~~~ Happy Reading ~~~
Tiga hari kemudian, keluarga Dursley belum menampakkan tanda-tanda berbelas kasihan dan Harry tidak melihat jalan keluar dari keadaannya itu. Dia berbaring di tempat tidurnya, memandang matahari terbenam di balik jeruji jendelanya, dan sedih sekali memikirkan apa yang akan terjadi padanya.Apa gunanya menyihir dirinya keluar dari kamarnya kalau, gara-gara itu, Hogwarts akan mengeluarkannya? Tapi hidup di Privet Drive tak tertahankan lagi. Sekarang setelah
keluarga Dursley tahu mereka tidak akan terbangun sebagai kelelawar pemakan buah, dia telah kehilangan satu-satunya senjata. Dobby mungkin telah menyelamatkan Harry dari bencana mengerikan di Hogwarts, tetapi melihat keadaannya ini, dia toh mungkin akan mati kelaparan juga.Pintu-kucing berderik dan tangan Bibi Petunia muncul, mendorong semangkuk sup kaleng ke dalam kamar. Harry, yang perutnya melilit kelaparan, melompat dari tempat
tidurnya dan menyambarnya. Sup itu dingin, tetapi dia meminum separonya sekali teguk. Kemudian dia menyeberang kamar menuju sangkar Hedwig, dan menuang sayur yang sudah lembek di dasar mangkuk itu ke piring kosong Hedwig. Hedwig menyisiri bulunya dan melempar pandangan jijik ke arah Harry."Tak ada gunanya menolak makan, cuma ini yang kita punya," kata Harry muram.
Ditaruhnya mangkuk kosong itu di lantai di sebelah pintu kucing, lalu dia kembali berbaring di tempat tidurnya, malah merasa lebih lapar daripada sebelum makan sup tadi.
Seandainya dia masih hidup sebulan lagi, apa yang akan terjadi jika dia tidak muncul di Hogwarts? Akankah seseorang dikirim untuk mencari tahu kenapa dia tidak kembali Apakah mereka akan berhasil membuat keluarga Dursley mengizinkannya pergi?Ruangan mulai gelap. Kelelahan, perutnya keron-congan, otaknya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan sama yang tak bisa dijawab, Harry tertidur. Tidurnya gelisah. Dia bermimpi dijadikan tontonan di kebun binatang, dengan kartu bertulisan "Penyihir di Bawah Umur" menempel di kandangnya. Orang-orang memandang ingin tahu kepadanya lewat jeruji, sementara dia terbaring, kelaparan dan lemah, di atas tempal tidur jerami.
Dilihatnya wajah Dobby di tengah kerumunan dan dia berteriak, minta bantuan, tetapi Dobby ber-seru, "Harry Potter aman di situ, Sir!" lalu lenyap.
Kemudian keluarga Dursley muncul dan Dudley menderak-derakkan jeruji kandang, menertawakannya.
"Hentikan!" gumam Harry, ketika derak jeruji itu membuat kepalanya berdenyut sakit.
"Jangan gauggu aku... hentikan... aku sedang mencoba tidur...."
Harry membuka matanya. Cahaya bulan menerobos masuk lewat jeruji jendela. Dan memang ada orang yang memandang ingin tahu lewat jeruji jendela: anak yang wajahnya berbintik-bintik, berambut merah, dan berhidung panjang. Ron Weasley ada di luar jendela Harry.
"RON!" desah Harry, merayap ke jendela dan mendorongnya ke atas, agar mereka bisa bicara lewat jeruji. "Ron, bagaimana kau—apa i...?"
Harry ternganga ketika sadar sepenuhnya apa yang dilihatnya. Ron menjulurkan tubuhnya dari jendela belakang mobil tua berwarna hijau toska, yang di-parkir di tengah
udara. Fred dan George, kakak kembarnya, nyengir kepada Harry dari tempat duduk depan."Baik-baik saja, Harry?"
"Apa yang terjadi?" tanya Ron. "Kenapa kau tidak membalas surat-suratku? Sudah dua belas kali kuminta kau datang, kemudian Dad pulang dan bilang kau mendapat peringatan resmi gara-gara menggunakan sihir di depan Muggle..."
"Bukan aku dan bagaimana dia tahu?"
"
Dia kerja di Kementerian Sihir," kata Ron. "Kau kan tahu kita dilarang menggunakan sihir di luar sekolah...""Aneh juga kau ngomong begitu,". kata Harry, memandang mobil yang melayang itu.
"Oh, ini tidak masuk hitungan," kata Ron. "Kami cuma pinjam. Ini punya Dad, bukan kami yang menyihirnya. Tetapi menyihir di depan Muggle, di tempat kau tinggal..."
