19. Juan and his life

79 35 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

"penyakit gagal ginjal pasien sudah mencapai stadium akhir dan pasien harus segera menjalankan tranplantasi ginjal. Untuk saat ini yang bisa kita lakukan hanya berdoa dan menunggu adanya pendonor ginjal "

Kata-kata itu terus terngiang di pikiran Juan hingga dia merasa frustasi. Di usapnya wajah itu dengan kasar lalu Juan kembali menunduk. Juan bingung. Dia benar-benar bingung harus melakukan apa saat ini. Melihat bunda nya yang terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit membuat hati nya sakit. Dia tidak tega, bahkan jika di beri kesempatan, Juan rela bertukar posisi dengan sang bunda asalkan dia bisa melihat bundanya kembali sehat.

Dia kembali menangis. Dalam hati Juan bertanya-tanya mengapa?. Dia terus bertanya-tanya mengapa harus bundanya yang sakit. Mengapa harus bundanya yang terbaring lemah di sana. Mengapa kejadian ini harus di alami oleh bunda juga dirinya. Dan mengapa ayahnya juga tak kunjung pulang.

Mengingat sang ayah membuat Juan kembali mengusap wajahnya dengan frustasi. Lalu Juan mengeluarkan ponselnya dan membuka room chat nya dengan sang ayah.

Juan pun menghela nafas saat tak ada satupun chat nya yang di balas oleh sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan pun menghela nafas saat tak ada satupun chat nya yang di balas oleh sang ayah. Tangan nya yang tak memegang ponsel kini mengepal dengan kuat. Rasa-rasa nya dia ingin berteriak sekencang mungkin untuk melampiaskan apa yang dia rasakan saat ini.

Tiba-tiba ponsel Juan kembali bergetar, dia sedikit melirik ke layar ponselnya yang menampilkan nama Ojan sebagai si pengirim pesan.

Tiba-tiba ponsel Juan kembali bergetar, dia sedikit melirik ke layar ponselnya yang menampilkan nama Ojan sebagai si pengirim pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesan terakhir dari Ojan membuat Juan sedikit tersenyum, namun senyuman itu tak berlangsung lama karna kini atensi nya beralih menatap bundanya yang masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pesan terakhir dari Ojan membuat Juan sedikit tersenyum, namun senyuman itu tak berlangsung lama karna kini atensi nya beralih menatap bundanya yang masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Juan mendekat, lalu menggenggam tangan sang bunda seraya mencium nya pelan."Jangan tinggalin Juan ya bunda, bunda harus sehat" bisiknya.

Air mata kembali jatuh membasahi pipi Juan. Dia terisak dengan pelan takut ketenangan bundanya terganggu akan suaranya.

"Klo bunda pergi, nanti Juan sama siapa?" Suara Juan bergetar. Dia menunduk, menyembunyikan kepalanya di antara lipatan tangan.

Tiba-tiba pintu kamar rawat bunda terbuka, menampilkan sosok Ojan yang sedang menenteng plastik putih. Buru-buru Juan menghapus jejak air matanya sebelum tersenyum kecil ke arah Ojan.

"Udah nyampe? Haris mana?" Tanya Juan dengan sisa-sisa sesenggukan nya.

Ojan tak langsung menjawab, dia melangkah mendekati Juan seraya menyerahkan plastik putih yang dia tenteng.

"Nih makan" ujar Ojan

"Gue gak la..."

"Makan Jun! Nangis juga butuh tenaga!" potong Ojan. Juan terdiam, dia pun menghela nafas sebelum menerima plastik pemberian Ojan itu.

"Makasi"

Ojan mengangguk, setelahnya dia menggantikan posisi Juan untuk duduk di samping bunda.

"Haris mana?" Juan bertanya seraya menyuap kan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

"Ke rumah Lo buat ambil baju"

Suasana kembali hening, Keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sesekali Juan melirik bunda yang kini tangan nya di genggam oleh Ojan. Melihat hal itu, Juan pun kembali menghela nafas.

"Gagal ginjal bunda udah stadium akhir jan, dan bunda harus di tranplantasi ginjal. Tapi donor ginjal saat ini gak ada" ujar Juan yang membuat Ojan menoleh

"Gue pengen donorin ginjal gue buat bunda, tapi bunda selalu ngelarang gue Jan" sendok yang Juan genggam kini dia letakkan begitu saja. Sorot matanya kembali terasa kosong. Ojan pun bingung harus berbuat apa saat melihat teman nya seperti itu.

"Bunda sakit, ayah jarang pulang, dan gue yang selalu sendiri. Haha gini amat ya nasib gue" Juan terkekeh namun dapat Ojan lihat air mata Juan kembali jatuh di pipinya

"Bunda bakalan sehat kan ya Jan?"

Pertanyaan Juan membuat Ojan benar-benar diam seribu bahasa. Dia bingung harus menjawab apa, dia takut membuat Juan berharap ketika takdir-Nya berkata tidak. Pada akhirnya Ojan pun menghela nafas.

"Kita doain aja yang terbaik buat bunda Jun"

Lagi-lagi Juan terkekeh, "klo bunda bener-bener gak ada, gue harus gimana ya Jan?"

"Ya gak gimana-gimana. Bunda masih ada Jun, lo jangan mikir terlalu jauh" ucap Ojan

"Gua cuma takut Jan"

"Klo gitu gak usah di pikirin"

Hening kembali menghampiri mereka, hingga tiba-tiba saja Juan menoleh ke arah Ojan seraya tersenyum.

"Jan, makasi ya"

Ojan mengernyit, "untuk?"

"Entah, untuk semua nya mungkin"

Selama beberapa detik Ojan hanya terdiam, namun detik selanjutnya dia ikut tersenyum.

"Sama-sama Jun"

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
J A U Z A N  [Park Jeongwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang