Oriana memutuskan untuk melanjutkan liburan mereka dengan menginap di salah satu resort mewah di Magelang. Bukannya ia tak betah menginap di Solo, namun dia merasakan tersiksa jika harus menahan suara desahannya tiap malam. Jadi, daripada harus menahan diri, lebih baik jika dia 'berbulan madu' di tempat lain saja. Tentu saja Oriana mengajak Mama dan Papa untuk menginap di Magelang ketika sarapan. Papa, yang mendengar itu, tersenyum lebar. "Gak apa-apa, lain kali aja, Tuan Puteri. Lagi pula, kami pernah muda juga, kok, gak mau ganggu honeymoon kalian," kata Papa lalu menyeruput teh hangatnya.
Mendengar itu, Jenar menundukkan kepalanya dengan malu sementara Oriana hanya nyengir lebar. "Beneran nih, gak mau lihat Borobudur dari kamar?" Oriana memastikan kepada kedua orang tuanya, namun mereka tetap menolak. Lalu setelah sarapan, mereka berpamitan dan berjalan mengendarai mobil Oriana menuju resort yang sudah dipesan oleh Oriana. Butuh waktu sekitar satu jam hingga mereka sampai di tempat tujuan. Seperti biasa, Jenar yang mengurus segalanya ke bagian front office. Mereka lalu diantar menuju villa yang akan mereka tempati.
Jenar terkesima dengan kamar yang akan mereka tempati. Begitu nyaman, tenang, dan indah. Sebuah kolam renang pribadi ada di bagian teras kamar mereka. Teras yang mengelilingi kolam renang pribadi mereka pun sangatlah besar, dengan sebuah gazebo di ujung kolam renang. Jenar berjalan-jalan mengelilingi tempat mereka menginap, memeriksa beberapa sudut dan menjamin bahwa mereka tidak akan diganggu. Ketika Jenar memeriksa gazebo, perhatiannya teralihkan dan dia mengagumi hamparan pemandangan di hadapannya. Candi Borobudur terlihat di kejauhan, dilatari oleh bukit-bukit yang dilebati oleh pepohonan. Napasnya tercekat oleh haru yang memenuhi sanubarinya. Seketika saja dia duduk di gazebo itu, menikmati keindahan di horizon matanya.
Dia merasa sangat bersyukur dengan segalanya. Terutama, dia merasa sangat beruntung dapat menjadi kekasih hati bagi Oriana. Sebulir air mata menetes ke pipinya. Dia tersentak dan segera menghapus air matanya ketika mendengar Oriana berjalan mendekatinya, lalu duduk di pangkuannya. "Bagus banget, ya?" puji Oriana seraya menatap wajah Jenar, yang tersenyum dan mengangguk.
Mereka diam, menikmati setiap detik kebersamaan mereka dan pemandangan di hadapan mereka. Dalam keheningan itu, tangan mereka saling bertaut, napas dan detak jantung yang melambat namun tetap. Begitu tenang, begitu nyaman, begitu aman. Momen ini bagaikan tak ada waktu yang berjalan di antara mereka, karena hanya ada mereka dan saat ini yang saling menikmati kehadiran satu sama lain.
"Kayaknya nanti sore aku mau ke gym hotel. Kamu mau ikut?" tanya Jenar kepada Oriana, yang menggelengkan kepalanya. "Aku mau tidur aja, atau mungkin ke spa. Oh iya, mau makan siang apa, Sayang?" tanya Oriana sambil mengelus lembut wajah Jenar. Gelengan kepala dari Jenar adalah jawabannya. Tentu saja Jenar tidak tahu mereka akan makan siang apa, karena ini baru pertama kalinya Jenar berada di daerah ini. "Makan siang di restoran aja, mau gak? Hari ini kita abisin hari kita di sini, besok baru kita jalan-jalan. Gimana?" Oriana bertanya. Senyuman lebar dan kecupan hangat di bibir Oriana menjadi jawaban. "Hmm, wangimu bikin aku ketagihan banget, Ri," puji Jenar ketika dia mengecup lembut leher Oriana.
Tanpa perlu waktu lama, Jenar berdiri dan mengangkat Oriana ke dalam gendongannya, membawanya masuk ke dalam kamar, memulai apa yang perlu untuk dimulai.
***************
Gym di hotel sangat sepi, tidak ada orang lain selain Jenar yang sedang berlari di atas treadmill. Hari sudah sore. Oriana sedang menghabiskan waktunya di spa, katanya dia mau mencoba lulur dan pijat dari resort ini yang cukup terkenal. Setelah berlari selama lima belas menit, Jenar lalu berpindah alat. Dia hanya akan latihan ringan hari ini. Ketika sedang latihan untuk membentuk otot punggung, seorang wanita masuk ke dalam gym, tersenyum kepadanya. Cukup cantik, dengan rambut dicat cokelat muda, tubuh yang ramping tinggi, dan kulitnya kuning langsat. Karena tak ingin dianggap sombong, Jenar tersenyum balik kepada wanita itu, yang berjalan menuju treadmill. Tak menganggap pusing, ia pun melanjutkan berlatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Soul Called Home
Roman d'amourLGBTQ+ CONTENT! GXG! Hingar-bingar kehidupan di Jakarta tak seelok cerita orang. Ketimpangan sosial menjadi pemandangan sehari-hari. Tak henti tiap insan mencoba peruntungan demi sesuap nasi dan sesenti harga diri. Oriana, seorang wanita sukses dan...