Part 15

2.2K 206 7
                                    

Seperti yang dikatakan oleh Naren kemarin lusa, hari ini Haikal dan yang lainnya tengah berada di rumah Naren. Mereka berempat bersiap untuk menjemput kedatangan adik sepupu Naren yang kebetulan tinggal di luar kota.

Saat ini, mereka tengah berada di bandara menunggu kedatangan sepupu Naren.

"Adek sepupu lu mana sih? Lama amat dah, mana panas lagi, nanti skincare gua luntur terus gua jadi item, gimana?" gerutu Haikal.

"Gak usah takut item, lu aja udah item dari lahir kal," sahut Naren.

"Gua tuh gak item tapi eksotis, kalo gua ke luar negeri pasti banyak yang naksir sama gua."

"Banyak alesan lu," ucap Javier.

Tak lama kemudian, datang seorang remaja yang sepertinya masih SMP sambil membawa koper mendekat kearah mereka berempat.

"Bang Naren," teriak remaja itu dengan suara lumba-lumba nya.

"Gak usah teriak bego, jarak lu sama gua itu deket," ucap Naren sambil menonyor kepala remaja itu.

"Hehe." remaja itu hanya menunjukan cengiran nya. "Leon kangen banget sama bang Naren," ucap remaja itu, lalu memeluk tubuh Naren yang dibalas juga oleh sang empunya.

"Gua enggak," balas Naren.

"Jahat!"

"Yaudah, ayo balik," ajak Jevano.

"Bawain kopernya," ucap Leon kepada Haikal.

Dengan setengah hati Haikal membawa koper milik Leon, bukan Haikal namanya kalau tidak menggerutu. Dia terus menggerutu sepanjang jalan menuju ke mobil.

"Gak Abang, gak adek, sama aja," gerutu Haikal.

Kalo cowok sama cowok kan gampang akrab satu sama lain, kaya Haikal yang gampang akrab sama Leon walaupun Haikal tadi sempat kesel dikit sama tuh anak satu.

Mereka bertiga, Haikal, Leon dan Javier asik nyanyi-nyanyi di bangku belakang. Sedangkan Jevano, dia cuma nyimak sambil fokus nyetir kalo Naren udah tidur di sebelah Jevano tanpa terganggu sama suara teriakan Haikal sama Javier dan suara lumba-lumbanya Leon.

Sesampainya di rumah Naren, mereka berlima langsung menuju ke kamar Naren. Kini Haikal, Javier dan Leon tengah bermain PS, sedangkan Jevano memilih untuk menyibukkan diri dengan membaca buku yang ia bawa dari rumah berbeda dengan Naren yang langsung merebahkan tubuhnya keatas kasur melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.

"Bentar, Leon mau ke bawah dulu mau ambil minum," ucap Leon lalu keluar dari kamar Naren menuju ke dapur.

Tak berselang lama Leon keluar Haikal pun juga ikut keluar. "Gua juga deh, mau ngambil cemilan ke dapur," ucap Haikal.

Setelah kepergian Haikal dan Leon, Javier pun bermain ponselnya. Tapi setelah itu, terdengar suara seperti benda jatuh. Naren yang mendengar suara itu pun terbangun, lalu mereka bertiga pun berjalan menuju ke sumber suara.

Mereka bisa melihat tubuh Leon yang terbaring bersimbah darah, mereka juga melihat Haikal yang memegang pisau di tangannya. Mereka yang melihat itu pun langsung berlari menuruni tangga menuju kearah Leon dan Haikal.

Sesampainya di hadapan Haikal dan Leon, Naren langsung mendorong Haikal menjauh dari tubuh Leon yang membuat Haikal terdorong kebelakang.

"Gua gak percaya lu setega itu," ucap Naren lalu mengangkat tubuh Leon menuju ke mobil untuk membawanya ke rumah sakit.

"Gua gak ngelakuin itu, kalian berdua harus percaya sama gua," ucap Haikal sambil menatap kearah si kembar dengan pandangan penuh harap. Dia berharap mereka berdua percaya kepadanya.

"Gua bingung harus percaya atau enggak. Gua liat pisau itu di tangan lu, itu yang bikin gua ragu buat percaya sama lu," ucap Jevano lalu pergi meninggalkan Haikal dan Javier disana.

"Jav, lu percaya kan sama gua?" tanya Haikal sambil menatap kearah Javier dengan pandangan penuh harap.

"Gua gak tau." Setelah mengatakan itu, Javier langsung pergi menyusul kembarannya meninggalkan Haikal sendiri di rumah itu.

Haikal memandang kepergian Javier dengan pandangan sendu, kenapa tidak ada yang percaya kepadanya? Dia tidak mungkin menyelakai saudara dari sahabatnya sendiri walaupun tadi dia sempat dibuat kesal oleh Leon.

"Bukan, bukan gua yang ngelakuin itu. Kenapa gak ada yang percaya sama gua?"

Jujur saja Haikal kecewa kepada teman-temannya, siapa yang tidak kecewa jika tidak ada yang mempercayai mereka terutama teman baik mereka sendiri padahal dia sudah berkata jujur. Menepis perasaan itu, Haikal pun berlari menuju ke motornya untuk menyusul teman-temannya ke rumah sakit tempat dimana Leon dirawat.

Sesampainya di rumah sakit, Haikal pun berjalan menuju ke meja resepsionis untuk bertanya dimana letak ruang rawat Leon. Setelah mendapatkan jawaban, Haikal pun berterima kasih lalu dia berlarian di koridor rumah sakit menuju ke ruang rawat Leon.

Saat berada di depan ruang rawat Leon, Haikal langsung di tatap tajam oleh Naren dan si kembar yang memberikan tatapan datar seolah mereka enggan melihat dirinya lagi.

"Ngapain lu kesini? Lu seneng kan udah bikin Leon koma? Ini kan kemauan lu?" tanya Naren sini sambil menatap tajam Haikal.

"Gua cuma mau liat keadaan Leon," jawab Haikal pelan.

Naren mendorong tubuh Haikal menjauh. "Gak usah sok baik lu!"

"Lebih baik lu pergi dari sini, keberadaan lu gak dibutuhkan disini," ucap Javier.

"T-tapi gua mau..." ucapan Haikal terpotong oleh Jevano. "Pergi sekarang atau gua seret lu buat pergi!" ucap Jevano.

Haikal menghela nafasnya, dengan berat hati Haikal pergi dari sana daripada membuat ke kacauan yang dapat mengganggu pasien lain. Dia tidak takut dengan ancaman Jevano, hanya saja dia tidak ingin membuat keributan, lebih baik dia mengalah.

Sebenarnya, Jevano tidak berniat untuk mengusir Haikal tapi jika Haikal masih tetap berada disini maka akan di pastikan akan ada pertengkaran diantara Naren dan Haikal. Dia juga masih bingung, haruskan dia percaya kepada Haikal atau tidak, tapi pisau yang berada di tangan Haikal membuatnya ragu untuk percaya.

Haikal mengendarai motornya menuju ke sebuah danau yang cukup sepi karena jarang sekali ada orang yang datang ke danau tersebut, dia ingin menenangkan dirinya sebentar di danau itu. Sesampainya di danau, Haikal mendudukkan dirinya di kursi yang berada di pinggir danau.

Haikal mengacak rambutnya frustasi, dia bingung harus melakukan apa, dia sudah menjelaskan kepada teman-temannya tapi mereka tidak percaya. "Gua harus apa? Gak ada yang percaya sama gua."

Setelah cukup lama berada di danau dan juga langit yang mulai menggelap yang menandakan hujan akan turun, Haikal pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Akan ia pikirkan nanti jalan keluar dari masalahnya.

Haikal langsung mengegas motornya menuju ke rumah, di perjalanan pulang hujan turun dengan derasnya membasahi bumi. Haikal tidak memperdulikan tubuhnya yang sudah basah kuyup, dia tetap melajukan motornya, dia tidak ada niat sama sekali untuk berteduh barang sebentar.

Sesampainya di rumah, Haikal langsung memasukan motornya ke dalam garasi rumah. Setelah memasukan motornya ke dalam garasi, Haikal pun langsung masuk kedalam rumah karena dia mulai merasa kedinginan.

"Astaga, kamu kenapa bisa basah kuyup begini Haikal?" tanya Joy.

"Kehujanan Tante," jawab Haikal.

"Sana ganti baju terus makan ya, Tante udah masak tadi tinggal di angetin aja."

"Iyaa Tan."

Setelah ijin untuk kembali ke kamarnya Haikal pun langsung naik menuju ke kamarnya. Setelah mandi dan berganti baju Haikal pun turun untuk makan, selesai makan Haikal kembali naik ke kamarnya.

______________________________

Jangan lupa vote & komen
Sorry kalo banyak yang typo

Next?

ABOUT HAIKAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang