07. Kata ayah.

171 32 5
                                    

"Untung aja ni apartemen gak gue jual, kontrak masih berjalan lancar. Dalemnya juga udah gue bersihin, aman deh, tinggal isi kulkas, baju kotor, baju lemari sama manasin TV, basahin wastafel and kloset." ucap Naya mengabsen seluruh kegiatan nya, harus terlihat bahwa ia benar-benar mengisi ruangan itu.

Hanya tinggal 2 jam lagi sebelum Zein datang, Naya sudah melakukan semuanya, tak lupa ia mengacak-acak sedikit kondisi ruangan nya agar sang ayah tak curiga.

Naya buru-buru kembali ke kamar apartemen nya saat jam 6 subuh tadi, dan beres-beres pun selesai.

"Tinggal nunggu ayah deh!" ujar Naya lalu berbaring di sofa dengan televisi menyala.

Sudah cukup lama Naya tertidur, ia mendadak bangun saat mencium bau aneh yang menyengat masuk ke Indra penciuman nya.

"Eh? Tuan putri ayah udah bangun?" Zien tersenyum sambil menghampiri putri nya dan memeluk hangat Naya, sedangkan Naya, ia sibuk menahan mual dengan apa yang di masak oleh sang ayah.

"Ayah masak apa?" tanya Naya refleks menutup hidungnya.

"Ayah masak tumis kangkung kesukaan kamu!" tawa Zein mengelus lembut rambut Naya.

Bau... Batin Naya, ia hanya tersenyum menanggapi ucapan ayahnya.

"Naya mau keluar sebentar buang sampah, ya ayah?" pamit Naya, Zein tersenyum sambil mengangguk. Naya mengambil 2 kantong plastik hitam yang isinya hanya gumpalan kertas, sengaja ia buat agar terlihat lebih nyata.

Setelah keluar dari dalam ruangan itu, Naya bernafas lega, ia tak bisa membayangkan bagaimana keseharian nya selama seminggu bersama sang ayah.

Naya keluar cukup lama, ia menunggu Ayah nya selesai memasak. Dengan alasan akan pergi ke supermarket.

"Udah lama gak makan ramen, apa gue makan di indoapril aja? Jajan sekalian makan, lagi pengin mie juga..." gumam Naya segera melangkah menuju indoapril dengan hanya menggunakan baju lengan pendek dan celana panjang olahraga abu-abu, tak lupa sandal kodoknya agar terlihat sedikit lebih tinggi.

"Ngidam kali ya gue? Kesambet apaan ni badan pengin makan ramen siang-siang gini." Naya terus bercoleteh tak jelas sambil menyeduh ramen pedasnya.

Baru saja ramen itu masuk ke mulutnya 2 suap, saat suapan ke3, mie ramen nya mendadak diambil alih oleh seseorang.

"Wihh enak nih emie..."

"Arkael!" teriak Naya kesal.

"Gabaik bumil makan makanan instan!" tawa Kael merebut sumpit di tangan Naya dan melahap ramen milik Naya.

"Perasaan lo ada di mana-mana deh?" tanya Naya lalu bersandar di kursinya.

"Gua kan pekerja paruh waktu, masa sewa sama lo udah kelar, lanjut kerja sama yang lain, tadi gua abis nganterin sayur-sayuran di apartemen deket sini." jelas Kael bercerita.

"Apartemen?" beo Naya, Kael mengangguk.

Ia menelan makanan nya terlebih dahulu sebelum menjawab "Iya, apartemen gemilang."

"Itu tempat gue tinggal woi, lo anter ke kamar nomor berapa?"

"Nomor 30 lantai 3."

"Terus, lo ketemu bapak-bapak gak?" Kael menggeleng.

"Gua cuma nemu om om, sih..."

"Itu bokap gue, bego." cibir Naya. Kael terkekeh.

"Gue tau kok, mirip sama lo soalnya. Insiatif perasaan laki-laki gak pernah salah."

"Ngomong aja itu gara-gara celemek yang di pake bokap gue kan!" Kael tertawa sambil mengangguk.

"Ayahnya Naya!" Kael menirukan tulisan di celemek Zein.

Arkanay : take me away!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang