Chapter 21

186 14 0
                                    

~~~ Happy Reading ~~~


"Ada apa sih?" tanya Wood, mengerutkan kening, seraya meluncur di udara menuju mereka. "Kenapa anak kelas satu itu memotret? Aku tidak suka. Siapa tahu dia mata-mata Slytherin, mencoba mencari tahu tentang program latihan baru kita."

"Dia anak Gryffindor," kata Harry cepat-cepat.

"Dan tim Slytherin tidak perlu mata-mata, Oliver," kata George.

"Kenapa kau bilang begitu?" kata Wood curiga.

"Karena mereka sendiri ada di sini," kata George sambil menunjuk.

Beberapa anak berjubah hijau berjalan memasuki lapangan, dengan sapu di tangan.

"Aku tidak percaya!" Wood mendesis berang. "Aku sudah pesan lapangan untuk hari ini! Coba kita lihat!"

Wood menukik ke tanah, mendarat lebih keras daripada yang diinginkan dalam kemarahannya. Dia terhuyung sedikit ketika turun dari sapunya. Harry, Fred, dan George mengikuti.

"Flint!" Wood berteriak kepada kapten Slytherin. "Ini waktu latihan kami! Kami khusus bangun pagi! Kalian menyingkir dulu!"

Marcus Flint bahkan lebih besar daripada Wood. Wajahnya licik seperti troll ketika dia menjawab, "Ada banyak tempat untuk kita semua, Wood."

Angelina, Alicia, dan Katie juga sudah mendekat. Tak ada anak perempuan di tim Slytherin—yang berdiri berdempetan bahu, menghadapi tim Gryffindor. Mereka saling lirik.

"Tapi aku sudah memesan lapartgan!" kata Wood, marah sekali. "Sudah kupesan!"

"Ah," kata Flint, "tapi aku bawa surat izin khusus dengan tanda tangan dari Profesor Snape. Aku, Profesor S. Snape, memberi izin tim Slytherin untuk berlatih hari ini di lapangan Quidditch, mengingat perlunya melatih Seeker baru mereka."

"Kalian punya Seeker baru?" kata Wood, perhatiannya teralih. "Mana?"

Dan dari belakang enam anak bertubuh besar itu muncul anak ketujuh yang lebih kecil, wajahnya yang pucat dan runcing dihiasi seringai lebar. Draco Malfoy.

"Bukankah kau anak Lucius Malfoy?" tanya Fred, memandang Malfoy dengan benci.

"Lucu juga kau menyebut-nyebut ayah Draco," kata Flint, ketika seluruh tim Slytherin menyeringai semakin lebar. "Biar kutunjukkan kepada kalian hadiah yang dengan murah hati diberikannya kepada tim Slytherin."

Ketujuh anak itu mengacungkan sapu mereka. Tujuh gagang baru dengan polesan berkilat dan tujuh tulisan emas berbunyi "Nimbus Dua Ribu Satu" berkilau cemerlang tertimpa
cahaya matahari pagi di depan hidung tim Gryffindor.

"Model paling akhir. Baru keluar tahun lalu," kata Flint sambil lalu, menjentik setitik debu dari ujung sapunya. "Jauh lebih unggul dari seri Nimbus Dua Ribu. Sedangkan Sapu bersih yang tua."

Dia tersenyum menyebalkan pada Fred dan George, yang dua-duanya memegang Sapu-bersih Lima, "paling cocok untuk menyapu lantai."

Tak seorang pun dari tim Gryffindor bisa bicara selama beberapa saat. Malfoy menyeringai lebar sekali, sampai matanya tinggal segaris.

"Oh, lihat," kata Flint. "Penyerbuan lapangan."

Ron dan Hermione menyeberangi
lapangan rumput, ingin tahu apa yang terjadi.

"Ada apa?" Ron menanyai Harry. "Kenapa kau tidak main? Dan apa yang dia lakukan di sini?" Ron memandang Malfoy, melihat jubah
seragam Quidditch Slytherin-nya.

"Aku Seeker baru Slytherin, Weasley," kata Malfoy sombong. "Semua sedang
mengagumi sapu baru tim kami yang dibelikan ayahku."

Ron ternganga memandang tujuh sapu super di depannya.

Hope For The Magic World (Season 2)Where stories live. Discover now