Oriana dan Jenar sedang ada kunjungan kerja ke Singapura. Ini adalah kunjungan luar negeri pertama bagi Jenar. Ada sebuah kisah lucu ketika dia membuat paspor. Ketika dia datang ke kantor imigrasi untuk mengurus paspornya, seperti biasa petugas imigrasi menanyakan beberapa hal. Ketika dia ditanya mengapa dia membuat paspor, Jenar menjawab bahwa dia mau tahu seperti apa memiliki paspor. Seumur hidup, dia tak pernah tahu seperti apa bentuk paspor atau bahkan menyentuhnya. Petugas imigrasi pun dengan bercanda memberi tahunya bahwa Jenar tidak perlu membuat paspor kalau hanya mau lihat dan memegang paspor.
Dia diberikan sebuah sample buku paspor kosong untuk Jenar sentuh dan pegang. Jenar merasa sedih karena dia kira permohonan pembuatan paspornya ditolak. Akhirnya petugas imigrasi menanyakan apakah Jenar berencana untuk pergi keluar negeri dalam waktu dekat. Jenar menganggukkan kepalanya dan bilang dia ada rencana untuk pergi ke Singapura, dan seperti pesan Oriana, berbohong sedikitlah kepada petugas imigrasi tentang tujuan perginya ke Singapura. Jenar berbohong bahwa dia mau liburan. Petugas imigrasi pun menganggukkan kepalanya dan memberi tahunya bahwa dia akan dihubungi ketika paspornya sudah jadi nanti.
Ketika Jenar kembali ke kantor dan mengatakan kepada Oriana bahwa dia akan dikabari ketika paspornya jadi nanti, Oriana membelalakan matanya. "Kamu pakai jalur biasa? Kenapa gak pakai jalur ekspres sih, Nar? Kan kamu tinggal tunggu satu jam jadi," kata Oriana gemas. Melongo karena menyuap adalah suatu hal di luar kebiasaan Oriana, Jenar menelan ludah. "Pakai calo, Bu?" tanya Jenar pelan dan Oriana menggelengkan kepalanya dengan putus asa. "Sekarang kan udah ada yang ekspres dan legal. Udah udah, sini nomor pendaftaranmu, biar diurus oleh tim legal. Jenar, Jenar..., saya kira kamu tau," kata Oriana sambil terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
Kembali ke hari ini. Jam tujuh malam di Singapura. Memakai baju yang super santai karena memang mereka hanya makan malam di pinggiran. Mereka mendapatkan undangan untuk datang ke klub malam di sebuah klub ternama di Singapura oleh rekan kerja mereka jam sebelas malam nanti. Saat ini mereka sedang makan malam di sebuah restoran laksa Singapura terkenal. "Saya males banget sebenernya datang nanti. Maunya tidur aja. Tapi gimana ya, klien besar yang undang," kata Oriana sambil memakan laksanya. Mata Jenar tak luput dari Oriana. "Hmm, mungkin Bu Oriana datang sebentar aja, abis itu pulang," katanya. Oriana menganggukkan kepalanya setuju. "Kamu jagain saya terus ya, agak trauma dengan orang-orang mabuk," kata Oriana sambil menyendok kuah laksa. Jenar menganggukkan kepalanya. Tentu saja dia akan menjaga Oriana dengan nyawanya.
Tak terasa sudah hampir tiga bulan Jenar bekerja dengan Oriana. Banyak kota yang sudah dikunjungi, dan Jenar bertemu dengan orang-orang yang selama ini dia lihat hanya melalui televisi. Pengetahuannya tentang keamanan juga sudah maju pesat. Tubuhnya juga sudah sangat terlatih untuk membela diri. Oriana terlihat sangat senang dengan seluruh perkembangan dari Jenar. Bahkan Jenar sekarang sudah bisa menyetir mobil. Dan kemampuan berbahasa Inggris Jenar juga semakin membaik.
Setelah makan malam, Jenar mengikuti Oriana yang ingin berjalan-jalan sejenak sebelum kembali ke hotel untuk bersiap-siap nanti. Ketika sudah puas berjalan-jalan hingga pukul setengah sembilan malam, mereka akhirnya kembali ke hotel. Oriana dan Jenar masuk ke dalam kamar masing-masing untuk bersiap-siap. Jenar memutuskan untuk mandi. Dia tidak tahu harus memakai baju apa, karena dia belum pernah ke klub malam sebelumnya. Akhirnya dia memutuskan untuk memakai setelannya seperti biasa. Dia duduk di atas kasur sambil menunggu dipanggil oleh Oriana, menonton televisi.
Sekitar pukul sepuluh, ponsel Jenar berdering. Oriana meneleponnya. "Saya udah siap. Kamu ke kamar saya dulu ya, ada yang mau saya titip," katanya lalu menutup teleponnya. Jenar menghela napas, berdiri, mengambil blazernya, dan mengantongi kartu kunci hotelnya. Dia lalu ke kamar Oriana dan memencet belnya. Tak lama, pintu dibuka. Napas Jenar tertahan melihat pemandangan yang luar biasa di depannya. Oriana tampak sangat cantik dan menarik, serta seksi luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul Called Home
RomanceLGBTQ+ CONTENT! GXG! Hingar-bingar kehidupan di Jakarta tak seelok cerita orang. Ketimpangan sosial menjadi pemandangan sehari-hari. Tak henti tiap insan mencoba peruntungan demi sesuap nasi dan sesenti harga diri. Oriana, seorang wanita sukses dan...