"People come and go."
. . . . .Hallo..ada yang kangen Shaga?
.
.
.Renja menggelung rambut panjangnya dengan mudah. Menyisakan beberapa helai anak rambutnya yang lolos dari genggaman tangannya. Siapapun orang yang melihatnya tidak akan percaya jika wanita yang kini masih mengenakan piyama bermotif es krim itu sudah menjadi seorang ibu.
Tangannya dengan cekatan menyiapkan segala bahan yang diperlukan untuk menu makanan hari ini.
Ia harus cepat. Apa saja yang penting perut mereka harus terisi dipagi hari. Terlebih ia juga harus menyiapkan bekal untuk anaknya, Shaga. Meskipun anak itu tidak pemilih soal makanan, tapi justru Renja yang tidak tega jika anak laki-lakinya itu harus makan dengan menu yang sama dengan kemarin.
Maka di sela-sela kesibukannya di Butik. Ibu muda itu benar-benar bekerja keras untuk memastikan kesehatan Shaga yang malah suka sekali makan-makanan sembarangan. Apalagi makanan dipinggiran jalan yang kesehatannya sungguh membuat kening Renja berkeryit dalam. Kalau Renja larang ada saja jawabannya.
Katanya, "kalau semua orang mikirnya kayak Mamah. Terus nanti siapa orang yang beli makanan mereka-mereka yang jualan dipinggiran jalan?" Jawaban yang seketika membuat Renja langsung angkat tangan.
Memang benar, benar sekali apa yang diucapkan anaknya itu karena ia juga salah satu penikmat jajanan kaki lima. Hanya saja ketika melihat bagaimana anaknya melahap semua makanan tanpa pilah-pilih, nalurinya sebagai seorang ibu tidak bisa untuk tidak khawatir.
Maka dari itu, sesibuk dan secapek apapun ia selalu menyempatkan diri untuk membuatkan anaknya bekal dan camilan.
Di sela-sela kegiatannya memotong bahan-bahan masakan. Ia kemudian merasakan berat disebelah kakinya. Matanya langsung beralih kebawah dan menemukan anaknya tengah memeluk salah satu kakinya dengan kedua mata yang terpejam.
"Kamu ngapain?" Tanya Renja lalu kembali fokus dengan kegiatannya.
"Ngantuk Mah."
"Kalau masih ngantuk kenapa bangun?"
"Kangen. Pengen cepet-cepet liat Mamah." Ujarnya seraya mengusakan wajahnya dikaki Renja yang seketika membuat kepala wanita itu menggeleng heran karena tingkah anaknya.
"Bisa-bisanya yah ngomong gitu." Saut Renja tanpa perlu repot menyembunyikan senyumannya.
Memang terkadang mulut anaknya itu manis sekali hingga rasanya Renja sampai kenyang di gombali setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓
RomantizmSequel Eshal Renjana 7 tahun berlalu, Renja sepenuhnya sudah melupakan kesakitannya di masa lalu. Baginya tidak ada kenangan yang layak untuk diingat. Hidupnya sudah bahagia bersama seorang anak laki-laki yang Tuhan kirim untuk menjaganya. Setidakn...