"Baik jahatnya orang tergantung bagaimana cara pandang orang yang menilai."
. . . . .Siapa yang tidak akan tertarik ketika sesosok laki-laki dewasa nampak berjalan santai dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku dengan celana panjang yang membalut kaki jenjangnya yang semakin membuat laki-laki itu begitu menarik perhatian banyak orang dengan posturnya yang tinggi dan gagah. Ditambah rambutnya yang tertata rapih hingga menunjukan dahinya yang nampak cemerlang, benar-benar menunjukan ia adalah laki-laki dewasa mapan idaman semua perempuan. Apalagi dengan rupanya yang rupawan, siapa yang tidak akan berdecak kagum?
Seraya melihat jam tangan yang melingkar gagah ditangan kirinya, pandangan Gala yang semula hanya tertuju ke depan lalu ia alihkan kepada sekertarisnya yang berjalan disampingnya.
"Setelah pertemuan pagi ini, agenda saya selanjutnya apa?"
"Ada jadwal makan siang bersama Tuan Kim. Lalu meninjau pembangunan Cafè dan Restoran dan dilanjutkan dengan..." penjelasan Shandy selanjutnya membuat Gala kian mengeraskan wajahnya untuk menutupi kepalanya yang berdenyut nyeri.
"Apa anda baik-baik saja Pak?" Tanya Shandy. Sekilas ia menangkap kening sang atasan yang mengeryit samar.
"Jika anda tidak enak badan dan tidak memungkinkan untuk melakukan pertemuan. Saya akan mengatur ulang jadwal anda hari ini." Shandy menatap atasannya yang kembali fokus menatap kedepan. Dari samping Shandy dapat melihat dengan jelas bagaimana rupa sang atasan yang sejak tadi menjadi pusat perhatian.
"Tidak perlu. Saya baik-baik saja." Tukas Gala.
Shandy mengangguk.
Sampai di basement, keduanya langsung masuk kedalam mobil dengan Shandy yang akan menjadi supirnya hari ini.
Selama dalam perjalanan, keduanya sama sekali tidak terlibat pembicaraan. Gala yang sibuk menatap jalanan didepan dan Shandy yang berkali-kali menelan ludahnya ragu ketika ingin memulai pembicaraan.
Keduanya padahal seumuran, tapi Gala benar-benar membangun benteng yang sangat tinggi untuk membatasi interaksinya dengan orang-orang. Membuat Shandy sungkan sekaligus segan ketika muncul keingin untuk memulai komunikasi diluar statusnya sebagai bawahan Gala.
Melihat bagaimana laki-laki itu bahkan nampak tidak memiliki sedikitpun gairah untuk tersenyum, tidak jarang juga memunculkan banyak pertanyaan dalam benak Shandy. Hidupnya yang sudah sukses diusianya yang masih terbilang muda bahkan terlihat tidak berarti apapun ketika Gala nampak tidak benar-benar menikmati hasil dari kerja kerasnya.
15 menit perjalan, mobil kemudian Shandy belokan menuju halaman restoran yang nampak lengang. Tidak heran, ini merupakan jam-jam tanggung untuk orang melakukan sarapan pagi.
Mobil terparkir dengan sempurna. Gala membuka sabuk pengamannya dan bergegas keluar dari dalam mobil untuk kemudian kedua matanya langsung menangkap pemandangan seorang wanita berambut panjang yang tengah tertawa lebar dengan seorang laki-laki dewasa disampingnya dan dua anak kecil yang nampak saling bercanda berjalan didepan keduanya, membuat Gala untuk sesaat merasakan jiwanya baru saja ditarik secara paksa dari dalam raganya.
Untuk pertama kalinya Gala mendapati pemandangan yang sukses membuat kedua kakinya tersa lemas seketika.
Gala mematung. Desakan rasa sesak saling berlomba untuk memenuhi hatinya yang entah kenapa terasa hancur untuk sebuah kemungkinan yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓
RomanceSequel Eshal Renjana 7 tahun berlalu, Renja sepenuhnya sudah melupakan kesakitannya di masa lalu. Baginya tidak ada kenangan yang layak untuk diingat. Hidupnya sudah bahagia bersama seorang anak laki-laki yang Tuhan kirim untuk menjaganya. Setidakn...