"Kasih yang hilang. Rindu yang malang."
. . . . .
Sekalipun Chandra tidak pernah membayangkan bahwa akan ada situasi dimana ia dan Gala berhadapan dengan hatinya membawa setumpuk kekecewaan kepada orang yang kini tengah berdiri dihadapannya dengan wajah putus asa.
"Lo pasti tau Renja dimana. Tolong katakan. Gue harus ketemu dia." Pinta Gala. Suaranya parau karena terlalu banyak menangis.
Kepergian Renja sukses membuatnya seperti orang gila yang kehilangan arah hidupnya. Terlebih kepergian Renja meninggalkan penyesalan yang begitu menyiksa dadanya setiap saat.
Mendengar ucapan Gala barusan, Chandra tidak bisa menahan diri untuk tidak mendecih. Jelas raut wajahnya menatap Gala tidak suka. Siapa yang bakal mengira bahwa sosok yang pernah begitu ia hormati dulu kini tak ubahnya kotoran yang kehadirannya begitu mengganggu pemandangan.
"Percuma! Renja udah nggak mau lagi berurusan sama orang-orang yang udah nyakitin dia."
"Maka dari itu gue butuh bicara sama Renja! Lo taukan sesayang apa gue sama Renja Chan?" Gala mengacak rambutnya frustasi. Laki-laki itu berteriak pilu. Kehilangan Renja hampir membuatnya gila.
"Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi. Semuanya sudah selesai. Biarkan Renja dengan kehidupan barunya dan lo jalanin kehidupan yang lo mau. Udah. Selesai. Gak usah dibawa ribet!" ucap Chandra ringan.
"Anjing lo Chan! Lo gila! Gampang lo ngomong kayak gitu. Lo gak tau apa yang gue rasain!" Gala menatap Chandra tajam. Kedua tangannya bahkan mengepal kuat. Perkataan Chandra sukses menyulut amarahnya hingga ketitik paling tinggi. Mencoba menahan diri, sejenak Gala memejamkan kedua matanya erat. Setitik air mata lolos dari kedua sudut matanya.
"Kenapa? Lo nggak terima? Renja memutuskan buat pergi itu tandanya dia udah nggak mau lagi berurusan dengan kalian. Dan adalah salah satunya!"
Gala hanya menatap Chandra bungkam. Hatinya sakit luar biasa.
Separah itu kah kesalahannya?
"Sebagaimana lo nggak perduli soal Renja. Mulai sekarang, anggap saja kita dua orang asing yang tidak saling mengenal. Persetan soal pertemanan. Sikap lo udah terlalu mengecewakan. Gak usah sok perduli. Renja aman ditangan gue. Inget ini baik-baik!"
Panjang lebar Chandra berbicara. Laki-laki itu segera bergegas pergi. Tidak perduli sekalipun Gala kini tengah menatapnya dengan kedua mata yang memerah.
Memangnya apa yang Chandra harapkan dari laki-laki yang bahkan tidak memiliki pendirian? Chandra bahkan sedikitpun tidak membiarkan rasa kasihan hadir dalam hatinya walau sesaat.
Ia terlanjur kecewa kepada Gala.
Terlebih Om Wira yang hingga kini membuatnya selalu bertanya-tanya. Kenapa mereka begitu tega? Setidak berharga itukah Renja?
Hanya dengan mengingatnya saja hati Chandra kembali berdenyut nyeri.
Meskipun hubungannya dengan Renja tidak lebih dari sekedar teman basa-basi, tetapi melihat bagaimana pedihnya Renja yang menangisi hidupnya, rasanya ia begitu marah. Marah kepada orang-orang yang bahkan tidak menyadari kesalahan apa yang telah mereka lakukan kepada Renja.
Maka jangan salahkan dia jika saat ini berlaku tega. Orang-orang yang dulu pernah mengabaikan Renja harus merasakan sakit meski dengan luka yang tidak seberapa sakitnya dibandingkan Renja.
Namun setidaknya luka karena ditinggalkan akan lebih membekas daripada yang meninggalkan.
Terlebih untuk Gala.
Bukan hanya Renja yang meninggalkannya.
.
.
.
.
.Hallooo . . . . .
Segini dulu yah. Prologue ini menandakan bahwa sequel Renja benar-benar ada.
Hanya sebelumnya aku minta maaf sama kalian kalau nanti nggak bisa up cepet-cepet soalnya aku udah mulai skripsian. Minta do'a dan dukungannya yah temen-temen. Semoga semuanya dilancarkan. Aamiin.
Buat kalian tetap jaga kesehatan dan baik-baik saja.
Babay....semoga kita cepat bertemu di part selanjutnya.
Sabtu, 5 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓
RomanceSequel Eshal Renjana 7 tahun berlalu, Renja sepenuhnya sudah melupakan kesakitannya di masa lalu. Baginya tidak ada kenangan yang layak untuk diingat. Hidupnya sudah bahagia bersama seorang anak laki-laki yang Tuhan kirim untuk menjaganya. Setidakn...