Mata Jenar tak dapat mempercayai pemandangan di hadapannnya. Dia tengah berdiri di depan sebuah rumah yang luar biasa besar dan mewah, dengan pagar tinggi menjadi pelindungnya. Dia terkejut ketika seorang petugas keamanan menghampirinya, datang dari dalam pos jaga di rumah besar itu. "Cari siapa?" tanyanya penuh dengan kewaspadaan. Jenar tergagap menjawab pertanyaan dari petugas keamanan itu. "Pagi, Pak. Saya Jenar. Bu Oriana ada?" tanyanya kepada petugas keamanan itu. Mata sang petugas keamanan memicing. "Ada keperluan apa?" tanyanya curiga.
Segera saja Jenar mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada petugas keamanan itu. "Saya diminta Bu Oriana untuk datang. Itu, saya kasih bukti chat dari Bu Oriana," Jenar menjelaskan. Petugas itu memeriksa keaslian pesan di ponsel Jenar, lalu mengangguk. "Sebentar, saya tanya dulu kepada beliau," katanya sambil masuk kembali ke dalam pos jaganya. Jenar mengunggu dengan gugup. Tak lama, petugas itu kembali keluar menghampiri Jenar dan mengulurkan ponselnya. "Ibu ada di dalam. Ikut saya," perintahnya untuk mengikutinya masuk ke dalam rumah.
Mereka berdua lalu masuk ke dalam rumah, yang Jenar hanya bisa menelan ludah dan dia menjadi sangat gugup, dikarenakan rumah itu sama mewahnya dengan gedung-gedung bertingkat tinggi. Rasanya mereka jalan sudah sangat jauh, ketika akhirnya mereka sampai di sebuah ruang tamu. "Silakan duduk. Bu Oriana akan datang sebentar lagi," kata petugas itu, lalu pergi begitu saja. Jenar berterima kasih, lalu duduk di sebuah sofa yang terlihat sangat mewah berlapis kulit warna cokelat, matanya tak henti melihat sekelilingnya. Dia sangat terpesona oleh kemewahan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Selama ini, ia hanya mengira bahwa hal-hal mewah ini hanya ada di film saja.
Entah berapa lama dia menunggu dan terpesona oleh tiap detail yang terasa mahal di sekelilingnya, Jenar langsung bangkit dari tempat duduknya ketika melihat Oriana datang ke hadapannya. Senyuman tersungging di wajahnya. Dia tidak menggunakan baju kerja seperti biasanya, melainkan memakai baju kaos katun dan celana pendek di atas lutut. Rambut panjang yang diwarna cokelatnya pun tak lagi serapi biasanya, melainkan hanya dikuncir asal saja. Tapi itu tidak menurunkan kecantikan dari Oriana, malahan menambah kesan seksi yang semakin kentara.
"Susah cari alamatnya?" sapanya sambil tersenyum dan menjabat tangan Jenar. Segera saja Jenar menggelengkan kepalanya. "Oke, tadi mungkin kamu udah ketemu sama Seto, satpam rumah ini. Di sini, ada dua asisten rumah tangga, satu sopir, dan satu teknisi serba bisa. Nah, itu yang di taman belakang, itu Yandi, si teknisi serba bisa. Sopir saya namanya Anwar. Asisten saya namanya Rika dan Winda. Mereka mungkin masih sibuk kerja," panjang lebar Oriana memperkenalkan orang-orang yang bekerja untuknya di rumah ini.
Sekuat tenaga Jenar berusaha menghapal nama-nama dan tugas mereka. "Nah, kamu nanti bisa tidur di rumah belakang, tempat pekerja-pekerja di rumah ini tidur dan istirahat. Oh iya, saya lupa tanya ke kamu. Kamu mau tinggal di sini aja, atau tiap malam pulang ke rumah?" tanya Oriana. Cukup lama Jenar diam untuk berpikir. "Um, saya, sih, bisa gimana aja, Bu. Kalau Bu Oriana mau saya tinggal di sini, ya bisa. Tapi kalau Ibu mau saya pulang tiap malam dan kembali lagi paginya, saya juga gak ada masalah kok, Bu," jawab Jenar.
Tampak Oriana tersenyum. "Kalau saya, sih, gimana enaknya kamu aja, Nar. Saya persilakan kamu untuk tinggal di sini. Tapi kalau misalkan keluargamu minta kamu untuk pulang tiap hari ke rumah, saya gak keberatan juga, kok," Oriana menimpali. Lalu mereka diam sejenak. "Saya panggilkan Winda dulu, ya. Nanti dia yang akan tunjukkan letak kamarmu. Oh iya, Nar. Nanti kalau udah selesai room tour-nya, kamu pakai baju yang udah disiapkan dan segera temui saya, ya," pinta Oriana yang seraya membalikkan tubuhnya. Jenar hanya menganggukkan kepalanya. Oriana lalu pergi entah kemana. Tak lama, seorang asisten rumah tangga, mungkin berusia empat puluhan, datang menghampiri Jenar. "Mbak Jenar, ya? Saya Winda, ART-nya Bu Oriana. Yuk, ikut saya. Kamu gak bawa tas?" tanya Mbak Winda yang tampak heran karena Jenar datang tanpa membawa apa pun.
![](https://img.wattpad.com/cover/325871610-288-k475472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul Called Home
RomanceLGBTQ+ CONTENT! GXG! Hingar-bingar kehidupan di Jakarta tak seelok cerita orang. Ketimpangan sosial menjadi pemandangan sehari-hari. Tak henti tiap insan mencoba peruntungan demi sesuap nasi dan sesenti harga diri. Oriana, seorang wanita sukses dan...