."

Haidar hanya tersenyum kecut mendengar perintah Pak Cahyo. Nasibnya hari ini memang tidak baik. Biasanya ia akan menunggu di bawah pohon kelengkeng yang sengaja di tanam agak jauh dari pinggir lapangan. Tapi sepertinya hari ini berbeda.

Dalam sekejap teman-temannya yang tadi ia goda balik menggodanya. Mereka menertawakan Haidar yang berlari kesana-kemari mengambil bola voli.

"Kak Haidar, semangat, ya!" Teriakan tiba-tiba dari siswi kelas 10 yang kebetulan sedang keluar menuju ruang laboratorium membuat heboh teman sekelasnya. Sedangkan Haidar sendiri diam tidak ingin menanggapi.

"Anjay, kak Haidar gak tuh"seru Hanan yang menghentikan dari acara bermain bola volinya.

"Cuma Haidar, nih, yang di semangatin, dek?"tanya Jihan.

"Beda, ya. Haidar dihukum aja malah di semangatin"ejek Eric yang mendapat sahutan dari Karin.

"Minimal lah, Ric"

"Apa?"

"Jadi Haidar"

Kata-kata bijak Karin membuat teman sekelasnya yang dari tadi diam menyimak tertawa keras.

Just FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang