"Menjadi serba salah."
. . . . .Shaga menggeliat dari tidurnya. Perlahan kedua matanya terbuka, lalu menyipit ketika merasakan silau lampu yang menerobos masuk kedalam retina matanya.
Untuk sejenak anak berusia enam itu hanya diam seraya menatap langit-langit kamar, memproses dengan suasana kamar yang sangat berbeda dengan kamar di rumahnya ataupun kamar di apartemen nendanya.
Pandangannya lalu beralih pada sosok laki-laki yang kini tengah meringkuk seraya memeluk dirinya. Biasanya ketika bangun tidur, ia pasti akan segera mencari mamahnya. Namun untuk hari ini, sepertinya kebiasaannya itu ia tunda dulu. Wajah tegas milik laki-laki yang akhir-akhir ini sering sekali ia jumpai lebih menarik perhatiannya.
Cukup lama ia memandang, hingga ketika yang ditatap menunjukan tanda-tanda akan segera bangun dari tidurnya Shaga langsung kembali memejamkan kedua matanya dan kian merapatkan dirinya dalam rengkuhan Gala.
Pura-pura tidur.
Shaga merasakan badan dalam pelukannya menggeliat, dan beberapa detik selanjutnya pelukan tangan kokoh itu semakin mengerat. Shaga bahkan dapat merasakan jika puncak kepalanya baru saja diberikan kecupan.
"Selmat pagi sayang." Gumam Gala.
Tidak terasa jika ternyata mereka tertidur sangat lama. Dari sore hingga kini waktu sudah menunjukan pagi hari.
Gala dengan pelan memisahkan badan keduanya. Takut membuat Shaga terbangun.
Sejenak Gala duduk bersila diatas ranjangnya guna mengumpulkan kesadarannya secara utuh, hingga pintu kamar yang memang tidak ia kunci itu terbuka menunjukan Renja yang langsung mengalihkan wajahnya ketika mendapati Gala yang bertelanjang dada.
"Ah maaf." Kikuk Renja, merasa sangat ceroboh karena membuka begitu saja pintu kamar milik seorang laki-laki dewasa.
"Tidak apa-apa." Balas Gala seraya bangkit dan turun dari ranjangnya. "Masuklah, Shaga masih tidur." Ucap Gala ringan.
"Shaga harus pulang." Ujar Renja.
Aneh. Suasananya terasa begitu canggung sekali. Renja bahkan masih berdiri diambang pintu.
"Iya aku tahu. Tapi biar Shaga disini dulu. Aku akan antar dia pulang setelah mandi disini. Tolong kamu ambilkan saja baju gantinya."
"Nggak usah. Shaga mandi dirumah saja."
Namun ucapan Renja sama sekali tidak Gala gubris. Laki-laki itu justru kembali menghampiri Shaga dan menangkup wajah mungilnya lalu berbisik disebelah telinga kanan Shaga. "Shaga. Bangun nak, ayo kita mandi."
"Gal, Shaga mandi dirumah saja." Ujar Renja kembali menegaskan. Membuat fokus Gala pada Shaga terpecah, lantas mengalihkan atensinya kepada Renja.
"Menurut mu ini rumah apa bukan?" Tanya Gala.
Renja menghela nafas panjang. "Bukan begitu maksudnya."
"Lalu?" Tanya Gala. Badannya lantas kembali bangkit. Berdiri disisi ranjang sedangkan kedua tangannya ia masukan kedalam saku celana pendekenya.
"Bisa nggak sih kita nggak usah debatin hal-hal remeh kayak gini?"
"Mau sampai kapan kamu begitu terus? Aku minta dengan cara baik-baik kamu marah-marah. Maki-maki aku. Lalu aku harus gimana? Serius aku nggak boleh deket sama anak aku sendiri Ren?" Tanya Gala tidak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓
RomanceSequel Eshal Renjana 7 tahun berlalu, Renja sepenuhnya sudah melupakan kesakitannya di masa lalu. Baginya tidak ada kenangan yang layak untuk diingat. Hidupnya sudah bahagia bersama seorang anak laki-laki yang Tuhan kirim untuk menjaganya. Setidakn...