"Sudah kubilang itu bukan aku—tapi perlu waktu lama untuk menjelaskannya sekarang. Bisakah kau katakan kepada mereka di Hogwarts bahwa keluarga Dursley mengurungku dan tidak mengizinkanku kembali, dan jelas aku tidak bisa menyihir diriku keluar kamar, karena Kementerian Sihir nanti mengira itu kedua kalinya aku menyihir dalam waktu tiga hari, jadi..."
"Berhenti ngoceh," kata Ron. "Kami datang untuk membawamu pulang bersama kami."
"Tapi kalian juga tidak bisa menyihirku bebas..."
"Tidak perlu," kata Ron, mengedikkan kepalanya ke arah tempat duduk depan sambil menyeringai. "Kau lupa siapa yang bersamaku."
"Ikat ini di sekeliling jeruji-jeruji itu," kata Fred, melempar ujung seuntai tambang kepada Harry.
"Kalau keluarga Dursley bangun, mati aku," kata Harry, ketika dia mengikatkan tambang erat-erat ke satu jeruji sementara Fred menekan pedal gas kuat-kuat.
"Jangan khawatir," kata Fred.
"Sekarang kau mundur."
Harry mundur ke tempat remang-remang di sebelah Hedwig. Hedwig rupanya menyadari betapa pentingnya kejadian ini sehingga dia diam tak bersuara. Derum mobil semakin keras, dan mendadak, dengan bunyi berkelontangan, jeruji-jeruji itu berhasil dicabut
dari jendela sewaktu Fred meluncurkan mobil ke atas. Harry berlari kembali ke jendela dan
melihat jeruji itu bergelantungan kira-kira semeter dari tanah. Terengah-engah, Ron menariknya ke dalam mobil.Harry mendengarkan dengan cemas, tetapi tak terdengar suara dari kamar tidur keluarga Dursley. Ketika jeruji sudah aman di tempat duduk belakang bersama Ron, Fred memundurkan mobil sedekat mungkin ke jendela Harry.
"Masuk," kata Ron.
"Tetapi semua keperluan Hogwarts-ku... tongkat-ku... sapuku..."
"Di mana?"
"Dikunci di lemari di bawah tangga, dan aku tidak bisa keluar dari kamar ini..."
"Tak jadi soal," kata George dari tempat duduk depan. "Minggir, Harry."
Fred dan George memanjat hati-hati lewat jendela, masuk ke kamar Harry. Harry kagum sekali melihat George mengeluarkan jepit rambut biasa dari sakunya dan mulai mengotak-atik
kunci pintu."Banyak penyihir menganggap mempelajari trik Muggle semacam ini buang-buang waktu," kata Fred, "tapi menurut kami ini kecakapan yang layak dipelajari, walaupun agak
lambat."Terdengar bunyi klik pelan dan pintu terbuka.
"Nah, kami akan mengambil kopermu. Ambil apa saja yang kau perlukan dari kamarmu dan ulurkan pada Ron," bisik George.
"Awas, anak tangga yang paling bawah berderit,"
Harry balik berbisik, ketika si kembar menghilang di puncak tangga yang gelap. Harry bergerak gesit di kamarnya, mengumpulkan barang-barangnya dan menyerahkannya kepada Ron.
Kemudian dia membantu Fred dan George menggotong kopernya ke atas. Harry mendengar Paman Vernon terbatuk.Akhirnya, terengah-engah, mereka tiba di puncak tangga, lalu membawa koper itu ke jendela kamar. Fred memanjat kembali ke dalam mobil untuk menarik koper bersama Ron,
sementara Harry dan George mendorong dari kamar. Senti demi senti koper itu bergerak melewati jendela.Paman Vernon terbatuk lagi. "Sedikit lagi," sengal Fred, yang menarik dari dalam mobil. "Dorong keras-keras...."
Harry dan George mendorong koper itu dengan bahu dan koper itu pun meluncur dari jendela ke tempat duduk belakang mobil.
"Oke, kita berangkat," bisik George.
Tetapi ketika Harry memanjat ambang jendela, terdengar jerit nyaring di belakangnya, diikuti gelegar suara Paman Vernon.
"BURUNG HANTU SIALAN!"
"Aku lupa Hedwig!"
Harry berlari kembali ke seberang kamar ketika lampu di atas tangga loteng menyala. Dia menyambar sangkar Hedwig, berlari ke jendela, dan menyerahkannya kepada Ron. Dia sedang memanjat lemari lacinya ketika Paman Vernon menggedor pintu yang sudah tak terkunci dan pintu berdebam terbuka. Sedetik Paman Vernon berdiri terpaku di depan pintu, kemudian dia melenguh seperti banteng terluka dan melesat mengejar Harry, menyambar pergelangan kakinya.
Ron, Fred, dan George meraih lengan Harry dan menarik sekuat tenaga.
"Petunia!" raung Paman Vernon. "Dia kabur! DIA KABUR!"
~~~ Bersambung ~~~