Saat ini Sanji sudah memakai hoddie besar, kacamata dan juga masker. Dirinya memakai itu semua karena ia tak ingin orang-orang melihat kondisinya.
Tempat besar ini sebenarnya sudah tutup saat menjelang pagi dan akan beroperasi kembali menjelang malam.
Namun banyak pegawai yang masih berada disini untuk membereskan kekacauan yang terjadi tadi malam. Jadi Sanji masih melihat banyak orang berkliaran di sana sini.
Dirinya menuruni tangga dan berjalan keluar. Sesampainya di luar gedung ia langsung memesan taksi dan menaikinya.
Syukurlah dia tak berjumpa siapapun tadi, tubuhnya sudah terlalu lelah hanya untuk menyapa dan mendegar ocehan teman sejawatnya.
Sanji menyender ke kursi dan menutup matanya. Awalnya ia ingin beristirahat sebentar sebelum sampai ke rumah, tapi....
Ting
Sebuah pesan masuk berhasil membuatnya membuka mata.
Boa :
Bayaran hari ini sudah aku transfer.
Sanji tak membalas. Dirinya menutup pesan tersebut dan membuka aplikasi mobile bankingnya.
Ternyata benar, bayarannya sudah masuk.
Dirinya sedikit lega dan tersenyum. Setidaknya uang ini bisa dia pakai untuk biaya sekolah dan keperluan Reiju yang lainnya.
Sanji memasukkan kembali handphonenya dan mengeluarkan kotak rokoknya.
Badannya sangat lelah, dia butuh sesuatu untuk merilekskan tubuhnya.
"Boleh aku merokok? " Tanyanya kepada supir, karena dia takut asapnya akan mengganggu pria itu mengemudi.
"Silahkan tuan" Mendengar jawaban itu, Sanji langsung membuka kaca dan menghidupkan rokoknya.
"Hahhhh " Dia menghembuskan asapnya seakan beban hidupnya sedikit berkurang.
Sanji menikmati rokoknya sampai dirinya tiba di rumah.
------------
Sesampainya di tujuan, Sanji turun dan memberikan beberapa lembar uang kepada sang supir.Setelah mobil itu pergi, ia mulai melangkahkan kakinya ke sebuah gedung tinggi yang lumayan besar.
Sanji tinggal di sebuah apartment sederhana di tengah kota. Sudah 2 tahun ia tinggal disini.
Biayanya memang tak semurah jika dia menyewa kos-kosan satu kamar seperti dulu, namun tempat dan lokasi yang strategis membuatnya rela merogoh koceknya lebih.
Tempat ini lumayan dekat dengan pusat perbelanjaan dan sekolahan. Jadi dia tak perlu khawatir jika Reiju pulang sendiri.
Tetangga disini juga sangat ramah dan baik. Beda sekali dengan kos-kosannya dulu yang penuh dengan preman dan pengangguran.
Bisa di bilang, kehidupannya sekarang sudah mulai membaik. Ya walaupun begitu banyak keringat yang di peras untuk mewujudkannya.
Sanji berjalan dan menaiki lift menuju lantai 9.
Dirinya akan keluar dari lift, saat ia mendengar dua orang sedang bertengkar di lorong.
"Aku tak mau, aku ingin menunggu kakak"
"Tapi ini sudah jam 7, kau bisa telat kalau tak berangkat sekarang"
"Aku tak peduli, lebih baik aku tak usah masuk sekolah"
"Jangan seperti itu, kakakmu bisa sedih"
"Aku bilang aku tak~.... Kakak?!! "
Suara itu terhenti saat melihat Sanji yang keluar dari lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitch Perfect
FanfictionSanji is a bitch. Dia adalah seorang yatim piatu yang ditinggalkan oleh orang tuanya saat masih berumur 12 tahun. mempunyai seorang adik perempuan yang umurnya berbeda 10 tahun dengannya, membuatnya harus banting tulang untuk bertahan hidup. semu...