Zoro pov
Aku melihat secarik kertas yang berada di tanganku dengan lekat.
Angka-angka yang berjejer disana berhasil membuatku bimbang.
Perdebatan batin membuncah antara menghubungi nomor tersebut atau tidak.
"Kira-kira apa yang harus kukatakan?" Batinku berpikir.
"Kau lagi latihan sulap ya? " Suara Robin Mengintrupsi pikiranku.
Aku melihatnya dan memasang wajah tak mengerti.
Seakan tau maksudku diapun berkata "kau ingin membakar kertas itu hanya dengan menatapnya kan? " Lanjutnya dengan polos.
Aku hanya bisa menepuk jidat melihatnya, jalan pikiran Robin yang aneh sudah sampai ke tahap, aku telah terbiasa mendengar kata absurb keluar dari bibirnya.
"Aku bingung, apa yang harus ku katakan jika menelepon nomor ini" Karena lelah berpikir akhirnya aku meminta saran dari Robin.
"Memangnya itu nomor siapa? " Tanyanya penasaran.
"Sanji" Jawabku singkat.
"Ahh aku mengerti, kau menyukainya kan" Bukannya memberi solusi dia malah ingin mengejekku.
"Mungkin masih tahap tertarik" Akupun sebenarnya masih belum mengerti dengan perasaanku.
"Tapi, menurutku ia begitu rumit" Tiba-tiba Robin berkata demikian.
"Huh? Maksudmu? "
"Entahlah, aku merasa kehidupan Sanji tak sesimpel kelihatannya"
Aku berpikir dan mencoba mencerna kalimat yang diutarakan Robin.
"Aku tak tau, hanya saja hatiku selalu memikirkannya. Seperti keinginan untuk menjaga dan melindunginya" Aku mencoba menjelaskan apa yang aku rasakan.
"Hemmm aku mengerti, kalau begitu coba aja ajak dia keluar." Saran dari Robin.
"Bagaimana kalau dia tak mau? " Tanyaku cemas.
Robin mulai berpikir kemudian berkata "Bilang aja untuk balas budi. Kau kan sudah menolongnya 2 kali"
"Tapi... Dia kan juga sudah memasak untuk kita sekali"
"Kan masih sekali, cobalah lagi. Mana tau dia mau" Robin meyakinkan.
"B-baiklah" Aku berkata seraya mengambil handphoneku.
Aku menekan nomor yang tertera di kertas tersebut dan menunggu nada masuk.
Tak lama, terdengar suara dari seberang.
"Hallo "
"Hey Sanji?" Ujarku gugup.
Tak ada jawaban dari seberang, kelihatannya ia sedang berpikir.
"Siapa? " Tanyanya.
"Aku Zoro, kau masih mengingatku kan? "
"Ahh iya, Zoro ada apa? "
"Hemm aku ingin menagih janjimu."
"Janji? Yang mana? " Dia terdengar bingung.
"Katanya kau ingin balas budi kan? Ini lah waktunya"
"Ta-tapi waktu itu aku sudah memasak untuk kalian"
"Iya, kan hanya sekali. Aku menolongmu 2 kali. Kau tak ingat?! "
Sanji terdiam dan tampak berpikir, aku pun meremas tanganku menunggu jawabannya, ku harap dia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitch Perfect
FanfictionSanji is a bitch. Dia adalah seorang yatim piatu yang ditinggalkan oleh orang tuanya saat masih berumur 12 tahun. mempunyai seorang adik perempuan yang umurnya berbeda 10 tahun dengannya, membuatnya harus banting tulang untuk bertahan hidup. semu...