Diputuskan bahwa Oriana dan Jenar akan menghabiskan liburan ke Switzerland. Dan kini mereka sudah berada di atas pesawat yang akan membawa mereka untuk transit sementara di Dubai sebelum melanjutkan perjalanan ke Zurich. Seperti biasa, mereka duduk di kelas bisnis karena mereka tak ingin merasakan badan sakit dan pegal setelah penerbangan berbelas-belas jam.
Saat mereka melanjutkan penerbangan menuju Zurich, entah mengapa Jenar bertingkah sangat aneh. Dia tak henti-hentinya merajuk untuk menggenggam tangan Oriana dan tatapannya tak lepas dari wajah kekasihnya itu. Dengan lembut Oriana memberikan semua perhatiannya kepada Jenar. "Sayang, kamu cantik banget. Aku akan selalu mengagumi dan cinta sama kamu sampai ke liang lahatku," ucapan tak terduga dari Jenar membuat Oriana mengerutkan dahinya. "Kenapa ke liang lahat, sih, Yang? Serem banget," Oriana menegur dan Jenar hanya tersenyum seraya mengecup tangan Oriana. "Kamu jangan khawatir ya, Sayang. Aku akan selalu jaga kamu walau pun tubuhku udah habis dimakan tanah. Janji dan sumpahku adalah aku akan selalu melindungi kamu sampai kapan pun, Cintaku," dengan sungguh-sungguh Jenar mengatakan itu dan jujur saja membuat Oriana tak nyaman. "Kamu kenapa, sih? Jangan ngaco, ah! Aku gak suka kamu ngomong kayak gitu," dengan kesal Oriana mengatakan itu kepada Jenar yang hanya tersenyum.
Kesal dengan respon dari Jenar, Oriana menjulurkan lidahnya. Pesawat akhirnya mendarat dengan mulus di Zurich, dan setelah melewati berbagai rangkaian pemeriksaan, akhirnya mereka bisa keluar dari imigrasi dan berjalan menuju pintu keluar. Jenar sudah memesan kendaraan yang akan membawa mereka menuju hotel, kendaraan sewaan dengan seorang supir. Setelah akhirnya mereka sampai di hotel, Jenar tertegun melihat pemandangan yang luar biasa di hadapannya. Dia tersadar ketika Oriana memeluknya. "Akhirnya, kita bisa ke Eropa untuk liburan, bukan untuk kerja," ucapnya dan tersenyum lebar. Jenar tertawa dan mengecup bibir Oriana, lalu mengeratkan pelukannya. "Oriana Akbar, aku cinta kamu," dengan singkat Jenar mengatakan itu yang membuat Oriana terkikik dan tersenyum lembut. "Aku juga cinta kamu, Jenarku," katanya. Mata mereka saling bertatapan dan bibir mereka kembali bertemu. Ciuman dalam dan Oriana merasakan ciuman Jenar yang berbeda. Terasa tak ingin kehilangan.
Dia terpekik pelan ketika Jenar mengangkat tubuhnya dan dengan lembut merebahkannya di kasur. Ciuman mereka semakin dalam dan tubuh mereka mulai menuntut lebih dari sekedar ciuman dan pelukan.
***************
Selama berada di Swiss, tak henti-hentinya Jenar menggenggam tangan Oriana, menunjukkan perhatian yang luar biasa, dan pandangannya tak pernah lepas dari Oriana. Ketika mereka sedang berjalan berdua, menyusuri berbagai toko, pandangan mereka terhenti ke sebuah toko roti. Jenar sempat berhenti di depan sebuah toko roti itu dan dia izin untuk masuk sejenak ke dalam toko roti itu, lalu tak lama ia keluar dengan membawa sekantung roti. "Tumben kamu beli roti, kamu lapar ya?" tanya Oriana kepada Jenar, lalu mengamitkan tangannya di lengan Jenar. Kali ini Jenar tersenyum. "Pengen ngemil aja, soalnya aromanya enak banget," jawabnya. Dia lalu mengeluarkan sebuah bagel dan menyuapkan roti ke Oriana. Tiba-tiba saja, salju turun. Memang, sekarang sedang musim dingin.
"Wah, salju!" seru Oriana senang dan Jenar tersenyum. Mereka melanjutkan berjalan menuju kembali ke hotel.
Ketika mereka sedang berjalan, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh Oriana yang berteriak kaget. Tas tangannya dijambret oleh seorang lelaki yang sekarang sudah berlari jauh. Dengan sigap Jenar mengejar lelaki itu, yang diikuti oleh Oriana. Jenar memacu kakinya untuk berlari sekencang mungkin, mengikuti lelaki itu. Dia mengikuti ketika lelaki itu lari berbelok ke sebuah gang, dan langkah Jenar terhenti ketika melihat penjambret itu panik karena di depannya buntu. Penjambret itu lelaki, mungkin berusia dua puluh hingga tiga puluh tahun, bertubuh tinggi. Dia terlihat panik ketika Jenar mendekatinya perlahan.
Tangan Jenar mengulur, memberikan kode untuk mengembalikan tas Oriana. Tiba-tiba saja lelaki itu mengeluarkan pisau, mengancam Jenar, berteriak-teriak dengan bahasa Perancis yang Jenar tak paham. Langkah Jenar sempat terhenti, tapi dia dengan sangat hati-hati mendekati lelaki itu. "Take the money, but give me back the purse, please," Jenar meminta dengan tegas, tapi lelaki itu masih mengancam-ancam dengan bahasa Perancis yang tak dimengerti oleh Jenar.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul Called Home
RomanceLGBTQ+ CONTENT! GXG! Hingar-bingar kehidupan di Jakarta tak seelok cerita orang. Ketimpangan sosial menjadi pemandangan sehari-hari. Tak henti tiap insan mencoba peruntungan demi sesuap nasi dan sesenti harga diri. Oriana, seorang wanita sukses dan...