Jakarta. Kota terbesar, tersibuk, dan terpenuh di Indonesia. Segala rupa manusia ada di kota yang terkenal metropolitan ini. Dicibir dan dirindu. Dimaki dan dinanti. Ditertawakan dan dibanggakan. Kota yang memiliki dua sisi ini memiliki berjuta cerita. Tak sedikit orang-orang menjelekkan Jakarta, mengatakan bahwa Jakarta kota yang kejam, kota yang tak bersahabat, kota bagi orang-orang ambisius, kejam, dan tamak. Tapi menjadi tujuan utama untuk mengais rezeki, mencari makan, membuka peruntungan, menaikkan derajat hidup. Tak sedikit orang-orang rela menghempaskan idealisme dan menjadi pelacur rupiah hanya untuk bisa menyenangkan sanak saudara di kampung.
Hampir semua orang tak menyukai Jakarta yang panas, penuh polusi, padat penduduk, orang-orang yang tak ramah dan tempramental. Lucunya, mereka juga memiliki impian tinggi untuk dapat bekerja di gedung-gedung pencakar langit nan prestisius. Berlomba-lomba tiap pekerja memamerkan tempat mereka bekerja di sosial media. Berpura-pura menjadi sebuah keahlian tak tertulis yang harus dimiliki oleh para manusia yang bekerja atau hidup di Jakarta. Pura-pura bahagia, pura-pura baik-baik saja, pura-pura merendah dan sederhana, itu semua hanya sekedar untuk konten. Dibalik itu semua, ada setumpuk hutang yang harus dibayar karena uang gaji takkan pernah cukup untuk membiayai gaya hidup. Hedonisme metropolitan merupakan lingkaran setan yang tidak akan bisa putus sampai kapan pun.
Hidup di kota sebesar dan sepenuh Jakarta juga memiliki berbagai cerita yang luar biasa beragam. Berbagai macam orang ada di sini, dengan latar belakang yang tak kalah bervariasi pula. Arogansi tiap insan yang rela menjual jiwa dan raga hanya untuk mendapatkan uang tiap bulan pun tak kalah tinggi dengan ratusan gedung pencakar langit. Kejamnya kota ini melebihi kejamnya ibu tiri di cerita-cerita. Ketimpangan sosial adalah makanan sehari-hari di sini. Gedung-gedung pencakar langit nan mewah akan selalu berbatasan dengan pemukiman kumuh padat penduduk.
Diantara jutaan penduduk Jakarta ini, ada salah seorang wanita muda yang berusia di akhir dua puluhan. Di usia yang terbilang belia ini, dia sudah melewati banyak hal dan membentuk dirinya sekarang ini. Lahir di keluarga pengusaha kaya raya, hingga jatuh miskin dan harus merintis segalanya dari titik terendah, hingga sekarang dia bisa bangkit kembali dan menjadi lebih kaya raya lagi dibandingkan kehidupan sebelumnya. Disegani dan dihormati oleh kawan mau pun lawan bisnisnya.
Bisnis yang dimilikinya pun bukan bisnis fashion atau pun kecantikan. Bisnis di bidang logistik adalah penghasilan pundi-pundinya. Ya, bisnis yang terkenal masih masih terbilang patriarki di era emansipasi ini berhasil dijalankan tangannya. Tak mudah memulai usahanya ini. Dimulai dengan dicibir dan direndahkan oleh banyak orang karena memulainya sebagai staff rendahan, dia terus merintis segalanya dengan dua kunci, yakni jujur dan berkepala dingin. Dua hal itu yang membantunya meniti tangga karier dan melepaskan dirinya dari jurang kemiskinan. Kerja kerasnya turut pula membantunya untuk dapat dipercaya oleh pemilik perusahaan sebelumnya untuk mempercayakan perusahaan ini. Dia berhasil menjadi yang terbaik dari yang terbaik.
Siapakah dia? Namanya adalah Oriana. Baru berulang tahun yang kedua puluh sembilan tahun beberapa bulan lalu. Wanita keturunan Betawi-Solo-Belanda ini tak pernah mau dipusingkan oleh hal-hal yang tak penting. Wajahnya sangat cantik, dengan mata cokelat tua dan selalu berbinar bagaikan pemandangan kota di malam hari. Hidungnya yang mancung dan bibirnya yang berisi menambahkan pesona dirinya. Darah Belanda mewarisinya kulit yang lebih cerah daripada orang-orang Indonesia kebanyakan, namun dia tak terlalu tinggi, hanya seratus enam puluh sentimeter. Terima kasih yang sangat besar ditujukan kepada darah Betawi-Solo yang mengalir di tubuhnya, karena dia tak perlu bekerja terlalu keras untuk mendapatkan tubuh seksi. Lekukan tubuhnya dapat membuat siapa pun yang melihatnya akan meneteskan air liur dan menatap penuh damba.
Dikarenakan dia pernah merasakan menjadi sangat miskin dan harus banting tulang hanya untuk dapat membeli makanan untuk keluarganya, Oriana tak pernah meremehkan atau memandang rendah orang lain walau pun ia telah menjadi sangat sukses sekarang. Oriana sadar, tanpa orang-orang yang rela bekerja dengan tenaga, ia tak akan menjadi dirinya sekarang ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/325871610-288-k475472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul Called Home
RomanceLGBTQ+ CONTENT! GXG! Hingar-bingar kehidupan di Jakarta tak seelok cerita orang. Ketimpangan sosial menjadi pemandangan sehari-hari. Tak henti tiap insan mencoba peruntungan demi sesuap nasi dan sesenti harga diri. Oriana, seorang wanita sukses dan...