Tentu saja untuk menghukum orang yang mampu membeli hukum tidak akan pernah berjalan dengan mudah. Segala upaya telah dikerahkan untuk menggusur Baskoro sebagai salah satu pemilik saham, dan tak ada lelah juga Baskoro berusaha memutar balikkan fakta. Puluhan hari berjalan dengan penuh kekhawatiran. Selain berduit, Baskoro juga terkenal licik. Dia berusaha memanipulasi dan menakuti-nakuti para pemegang saham lain dan para dewan direksi. Hingga akhirnya, beberapa anak buah Oriana berusaha menjatuhkan citra perusahaan.
Untung saja Oriana sigap dengan perubahan yang mendadak ini dan mencari bukti keterlibatan Baskoro dalam kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh beberapa karyawannya itu. Berkat bantuan Jenar dan para staff lainnya, terbukti bahwa beberapa karyawan yang melakukan kesalahan itu secara sadar memanipulasi angka dan proyek-proyek sehingga mengacaukan sistem internal perusahaan. Lebih tepatnya ada tiga orang karyawan yang terlibat, yakni seorang manager operasional, seorang admin, dan seorang kepala gudang. Beberapa cara licik digunakan oleh mereka untuk menghancurkan bisnis Oriana, mulai dari hilangnya beberapa barang milik penyewa, berantakannya jadwal pengiriman, penagihan-penagihan bodong, hingga pembocoran data karyawan.
Tiga orang itu telah menjadi boneka dari Baskoro karena dilatar belakangi oleh berbagai ancaman serta diberikan uang dalam jumlah yang tak sedikit. Ketika Jenar menemukan beberapa bukti kejanggalan di lapangan berdasarkan laporan keamanan dan CCTV, dia geram bukan main. Bagaimana mungkin ada orang-orang yang mau melakukan hal yang jahat kepada seseorang yang telah memberinya makan dan pekerjaan? Oriana juga mengumpulkan semua bukti dan laporan dari berbagai pihak dan akhirnya dengan tegas memecat ketiga karyawan itu. Jenar, yang kepalanya sudah sangat panas, dengan berapi-api meminta Oriana untuk turut serta menyeret ketiga orang itu beserta Baskoro ke meja hijau. Oriana menolak, karena dia tahu betapa Baskoro memiliki koneksi yang baik dengan beberapa anggota kepolisian dengan tingkat tinggi.
"Lalu, bagaimana dengan hubungan baik kita dengan Mayjen Andrew? Belum lagi dengan pejabat-pejabat TNI dan polisi? Masa iya, institusi sebesar angkatan bersenjata kalah dengan orang-orang licik macam Baskoro dan kroconya? Pejabat polisi bukan bonekanya Baskoro, Riana!" sergah Jenar dengan frustrasi. Dengan kalut dia berjalan mondar-mandir di dalam ruangan kerja Oriana, dengan Oriana, Pak Alfandi, dan semua direksi duduk dalam diam, berpikir dan mengolah sergahan Jenar. "Ada benarnya ucapan Mbak Jenar. Yang dilakukan oleh Baskoro bukan aja perdata, tapi dengan jelas ada kandungan pidana. Ancaman membunuh atau menyakiti tiga orang karyawan kita, berusaha menyakiti Bu Oriana, ini bukan lagi sekedar bisnis. Jelas ada dendam yang kita gak tau dibalik semua tindakan Baskoro," kata Silvia, direktur marketing.
Semua kepala terangguk setuju. "Salahku. Ini semua salahku! Kenapa dulu aku mengiyakan ketika Baskoro mau menanamkan sahamnya? Aku yang harus bertanggung jawab, Oriana," kata Alfandi dengan raut wajah yang sangat menyesal. Alfandi sudah tidak muda lagi, usianya sudah memasuki tujuh puluh tahun. Rambut di kepalanya sudah hampir memutih seluruhnya. Namun tak dapat menghilangkan bekas-bekas kejeniusannya dalam berbisnis. Lelaki tua yang sudah dianggap ayah sendiri oleh Oriana itu terlihat sangat menyesal dan lelah. Tak seharusnya dia memikirkan hal seperti ini lagi, seharusnya dia sekarang menikmati masa tuanya dan menerima dividen yang besar dari semua saham-sahamnya.
Telepon di ruangan Oriana berdering, dan kepala Oriana mengangguk ketika Jenar hendak mengangkat teleponnya. "Jenar," ucap Jenar ketika gagang telepon menempel di telinganya. Diam sejenak, lalu dia segera menutup teleponnya. "Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, saya mohon pamit karena gudang Utara terbakar," kata Jenar berpamitan lalu dia berlari keluar dari ruangan kerja Oriana. Semua orang tampak terkejut dan saling berpandangan. "Baskoro harus segera dihentikan, Bu Oriana! Saya mendesak untuk diadakan rapat darurat dengan pemegang saham dan dewan direksi!" ucap Andi, direktur finansial. "Oriana, kamu adalah kepala kami. Segala keputusanmu adalah perintah untuk kami," kata Alfandi lembut, wajahnya masih diliputi oleh perasaan bersalah. Dengan lembut Oriana mengelus lengan lelaki tua yang menjadi mentornya itu, tersenyum kecil menenangkan. "Kita tunggu aja laporan dari Jenar. Kalau ada indikasi bahwa memang Baskoro adalah dalang dari kebakaran gudang ini, saya akan menempuh jalur hukum," ucap Oriana, namun semua kepala menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul Called Home
RomanceLGBTQ+ CONTENT! GXG! Hingar-bingar kehidupan di Jakarta tak seelok cerita orang. Ketimpangan sosial menjadi pemandangan sehari-hari. Tak henti tiap insan mencoba peruntungan demi sesuap nasi dan sesenti harga diri. Oriana, seorang wanita sukses dan...