"Tidak ingin membuang waktu."
. . . . .Hallo. Lama sekali kita tidak berjumpa.
Semoga kalian masih tetap setia menunggu kisah rumit Gala dan Renja.
.
.
.
.
."Hari ini mereka bermain bersama, Shaga bahkan tidur dikamarnya. Besok apalagi?" tanyanya. Kedua tangannya sibuk mengupas buah apel dengan kedua mata yang terus-terusan melirik sinis kepada Renja yang tengah sibuk menyiapkan makan malam untuk ketiganya. "Kamu akan ikut tidur juga disana?" Imbuhnya ringan.
Ditempatnya Renja masih tidak berkomentar apapun, ia pura-pura sibuk dengan bahan-bahan makanan dihadapannya. Dan itu malah membuat Raiyana merasa diabaikan.
Wanita itu kemudian berdecak, meletakan buah yang bahkan belum ada setengahnya ia makan lantas berdiri dari duduknya dan bergegas pergi. Meninggalkan Renja yang kini tiba-tiba diam. Tangannya yang semula subuk memotong bawang kini hanya ia tumpukan. Kepalanya tertunduk sedangkan air matanya sudah berderai membasahi kedua pipinya.
Bahkan setelah sekian lama ia masih saja cengeng.
"Lihat, kamu bahkan kembali menangis." Raiyana tertawa miris diakhir kalimatnya, sedangkan kepalanya menggeleng tidak mengerti. Lebih dari itu ia sungguh menyesal melihat Renja yang tengah terisak, seolah ia kembali dihadapkan pada kondisi keponakannya beberapa tahun yang lalu.
Renja yang lemah juga rentan. Namun untuk sekarang ia sama sekali tidak ingin ada pemakluman, terlebih kini keponakannya bahkan sudah menjadi seorang Mamah dari anak laki-laki berusia enam tahun.
Menghela nafasnya panjang, Raiyana lantas segera meraih handphone nya yang tertinggal di atas meja makan. "Cepat selesaikan lalu makan dan istirahat. Tante keluar dulu sebentar." ucapnya kemudian.
Hatinya benar-benar tengah bergejolak hebat. Ia khawatir jika tidak bisa menahan mulutnya untuk tidak berucap kasar yang kemudian hanya akan menyakiti Renja.
.
.
.
.
Dengan telapak tangan yang saling tertaut. Keduanya jalan berdampingan menuju sekolah Shaga. Namun Renja dibuat keheranan, Shaga yang biasanya ceria dan cerewet hari ini terlihat sedikit murung. Anaknya bahkan diam terus sejak langkah mereka meninggalkan butik.
"Mamah lagi sedih ya?" Pertanyaan Shaga yang begitu tiba-tiba sukses membuat Renja tersentak. Kepalanya menoleh ke arah sang anak dan mendapati Shaga kini tengah menatapnya dengan tatapan sendu yang seketika membuat hati Renja berdenyut nyeri.
Meski keryitan bingung tidak dapat Renja sembunyikan. Buru-buru ia menjawab. "Kenapa nanya begitu? Meskipun sedih adalah perasaan yang wajar buat dialami manusia. Tapi hari ini Mamah malah lagi happy banget karena bisa jalan sambil gandengan tangan sama cowok keren ini." Jelas Renja. Genggaman tangan keduanya perempuan itu ayunkan kedepan. Kedua sudut bibirnya tertarik, menciptakan sulas senyuman simpul yang entah kenapa Shaga justru tidak suka melihatnya.
Sadar jika Shaga tidak menanggapinya, Renja langsung menghentikan langkahnya. Kedua manik matanya menatap Shaga dengan khawatir meski kedua sudut bibirnya malah tertarik, menciptakan seulas senyum getir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓
RomanceSequel Eshal Renjana 7 tahun berlalu, Renja sepenuhnya sudah melupakan kesakitannya di masa lalu. Baginya tidak ada kenangan yang layak untuk diingat. Hidupnya sudah bahagia bersama seorang anak laki-laki yang Tuhan kirim untuk menjaganya. Setidakn...