~~~ Happy Reading ~~~
"Jadi," katanya pelan, "kereta api tidak cukup baik untuk Harry Potter yang terkenal dan sahabat setianya, Weasley. Ingin datang dengan sambutan meriah, begitu, ya?"
"Tidak, Sir, penyebabnya palang rintangan di King's Cross. Palang itu..."
"Diam!" bentak Snape dingin. "Kau apakan mobilnya?"
Ron menelan ludah. Ini bukan pertama kalinya Snape memberi kesan bahwa dia bisa membaca pikiran. Tetapi sesaat kemudian, ketika Snape membuka Evening Prophet, koran sihir sore terbitan hari itu, dia pun mengerti."Ada yang melihat kalian," dia mendesis, menunjuk-kan kepala beritanya:
FORD ANGLIA TERBANG MEMBUAT TAKJUB MUGGLE.
Dia mulai membacanya keras-keras.
"Dua Muggle di London yakin mereka melihat sebuah mobil tua terbang di atas menara Kantor LPos... pada siang hari di Norfolk, Nyonya Hetty Bayliss, ketika sedang menjemur cucian...
Tuan Angus Fleet di Peebles melapor kepada polisi... enam atau tujuh Muggle totalnya. Bukankah ayahmu bekerja di Kantor Penyalahgunaan Barang-barang Muggle?" kata-nya,
menatap Ron dan tersenyum semakin menyebal-kan. "Astaga, astaga... anaknya sendiri..."Harry merasa seakan perutnya baru saja dihantam salah satu dahan besar pohon gila itu. Jika sampai ketahuan Tuan Weasley telah menyihir mobil itu, dia tidak memikirkan ini sebelumnya.
"Kuperhatikan, sewaktu aku mencari di halaman, bahwa kerusakan cukup besar telah menimpa pohon Dedalu Perkasa yang sangat berharga," Snape me-neruskan.
"Pohon itu merusak kami lebih banyak daripada kami-" Ron menyela.
"Diam!" bentak Snape lagi. "Sayang sekali kalian tidak di asramaku dan keputusan untuk mengeluarkan kalian tidak ada padaku. Aku akan memanggil orang-orang yang punya
kekuasaan menyenangkan itu. Kalian tunggu di sini."Harry dan Ron saling pandang, wajah mereka pucat. Harry tidak merasa lapar lagi. Dia malah merasa sangat mual. Dia berusaha tidak melihat sesuatu yang besar berlendir dalam
cairan hijau di rak di belakang meja Snape. Kalau Snape memanggil Profesor McGonagall, kepala asrama Gryffindor, nasib mereka tak akan lebih baik. Dia mungkin lebih adil daripada Snape, tetapi disiplinnya ketat sekali.Sepuluh menit kemudian, Snape muncul kembali, dan benar saja, Profesor McGonagall-lah yang meemaninya. Harry sudah pernah melihat Profesor McGonagall
marah dalam beberapa kesempatan, tetapi entah apakah dia sudah lupa betapa tipisnya bibir Profesor McGonagall kalau sedang marah, atau Harry belum pernah melihatnya semarah ini. Profesor McGonagall mengangkat tongkatnya begitu dia memasuki ruangan. Harry dan Ron
berjengit, tetapi dia cuma menunjuk ke perapian kosong, yang apinya langsung berkobar menyala."Duduk," katanya, dan mereka berdua mundur untuk duduk di kursi di dekat perapian.
"Jelaskan," katanya, kacamatanya berkilat-kilat menyeramkan.
Ron langsung bercerita, mulai dengan palang rin-tangan di stasiun yang menolak mereka lewati. "...jadi kami tak punya pilihan, Profesor, kami tidak bisa naik kereta api."
"Kenapa kalian tidak mengirim surat lewat burung hantu? Bukankah kau punya burung hantu?" Profesor McGonagall berkata dingin kepada Harry.