Chapter 20

146 13 0
                                    

~~~ Happy Reading ~~~


Selama beberapa hari sesudahnya, (Name) melewatkan banyak waktu untuk menghindar setiap kali melihat Gilderoy Lockhart muncul di ujung koridor. Begitu juga dengan Harry.  Yang lebih sulit dihindari oleh Harry adalah Colin Creevey, yang kelihatannya telah menghafal jadwal Harry.

Tak ada yang lebih membahagiakan bagi Colin daripada berkata, "Baik-baik saja, Harry?" enam atau
tujuh kali sehari dan mendengar,

"Halo, Colin," sebagai balasannya, betapa pun jengkelnya

Harry ketika mengucapkannya.
Hedwig masih marah kepada Harry soal perjalanan dengan mobil yang mendatangkan malapetaka itu, dan tongkat Ron masih tak bisa digunakan dengan benar, bahkan melampaui
batas kemampuannya dengan meluncur lepas dari tangan Ron dalam pelajaran Jimat dan Guna-guna dan memukul Profesor Flitwick yang mungil tepat di antara kedua matanya, menciptakan bisul hijau besar yang berdenyut-denyut.

Maka, dengan begitu banyak kejadian, Harry cukup senang ketika akhir pekan tiba. Dia, (Name) Ron, dan Hermione merencanakan akan mengunjungi Hagrid pada hari Sabtu pagi. Meskipun demikian, Oliver Wood, kapten tim Quidditch Gryffindor, membangunkan Harry dengan mengguncang-guncang tubuhnya beberapa jam lebih awal dari yang dikehendakinya.

"Ada apa?" tanya Harry agak pusing.

"Latihan Quidditch!" kata Wood, "Ayo!"

Masih mengantuk Harry memandang lewat jendela. Kabut tipis menggantung di langit merah jingga.

Sekarang setelah bangun, Harry heran bagaimana dia bisa tidur terus padahal burung-burung berkicau begitu ramai.

"Oliver," kata Harry serak, "masih subuh."

"Persis," kata Wood. Oliver Wood anak kelas enam yang tinggi besar dan pada saat ini, matanya berkilat dengan antusiasme gila-gilaan.

"Ini bagian dari program latihan baru kita. Ayo, ambil sapumu dan kita berangkat," kata Wood penuh semangat. "Tim yang lain belum ada yang mulai latihan. Kita yang akan mulai nomor satu tahun ini...."

Menguap dan sedikit bergidik kedinginan, Harry turun dari tempat tidurnya dan berusaha mencari jubah Quidditch-nya.

"Bagus," kata Wood. "Kita ketemu di lapangan lima belas menit lagi."

Setelah menemukan jubah merah tua seragam timnya dan memakainya di atas jubah biasanya supaya hangat, Harry menulis pesan untuk Ron, menjelaskan ke mana dia pergi. la
menuruni tangga spiral ke ruang rekreasi dengan Nimbus Dua Ribu bertengger di bahunya. Dia baru tiba di lubang lukisan ketika terdengar bunyi berkelontang di belakangnya dan Colin Creevey muncul berlarian menuruni tangga spiral, kameranya berayun liar di lehernya dan tangannya menggenggam sesuatu.

"Aku dengar ada yang menyebut namamu di tangga, Harry! Lihat nih apa yang kubawa! Sudah kucetak, aku ingin menunjukkannya padamu..."

Harry melongo melihat foto yang dikibar-kibarkan Colin di depan hidungnya. Foto hitam-putih Lockhart yang bergerak, sedang menarik kuat-kuat lengan yang dikenali Harry sebagai lengannya sendiri. Harry senang melihat fotonya me-lawan sekuat tenaga dan menolak ditarik supaya kelihatan dalam foto. Sementara Harry mengawasi,
Lockhart menyerah dan merosot terengah-engah pada pinggiran putih foto.

"Maukah kau menandatanganinya?" tanya Colin penuh semangat.

"Tidak," kata Harry tegas, melihat berkeliling untuk memastikan ruangan itu benar-benar kosong. "Sori, Colin, aku sedang buru-buru—latihan Quidditch."

Harry memanjat keluar lewat lubang lukisan.

"Oh, wow! Tunggu aku! Aku belum pernah menonton Quidditch!" Colin merayap keluar lubang mengikutinya.

Hope For The Magic World (Season 2)Where stories live. Discover now