25. "sebenarnya gue capek bang"

79 38 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

"Jan, rokok?"

Ojan menoleh ke tangan Adi yang sedang menawarkan diri nya sebuah rokok. Dengan ragu-ragu dia menoleh ke sampingnya tempat Dino berada.

"Ambil aja. Gue tau Lo lagi butuh pelampiasan"

Ojan tersenyum, lalu di raihnya rokok yang di tawarkan oleh Adi untuk di nikmatnya.

"Bangsat banget ye Jan?" Ojan mengernyit mendengar penuturan yang keluar dari Adi. Dia bingung harus merespon seperti apa.

"Sejak kapan?"

"Apa nya yang sejak kapan bang?"

"Lo yang di siksa kayak gitu, sejak kapan?"

Sejenak Ojan menikmati rokok nya itu sebelum menjawab. "Sejak... Negara api menyerang?"

Tak!!

Sebuah jitakan kasar mendarat mulus di kepala Ojan. Dengan kesal, Ojan menatap Adi dengan tatapan tak terima nya.

"Apaan sih lo bang?! Sakit kepala gue njir!" Protes Ojan

Adi membalas tatapan Ojan dengan santai, "makanya kalo gue nanya itu jawab yang serius. Malah di bercandain"

"Lo aja gak pernah serius nanggepin pertanyaan gue"

"Tapi situasi sekarang gak cocok di bercandain tolol!! Ngotak dikit Napa sih?!"

"Iya dah, si paling serius"

"Anak set–"

"bisa diem gak?!"

Semuanya langsung terdiam seketika saat Dino mulai bersuara. Tatapan tak bersahabat Dino tujukan untuk kedua saudaranya.

"Sumpah gue capek denger kalian ribut Mulu. Akur sehariiii aja, bisa?"

Adi yang semula bersembunyi di balik tubuh Ojan mulai mengeluarkan pembelaan diri.

"Salahin Ojan tuh, gue nanya serius malah di bercandain"

"Lo juga gak pernah serius nanggepin pertanyaan gue!!" Sahut Ojan tak terima

"Mulai berantem lagi nih?" Ucap Dino yang mulai jengah

Ojan dan Adi kembali terdiam saat melihat Dino yang berancang-ancang ingin memukul mereka. Kini Suasana di antara mereka bertiga cukup hening. Mereka bertiga fokus dengan pikiran masing-masing hingga tak sadar ternyata mereka telah menghabiskan satu kotak rokok milik Adi.

"Anjir rokok gue habis, tanggung jawab lo berdua!!" Seru Adi

"Yaelah bang santai. Noh bang Dino banyak duitnya noh, palakin aja dia" saran Ojan

"Sono Din beli rokok di warung, mulut gue masih asem nih" ucap Adi yang mengundang tatapan tak terima Dino

"Anjir, harus gue nih yang jalan ke warung? Suruh si Ojan aja"

"Ojan tetep di sini, gue mau ngomong sama dia"

"Ebuset nada suara lo serius amat bang, jadi geli gue dengernya"

Adi tak mempedulikan ejekan dari Ojan, matanya tetap memandang Dino seakan-akan menyuruh Dino bergegas untuk berangkat. Dengan malas, Dino pun beranjak dari tempatnya dan bergegas pergi ke warung yang lumayan jauh dari rumahnya.

"Lo mau nanya apaan bang?" Tanya Ojan setelah benar-benar hanya ada mereka berdua di sana

Sekilas Adi melirik ke Ojan sebelum kembali fokus ke ponselnya, "tau dah gue lupa"

"Sialan, gue udah deg-degan gini"

Adi pun terkekeh kecil karna merasa berhasil mengerjai Ojan. Suasana hening kembali menyelimuti mereka, hingga tiba-tiba Adi kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dan menatap Ojan dengan serius.

"Capek gak Jan?" Tanya Adi

Ojan mengernyit, "ha? Capek? Dari tadi gue cuma duduk doang bang gak jingkrak-jingkrak"

"Ck, emang gak guna ngasih Lo sebuah pertanyaan"

"Lagian Lo nanya gak jelas banget, njir. Udah tau gue duduk kok di tanyain capek apa nggak"

"Dahlah, males gue ngasih Lo pertanyaan lagi" Adi kembali mengeluarkan ponselnya yang membuat Ojan tertawa.

Dari kejauhan Ojan melihat kedatangan Dino dengan sebungkus plastik hitam, dan sebelum Dino benar-benar mendekat ke arah mereka. Ojan menoleh ke Adi seraya tersenyum.

"Sebenarnya gue capek bang. Tapi mau gimana lagi, hidup gue udah di takdirin gini"

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
J A U Z A N  [Park Jeongwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang