Part 5

2.6K 244 19
                                    

Haikal mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, namun matanya tidak sengaja melihat seorang pria paruh baya yang sepertinya tengah di rampok oleh segerombolan preman.

Haikal memberhentikan motornya di depan orang itu dan membuka helmnya. "Om, lagi main polisi-polisian ya?" tanya Haikal.

"Diam lu bocah!" ucap salah satu preman itu.

"Kalo gua gak mau, gimana dong om?" balas Haikal dengan wajah tengilnya.

"Banyak bacot lu, pulang sono, cuci tangan, cuci kaki, minum susu terus bobo ciang."

"Banyak bacot banget nih orang tua bau tanah." Tanpa basa-basi lagi Haikal menghajar preman itu, sang preman yang tidak terima pun langsung membalas namun Haikal bisa menghindar dari pukulan preman itu.

"Hai om, kita ketemu lagi," sapa Haikal sambil terus menghindar dari pukulan yang dilayangkan ke arahnya.

Johnny yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, bisa-bisanya anak itu sempat menyapanya disaat melawan preman. "Fokuslah bocah!" ucap Johnny.

"Okee om."

Haikal terus memukul dan menghindar dari pukulan para preman-preman itu.

Satu pukulan mendarat di wajah Haikal yang membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah, "wah sialan! Aset berharga gua lecet," ucap Haikal tak terima.

Karena Haikal tidak terima wajahnya mendapatkan luka, Haikal pun memukul para preman itu dengan membabi buta.

Para preman kewalahan menghadapi serangan dari Haikal akhirnya memilih untuk melarikan diri.

"Om gak papa?" tanya Haikal.

"Harusnya saya yang nanya begitu ke kamu, biarkan saya obati luka mu," ucap Johnny.

"Gak usah om, nanti biar temen saya aja yang ngobatin," tolak Haikal.

"Terimakasih sudah menolong saya," ucap Johnny sambil mengelus rambut Haikal.

Haikal yang mendapatkan perlakuan seperti itu pun hanya terdiam dengan hati yang menghangat. Sedangkan Johnny harus memastikan bahwa anak yang berada di hadapannya ini benar-benar anaknya atau bukan, maka dari itu Johnny harus mengambil sedikit rambut Haikal.

Haikal yang merasa sakit di kepalanya akibat ulah Johnny yang mencabut beberapa helai rambutnya pun langsung tersadar dari lamunannya, "ah sama-sama om, kalo gitu saya pulang dulu," pamit Haikal.

"Hm, hati-hati."

Setelah itu, Haikal kembali melajukan motornya menuju ke rumah Naren, mereka berempat berencana untuk bermain di rumah Naren.

Sesampainya di rumah Naren, Haikal langsung masuk kedalam rumah setelah memarkirkan motornya. Saat memasuki rumah Haikal melihat teman-temannya yang tengah bermain PS.

Jevano yang pertama menyadari kedatangan Haikal pun menyuruh Haikal untuk duduk, "muka lu kenapa?" tanya Jevano.

"Biasa, abis nolongin orang," jawab Haikal.

"Bentar gua ngambil kotak obat dulu." Setelah itu Jevano bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil kotak obat.

Setelah mendapatkan kotak obatnya, Jevano kembali mendudukkan dirinya di sebelah Haikal dan dengan teliti Jevano mengobati luka di wajah Haikal.

"Kenapa tuh muka? Makin jelek aja muka lu," ucap Naren.

"Sembarang lu kalo ngomong, walaupun muka gua bonyok juga gua tetep ganteng kok," balas Haikal.

"Hilih bicit."

"Lu pada lebih suka sama rasa matcha atau coklat?" tanya Javier.

"Coklat lah," jawab Haikal.

ABOUT HAIKAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang