9. Aku Akan Selalu Ada

1K 163 3
                                    

Waktu terus bergulir. Tak terasa sudah setahun Jenar bekerja dengan Oriana. Setiap hari, hubungan mereka semakin dekat saja, sudah layaknya seperti sahabat kental. Kemana pun Oriana pergi, Jenar akan selalu mengikuti. Sekarang Jenar sudah sangat fasih berbahasa Inggris, dirinya pun sudah mengantongi izin untuk memegang senjata api, sudah menjadi master di dua ilmu bela diri sekaligus.

Hari ini adalah perayaan ulang tahun perusahaan Oriana, dan akan diadakan acara outing di sebuah taman bermain. Lima bus pariwisata disewa untuk para pekerja dari berbagai kota di sekitar Jakarta. Sementara itu, para pekerja yang berlokasi jauh di Jakarta, diberikan uang bonus tambahan untuk mereka. Taman bermain itu disewa sehari penuh oleh perusahaan Oriana.

Para petinggi perusahaan juga mengikuti acara ini, namun mereka menaiki kendaraan mereka masing-masing.

Oriana menaiki berbagai macam wahana, dia tampak sangat menikmati hari ini. Para karyawan lain pun terlihat sangat menikmati hari ini. Mereka tak sungkan untuk berinteraksi dengan Oriana atau pun petinggi yang lainnya. Kewalahan dikarenakan Oriana adalah orang yang terbilang suka dengan tantangan, Jenar harus mengikuti kemana pun Oriana yang pergi dan tampak tak kenal lelah. Dari satu wahana memacu adrenalin, ke satu wahana lainnya yang tak kalah membuat jantung berdebar luar biasa kencang.

"Nar, ayo naik itu!" tunjuk Oriana dengan bersemangat ke sebuah wahana berjenis roller coaster. Mereka baru saja turun dari wahana berjenis flying chairs, dan kepala Jenar rasanya masih berputar-putar. "Ri, aku masih muter banget rasanya. Lima menit ya," pinta Jenar sambil terduduk lemas di tangga. Oriana tertawa. "Huu! Kamu badan aja berotot, tapi naik wahana cepet mabuknya!" Oriana menggoda pengawalnya itu. Hanya tersenyum lemah, Jenar mengambil air mineral yang tadi dia masukkan ke dalam tas ranselnya dan meminumnya. Mungkin saking senangnya, Oriana tiba-tiba menggoyang-goyangkan badannya mengikuti alunan musik tema dari taman bermain itu. Akhirnya Jenar dapat berdiri dan dia menghampiri Oriana yang masih asyik sendiri berjoget. "Ayo," ajaknya dan Oriana mengangguk dengan senang.

Mereka lalu berjalan menuju wahana roller coaster. Banyak dari karyawan yang mengantri. "Bu Oriana! Bu Oriana!" seru beberapa karyawan sambil melambaikan tangannya dengan senang. Oriana membalas lambaian tangan mereka. Seperti biasa, para dewan direksi naik dari pintu khusus.

Oriana dan Jenar menaiki tangga dan akhirnya mereka sampai di depan wahana. "Ibu naik roller coaster juga?" tanya seorang karyawan yang sedang mengantri. "Iya dong. Mbak, saya bisa naik dua kali gak?" tanya Oriana kepada petugas wahana. Petugas wahana itu tersenyum dan mengangguk. "Mau naik sampai tutup pun gak apa-apa, Bu. Tapi Bu Jenar ini kasian, wajahnya pucat banget," katanya sambil terkikik melihat ke Jenar. Oriana segera melihat ke Jenar yang wajahnya menjadi pucat pasi ketika mendengar Oriana yang mau naik wahana itu dua kali. Akhirnya, kereta roller coaster datang. "Ayo, Nar! Kita naik paling depan!" Oriana menarik tangan Jenar untuk naik di paling depan. Hanya bisa pasrah, Jenar duduk di sebelah Oriana.

"Semuanya, ayo naikkan tangannya!" teriak Oriana ketika sabuk keselamatan sudah terpasang aman. Seluruh karyawannyang berada di satu kereta dengan mereka ikut mengangkat tangan dengan gembira, lalu ketika kereta mulai bergerak, jahtung Jenar berpacu lebih cepat lagi.

Kereta menanjak pelan, terus menanjak. "Oriana, a-a-a-aku-," namun kata-kata Jenar terputus dan digantikan oleh teriakan histeris dikarenakan kereta meluncur dengan sangat cepat. Benar-benar rasanya seperti nyawa Jenar masih tertinggal di puncak roller coaster. Oriana ikut berteriak kencang dan tertawa. Ketika kereta akhirnya berhenti dan sabuk terbuka, Jenar masih membutuhkan waktu untuk bernapas. Dia masih merasa sangat lemas. Matanya terpejam, dia terus mengatur napasnya.

Selama mengatur napasnya, Jenar tak sadar bahwa orang-orang sudah turun, begitu pun dengan Oriana, dan posisinya sudah digantikan oleh orang lain. Sabuk pengaman kembali turun dan terkunci. Begitu sadar, Jenar langsung menatap sekelilingnya dengan liar, dan melihat Oriana yang tak kalah kaget di tangga turun, menatap Jenar yang mulai terlihat panik. Tanpa bisa ditahan, kereta melaju lagi. "Orianaaaa! Tungguin!" teriak Jenar panik ketika kereta mulai berjalan, dan Oriana hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal.

A Soul Called HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang