"Dipenghujung kisah."
Selamat tahun baruu 2024. Enggak telat kann? Hehehehe
. . . . .Banyak hal terlewati tanpa disadari. Banyak hal terjadi, sebagiannya diluar kendali diri. Ada luka yang sengaja diberikan, ada pula yang tidak sengaja ditorehkan.
Entah bagian mana yang Yunita lakukan kepada Renja dulu. Diwaktu singkat yang mereka miliki, hanya satu hal yang pasti. Pada akhirnya hubungan yang Yunita jalin dengan Wira harus berakhir di meja persidangan. Keduanya sudah resmi bercerai sejak 1 bulan yang lalu. Sedangkan dengan Renja, Yunita kini menyadarinya bahwa mereka tidak pernah benar-benar memulai hubungan baik sebagai seorang Mamah dan anak.
Sekarang Yunita hanya berusaha untuk memperbaiki apa yang bisa diperbaiki.
Saat ini meski kasarannya ia bukan lagi siapa-siapa dihidupnya Renja dan Wira. Tapi karena Zeana, Yunita berusaha dengan keras untuk membangun hubungan yang baik dengan Renja.
Meski kecanggungan masih sering melanda keduanya setiap berkomunikasi. Tapi kedua orang dewasa itu pandai membawa diri. Begitu juga dengan Renja yang berusaha untuk bersikap baik mengingat bahwa seburuk apapun Yunita dimasa lalu, dimasa kini wanita itu tetaplah ibu dari adiknya, Zeana.
"Maaf Mamah repotin kamu jadinya." Ujar Yunita. Kedua matanya menatap Renja rikuh.
Renja tersenyum, sedangkan satu tangannya sudah meraih lengan Zeana untuk digandengnya. "Nggak ngerepotin. Aku malah seneng karena udah dipercaya buat daftarin Zea disekolahan yang sama dengan Shaga." Tangan Renja sudah gemas untuk menjawil pipi Zeana yang gembil.
Yunita terkekeh pelan, namun kedua matanya tidak fokus sepenuhnya kepada Renja dan Zea. Sesekali manik matanya bergulir menatap jauh kedalam pintu rumah yang terbuka lebar.
"Masuk aja Tan, tadi Ren lihat Papah lagi di teras belakang rumah." Renja buka suara.
Yunita terkesiap, mendadak gugup dengan senyuman yang dipaksa terbit lebar. "Ehh_enggak perlu. Mamah juga harus cepet berangkat." Jelasnya tanpa sedikitpun melunturkan senyumanya. Pura-pura melihat jam tangan kecil yang melingkar indah dipergelangan tangannya.
"Besok jadwal Papah cuci darah. Kondisi Papah juga baik, jika nanti sudah ada pendonor Papah bisa langsung mendapatkan penanganan untuk segera dilakukan tindakan oprasi." Tanpa diminta Renja juga menjelaskan.
Yunita mengangguk paham. Sementara kedua matanya menatap Renja syarat penyesalan akan masa lulu yang menjadi penghubung takdir antara keduanya. "Terimakasih, terimakasih untuk semuanya_" Yunita sejenak menjeda ucapannya, satu tangannya terulur mengusap rambut Renja yang panjang, tergerai indah. "Terimakasih karena selalu bersikap baik dan pengertian. Jauh disana, Mamah kamu pasti bangga punya anak sebaik dan sedewasa kamu." Tuturnya, lalu tidak ingin membuat suasana diantara keduanya menjadi semakin aneh. Yunita langsung menarik diri untuk berpamitan. Tidak lupa memberikan kecupan hangat dikening Zeana dan mengusap puncak kepala Renja meski sempat ragu.
Yunita lalu pergi, meninggalkan jejak hangat yang seharusnya diberikan bertahun-tahun lalu.
Sementara mobil Yunita sudah hilang dalam jarak pandang matanya. Kedua mata Renja langsung disuguhi pemandangan sang anak yang baru saja keluar dari kediaman Papahnya dengan pakaian yang sudah rapih. Begitupun dengan Gala.
Semalam anak itu meminta ijin untuk tidur bersama sang Papah. Pada saat itu, wajahnya berseri bahagia. Shaga selalu suka bercerita apapun kepada Papahnya. Hal yang tidak pernah Renja duga sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓
RomanceSequel Eshal Renjana 7 tahun berlalu, Renja sepenuhnya sudah melupakan kesakitannya di masa lalu. Baginya tidak ada kenangan yang layak untuk diingat. Hidupnya sudah bahagia bersama seorang anak laki-laki yang Tuhan kirim untuk menjaganya. Setidakn...