Part 10

2.4K 234 10
                                    

Saat ini, keempat sahabat itu tengah berada di parkiran sekolah, mereka atau lebih tepatnya hanya Haikal dan Javier sedang melihat-lihat dedek gemes yang bertebaran, siapa tau saja bisa jadi gebetan.

"Jav, itu Jav," ujar Haikal sambil menepuk-nepuk pundak Javier.

"Mana? Mana?" tanya Javier.

"Itu, arah jam tiga."

"Wah iya njir, cakep juga, boleh lah gua jadiin pacar yang ke lima belas."

"Tobat bego," sahut Naren.

"Entaran aja."

"Kelas, bentar lagi bel," ucap Jevano lalu melangkahkan kakinya menuju ke kelasnya.

"Tungguin Van," ucap Naren.

"Woy, anaknya Cakra tungguin kita!" teriak Javier.

"Bacot anaknya Damar!" balas Naren yang juga berteriak.

"Woy, nama bapak gua itu," sahut Jevano.

"Bapak gua juga."

"Bapak kita."

"Bacot banget anaknya Damar sama Cakra," ucap Haikal santai.

"Diem lu anaknya... Bentar, nama bapak lu siapa?" tanya Javier.

Dan dengan polosnya Haikal menjawab pertanyaan Javier, "Johnny," jawab Haikal polos.

"Oh oke, diem lu anaknya Johnny!"

Sedangkan murid-murid yang berada di koridor sekolah hanya geleng-geleng kepala saat menyaksikan kelakuan mereka berempat, mereka sudah terlalu terbiasa dengan ke-random-an Haikal dan yang lainnya.

Mereka berempat masuk ke kelas, tidak seperti biasanya Haikal yang akan mengajak ribut siapa saja di kelas tapi kali ini dia hanya diam hingga guru yang mengajar masuk ke dalam kelas.

"Kal, lu kenapa?" tanya Javier yang kebetulan teman sebangku Haikal.

Haikal yang di tanya hanya diam saja sambil nunduk, tapi tidak lama setelah itu tiba-tiba saja Haikal menangis.

"Hiks hiks hiks."

"Kal, woy lu kenapa? Jangan buat gua merinding dong elah."

Haikal tetap menangis tapi setelah itu diam dan selanjutnya malah cekikikan seperti kuntilanak.

"Fiks nih bocah kesurupan," ucap Naren yang memperhatikan tingkah aneh Haikal. Ya walaupun emang biasanya aneh tapi ini anehnya sudah berbeda bukan seperti Haikal yang bisanya.

Setelah Naren berbicara seperti itu mereka pun menjadi pusat perhatian semua murid yang ada di kelas.

"Keluarin itu setannya," ujar salah satu murid.

"Biarin aja lah nanti juga keluar sendiri," balas Naren santai.

Jevano berusaha untuk menyadarkan Haikal yang menangis lalu cekikikan dengan kepala menunduk.

"Bacain doa aja," usul Javier.

"Yaudah, sono lu bacain," ucap Naren.

"Gua cuma bisa baca doa makan doang tapi."

"Udah gapapa, yang penting baca doa."

"Beneran nih gak papa?"

"Iya."

"Beneran?"

"Iya."

"Beneran nih?"

"Iya elah, sekali lagi lu nanya gua timpuk ya lu."

"Hehe."

"Ini kalian jadi bacain doa buat gua gak sih?" tanya Haikal atau lebih tepatnya setan yang merasuki tubuh Haikal.

ABOUT HAIKAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang