~~~ Happy Reading ~~~
Dan mereka berdua berpura-pura tidak memperhatikan deru aneh yang semakin lama semakin keras, sementara langit secara pasti semakin gelap. Bintang-bintang bermunculan
dalam kegelapan. Harry kembali memakai rompinya, berusaha mengabaikan kipas kaca mobil yang sekarang bergerak-gerak lemah, seakan memprotes."Tidak jauh lagi," kata Ron, lebih kepada mobilnya daripada kepada Harry. "Tidak jauh lagi sekarang," dan dia membelai dasbor dengan gugup.
Ketika mereka terbang kembali di bawah awan-awan tak lama kemudian, mereka harus menyipitkan mata menembus kegelapan untuk mencari tanda-tanda yang mereka kenal.
"Itu dia!" teriak Harry, membuat Ron dan Hedwig terlonjak kaget. "Di depan!"
Seperti siluet di kaki langit yang gelap, tinggi di atas karang di seberang danau, tampaklah menara-menara kastil Hogwarts.
Tetapi mobil sudah mulai bergetar dan kecepatannya sudah berkurang."Ayolah," kata Ron membujuk, menggoyang sedikit roda kemudi, "sudah hampir sampai, ayolah..."
Mesin mengeluh. Semburan-semburan asap bermunculan dari bawah kap mobil. Harry memegangi tepi tempat duduknya erat-erat ketika mereka terbang menuju danau. Mobil berguncang keras. Mengerling ke luar lewat jendela, Harry melihat permukaan air yang licin gelap berkilauan, satu setengah kilo di bawah mereka. Buku-buku jari Ron memutih di atas roda kemudi. Mobil berguncang lagi.
"Ayolah," Ron bergumam.
Mereka berada di atas danau, kastil persis di depan mereka. Ron menginjak pedal gas. Terdengar bunyi debam keras, bunyi merepet, kemudian mesin mati total.
"Uh, oh," kata Ron dalam kesunyian.
Hidung mobil merendah. Mereka terjatuh, makin lama makin cepat, menuju tembok kastil yang kokoh.
"Tidaaaaaaaaak!" jerit Ron membanting setir seratus delapan puluh derajat.
Mereka lolos dari tembok hanya beberapa senti saja ketika mobil berbelok dalam lengkungan besar,
melesat di atas rumah-rumah kaca yang gelap, melewati kebun sayur, dan keluar ke halaman yang gelap, semakin lama semakin rendah.
Ron melepas roda kemudi sepenuhnya dan menarik tongkatnya dari saku belakang."STOP! STOP!" dia memekik, memukul-mukul dasbor dan kaca depan, tetapi mereka terus menukik, daratan serasa terbang ke atas menyongsong mereka.
"AWAS POHON ITU!" Harry berteriak, menyambar roda kemudi, tetapi terlambat.
GUBRAK!
Bunyi logam menabrak kayu memekakkan telinga ketika mobil menghantam batang pohon yang besar. Mobil terbanting ke tanah dengan empasan keras. Asap mengepul dari atapnya yang penyok. Hedwig menjerit-jerit ketakutan, benjolan sebesar bola golf berdenyut-denyut di kepala Harry yang tadi membentur kaca depan, dan di sebelah kanannya Ron mengerang putus asa.
"Kau tak apa-apa?" tanya Harry cemas."Tongkatku," kata Ron dengan suara gemetar. "Lihat tongkatku."
Tongkat itu patah, nyaris menjadi dua. Ujungnya tergantung lunglai, hanya menempel pada serpihan kayu.
Harry membuka mulut untuk mengatakan dia yakin mereka akan bisa membetulkannya di sekolah, tetapi dia tak sempat bicara apa-apa. Tepat pada saat itu sesuatu menghantam mobil di sisi tempat Harry duduk, dengan kekuatan banteng gila. Harry terlempar ke arah
Ron. Pada saat bersamaan, pukulan yang sama besarnya menghantam atap mobil."Apa yang terja...?"
Ron ternganga kaget, terbelalak memandang lewat kaca depan, dan Harry berbalik tepat ketika dahan sebesar ular piton menghantam kaca itu. Pohon yang mereka tabrak
menyerang mereka. Batangnya terbungkuk nyaris terlipat dua, dan dahan-dahannya yang berbonggol-bonggol memukul-mukul segala bagian mobil yang bisa dicapainya.