B a b _ e m p a t p u l u h

11.6K 471 65
                                    

"Pada akhirnya rasa cintanyalah yang paling besar."
. . . . .

Renja kira awalnya rasa kasihannya kepada Gala bukanlah hal yang serius. Namun semakin ia pikirkan, semakin ia mencoba untuk memahami dirinya, Renja sampai pada satu kesimpulan bahwa ia juga menginginkan Gala sama besarnya.

Puas menangisi dan merutuki hatinya yang tidak sejalan dengan akal sehatnya. Renja masih harus membujuk perempuan dihadapannya yang hingga saat ini masih mogok bicara.

Nafas Renja berhembus lelah. Menatap Nadi dengan raut sedih yang amat kentara. Ada banyak sekali hal yang ingin ia katakan, tapi semua kalimatnya serasa menyangkut ditenggorokan. Maka untuk beberapa menit mereka duduk saling berhadapan. Tidak ada satupun kalimat yang keluar dari keduanya.

"Kalau nggak ada yang mau lo sampein lebih baik pulang. Gue sibuk. Banyak kerjaan." Ujar Nadi. Membuat hati Renja sakit bukan main mendapati kemarahan perempuan itu pertama kalinya selama mereka berteman.

"Gu_"

"Kalau keputusan lo tetep mau balik sama dia. Lebih baik lo nggak ngomong apa-apa lagi. Gue nggak mau denger apapun soal Gala. Terserah lo mau gimana juga. Itu hidup lo, lo berhak milih jalan apapun yang lo mau. Tapi sorry to say, gue nggak bisa lanjutin pertemanan kita lagi." Sela Nadi. Pandangannya kemudian beralih pada tiga orang lainnya yang masih setia bungkam.

Pikirnya, sekalipun tidak ada orang yang berada dipihaknya. Nadi tidak perduli sama sekali. Kepercayaannya, hatinya terlanjur sakit atas pengkhianatan yang secara tidak langsung Renja lakukan padanya.

"Lebih baik kalian semua juga pulang. Karena percuma, mau sebanyak apapun kalian berbicara gue nggak akan berubah pikiran." Tegasnya lantas berniat berdiri namun lengannya keburu ditarik Chandra dan memaksanya untuk kembali duduk.

"Lo nggak bisa pergi gitu aja."

"Terus? Mau debatin apa lagi? Kalau endingnya tetep dia balikan sama Gala percuma. Buang-buang tenaga aja." Sengit Nadi, tangannya menyentak cekalan Chandra dilengannya. Sementara tatapannya seolah sanggup menelen se isi apartementnya bulat-bulat.

"Tapi lo nggak bisa kayak gini Nad. Sama aja lo lagi neken Renja buat milih salah satu diantara kalian. Menurut lo, lo waras kayak gitu?" Kira akhirnya angkat bicara.

Sementara Nadi mendengus keras. "Gue nggak nyuruh dia buat milih siapapun. Yang harus dia pahami bahwa segala pilihan yang dipilih memiliki konsekuensi. Dan kembali bersama Gala tandanya dia juga harus siap dengan konsekuensinya yaitu putus hubungan pertemanan sama gue."

Kira berdecak kesal. "Lo tuh egois tau nggak? Kalian berdua sama-sama penting buat Renja. Gak bisa lo memberikan penilaian, setuju atau nggak setuju cuma karena masa lalu Gala. Lo juga harus lihat gimana sekarang Gala berusaha jadi lebih baik buat Renja sama Shaga." Jelas Kira mulai terpancing amarahnya.

"Juga, jauh sebelum kejadian itu Renja bahkan menggantungkan hidupnya sama dia. Lo pikir dengan masa lalu mereka yang deketnya bahkan ngalahin saudara kandung, Renja bisa lepas dari bayang-bayang Gala gitu aja? Bullshit Nad. Yang ada, kalaupun dia nyoba jalanin hubungan baru sama orang baru, dia nggak akan pernah bisa lepas dari bayang-bayang Gala karena sejak dulu dia sudah ketergantungan sama dia." Lanjutnya.

Kedua mata mereka saling bersitatap. Pancaran emosi pada keduanya sama-sama tidak bisa ditutupi. Tapi Nadi yang paling terang-terangan mengekspresikan semua amarahnya.

Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang