02. "Maaf ya, ayah?"

575 46 3
                                    

Happy reading gengs 💀🤍

T.M.A

"Ayah?" gumam seorang gadis tiba-tiba muncul setelah ia keluar dari 1 ruangan kamar.

"Sayang, ayo makan nak." balas sang ayah—Zein.

"Ayah minggu kemarin udah kesini, kenapa kesini lagi?" tanya Naya lalu duduk di kursi yang sedang di bereskan oleh Zein.

Zein berhenti mengelap meja, ia menatap Naya dengan tanda tanya di benaknya.

"Ayah gak boleh kesini sering-sering ya?" tanya Zein ikut duduk bersama putri kesayangannya.

"Bukan gitu, ayah. Cuma aneh aja, ayah emang punya waktu sebanyak itu buat Naya, ya?" Zein tersenyum, ia melepaskan terlebih dahulu celemek nya, lalu mengelus pelan rambut Naya.

"Waktu ayah hanya untuk kamu, cantik." balas Zein dengan tulus.

"Maaf ya, Ayah?" ungkap Naya tiba-tiba sambil membalikkan piring yang terbalik dan mengendikan nasi ke piring putih nya.

"Untuk apa?" tanya Zein heran.

"Untuk semuanya." balas Naya tersenyum deng wajah pucat.

"Muka kamu pucat, rambut kamu acak-acakan, tapi tetap aja, putri ayah yang paling cantik!" puji Zein terkekeh.

"Tadi pakaian dalam kamu ayah cuci, terus ayah jemur, jangan lupa di angkat terus di lipat ya!" pesan Zein sambil tertawa.

"Ihh ayah! Naya malu!" sebal Naya dengan muka yang memerah.

"Hahaha! Jangan di tumpuk! Bersihin langsung, dasar jorok!" omel Zein dengan wajah ketusnya, sedangkan Naya hanya terkekeh sambil menikmati sarapan paginya.

"Iya ayahh...." balas Naya terus melahap makanan nya.

"Ayah sendiri bingung, kenapa ayah gak bisa sekali aja gak khawatir sama kamu." tutur Zein bangkit dari duduknya.

"Bulan ini hingga bulan depan, ayah bakalan kerja di luar negeri, kamu gapapa?" Naya yang asyik makan langsung menoleh.

"Gak apa-apa, Naya udah besar, ayah!" jawab Naya terkekeh.

"Yaudah kalau gitu, ayah percayakan sama kamu!!" gemas Zein mencubit pipi mulus Naya.

"Habisin makanan kamu, udah gini ayah mau pergi. Tadi ayah mampir ke toko sekalian beli pembalut kamu, itu ayah taruh di meja, lebih menyerap, loh!" tawa Zein pecah, sedangkan Naya hanya diam menahan malu, ayahnya ini benar-benar ya!

"Ayah ih, udah!! Naya malu! Ayah terlalu peduli, sama Naya!" geram Naya membuat Zein memberhentikan tawanya.

"Iya maaf, Kanaya...."

Setelah pembicaraan selesai, Zein mulai bergegas pergi setelah meninggalkan 20 lembar uang berwarna merah di atas meja makan beserta kartu ATM-nya.

Naya berhenti makan setelah semuanya habis, ia menoleh ke arah meja di ruang televisi, plastik hitam itu berisi pembalut. Naya bangkit dari duduknya, ia berjalan menuju kalender untuk menghitung bulan.

Arkanay : take me away!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang