Part 17

2K 211 8
                                    

Sudah beberapa hari ini Haikal tidak bersama dengan Naren, Javier dan Jevano, hal itu yang membuat para murid di sekolah semakin penasaran karena mereka saling menghindar tidak seperti biasanya. Para murid di sekolah pun mulai berasumsi bahwa ada sesuatu yang terjadi diantara mereka yang membuat Haikal tidak lagi bergabung bersama Naren dan si kembar.

"Lu ada masalah kal sama mereka bertiga?" tanya Yunan yang sudah kelewat penasaran.

"Kamu nanya?" celetuk Haikal.

"Enggak kal, lagi berak gua bukan nanya. Serius kal, lu ada masalah kan?"

"Kamu nanya?"

"Ngomong kaya gitu lagi gua piring cantik nih. Ngaku aja kal, kalo ada masalah lu bisa cerita ke gua."

"Privasi jigeum bestie."

"Serah kal serah, capek gua sama manusia modelan kaya lu."

"Maksud ngana apa? modelan kek gua kaya gimana ya? apakah modelan kaya gua itu ganteng?"

"Gak, modelan kaya lu yang otaknya cuma setengah sendok teh aja."

"Masa sih?"

"Iya."

Setelah itu tidak ada yang mengeluarkan suaranya, baik itu Yunan ataupun Haikal. Jika kalian pikir Haikal akan diam saja tanpa menjelaskan kepada ketiga temannya bahwa bukan dia yang melukai Leon maka kalian salah, Haikal selalu berusaha menjelaskan kepada ketiga temannya walaupun pada akhirnya mereka selalu mengabaikan penjelasannya.

Bahkan, dia juga diam-diam mencari bukti kalau bukan dia pelakunya dengan dibantu oleh salah satu kenalannya yang ahli dalam bidang per-hacker-an.

"Gua ke toilet dulu bentar," ucap Haikal lalu pergi begitu saja tanpa mendengarkan jawaban Yunan.

Saat akan berbelok menuju ke toilet, samar-samar Haikal mendengar suara seseorang yang sedang berbicara, suara tersebut terdengar sangat familiar di telinganya. Haikal pun bersembunyi di balik tembok agar tidak ketahuan oleh orang itu, bukan maksud untuk menguping tapi dia hanya ingin tau saja.

"Gua harus gimana? Kondisi Leon semakin hari semakin buruk, gak ada perkembangan yang signifikan, gua takut kalo terjadi sesuatu sama dia."

"Lu harus tenang, kita berdoa aja semoga keadaan Leon cepet membaik."

Tidak ingin ketahuan, Haikal pun memilih pergi dari sana dan melupakan niatnya yang ingin pergi ke toilet. Di sepanjang jalan, Haikal terus memikirkan ucapan itu, ucapan itu terus berputar di dalam kepalanya bagaikan kaset rusak.

Bukannya kembali ke kelas, Haikal malah berbelok menuju ke taman belakang sekolah, entah apa yang membawanya ke sana yang jelas dia hanya ingin menenangkan pikirannya saja.

Haikal mendudukkan dirinya di bawah pohon yang cukup rindang, perkataan yang dia dengar tadi masih saja terngiang-ngiang di benaknya. Apa yang harus dia lakukan? Haikal bingung harus melakukan apa. Dia bukan orang kaya yang bisa melakukan apapun dengan uang yang dia punya, andai saja Haikal kaya pasti dia akan membawa Leon untuk berobat ke rumah sakit yang lebih baik yang peralatannya lebih canggih. Menyewa hacker terbaik untuk menemukan bukti kalau dia tidak bersalah lalu menyerahkan bukti itu kepada ketiga temannya.

Mungkin nanti setelah pulang sekolah dia akan pergi untuk menjenguk Leon di rumah sakit walaupun harus memastikan kalau Naren belum datang ke rumah sakit.

Merasa dirinya sudah terlalu lama berada di taman belakang sekolah, Haikal pun beranjak menuju ke kelasnya. Sesampainya di kelas, Haikal langsung duduk di bangkunya, untung saja guru yang mengajar belum datang.

"Darimana aja lu, kok lama? Katanya tadi mau ke toilet," ucap Yunan.

"Gua ada urusan," balas Haikal.

"Urusan apa?"

ABOUT HAIKAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang