B a b _ d u a p u l u h e n a m

10.4K 631 81
                                    

"Rumah terasa benar rumah ketika jauh dari rumah."
. . . . .

Sementara Shaga berada di gendongan Chandra. Renja dan Nadi berjalan beriringan. Mereka baru saja keluar dari ruang rawat inap tante Sasa.

"Maaf ya gue ngerepotin lo." Ujar Renja. Keduanya berjalan didepan berdampingan sementara Chandra menggiring mereka dibelakang dengan Shaga yang sudah menumpukan kepalanya dipundak milik Om nya tersebut.

"Lo ngomong apa sih? Kayak sama siapa aja." Saut Nadi. Karena meski tanpa Renja meminta tolong pun ia malah dengan senang hati menawarkan diri. Lagipula besok adalah hari sabtu jadi ia dan Chandra juga libur kerja.

"Rencana lo mau berapa lama disini?"

Renja menggeleng. "Belum tau Nad, ya semoga tante Sasa cepet stabil kondisinya. Tante Raiyana juga besok kesini."

Nadi mengangguk paham. Sebenarnya hubungan keduanya masih agak canggung semenjak perdebatan yang melibatkan Nadi dengan Kira. Namun Nadi juga tidak kuasa menahan diri untuk tidak terlalu ingin tahu.

"Lo_" Nadi sejenak menggantung kalimatnya. "Gimana sama Gala."

Renja menoleh. "Gimana apanya?"

Nadi mengedikan bahunya. "Ya mana gue tau. Barang kali kalian balikan lagi mungkin? Cuma lo sendiri yang tahu jawabannya." Sindir Nadi.

"Lo gak percaya gue?"

Mata keduanya lalu saling bersitatap. "Susah kalau urusannya udah sama Gala."

Renja lalu menghela nafasnya dalam. "Menurut lo gimana kalau gua nyoba buat deket sama cowok baru?" Tanya Renja kemudian. Mata Nadi membelalak, pun dengan Chandra yang langsung menyamai langkah keduanya.

"Siapa?"

"Orang mana?"

"Baik nggak orangnya?"

"Keluarganya gimana?"

"Bakal sayang Shaga juga kan?"

"Perjaka apa duda?"

Pertanyaan beruntun keluar dari mulut Chandra dan Nadi. Keduanya menatap Renja antusias sekaligus khawatir. Entah, rasanya campur aduk. Seperti mau melepas anak perawannya untuk hidup bersama laki-laki pilihannya.

"Nanti gue ceritain sekalian pas ada Kira sama bang Hanaf ya." Pungkas Renja sukses menghadirkan desah kecewa dari Nadi maupun Chandra.

Sementara Nadi mengomel karena rasa penasaran. Langkah mereka dibuat terhenti ketika mendapati Ardhan tengah berdiri di lobi rumah sakit. Seperti tengah menunggu seseorang hingga kemudian langkah laki-laki itu berjalan ke arah mereka.

Menangkap raut Renja yang tidak terlalu terkejut. Kening Nadi berkeryit heran. "Sekarang, apalagi yang lo sembunyin?"

"Nanti gue ceritain." Jawab Renja.

Ardhan tersenyum menyapa yang dibalas Chandra dan Nadi hanya dengan wajah kaku.

Tadi setelah kedatangannya, Renja dan anak kecil itu langsung pamit undur diri tanpa sedikitpun memberikan kesempatan untuk Ardhan walau hanya sekedar menyapa.

Mereka semua langsung dilingkupi kecanggungan.

"Hai. Apa kabar kalian?" Tanya Ardhan mencoba untuk mencairkan suasana. Rasanya sungguh asing, padahal dulu mereka pernah begitu dekat.

"Seperti yang lo lihat. Kita semua baik." Jawab Nadi. Sedangkan Renja lebih memilih untuk diam.

"Ternyata lama sekali kita nggak ketemu."

Sejenak menghela nafas panjang, mata Ardhan lalu beralih menatap Renja. "Gue nggak tahu kapan lagi gua bakal punya kesempatan ketemu sama lo lagi kayak saat ini. Jadi Ren atas nama Haira dan Mamah gue minta maaf dengan semua hal yang terjadi sama lo." Ucap Ardhan. Kedua manik itu menatap Renja sendu. Sebagai seorang anak dan Kakak dari Haira jelas Ardhan hidup dengan diiringi oleh rasa penyesalan tak berujung. Bahkan hingga kini ia masih menjadi satu-satunya orang yang mengetahui bagaimana terobsesinya Haira kepada Gala. Hingga ia nyaris sampai di titik putus asa dalam menghadapi adiknya sendiri.

Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang