Chapter 22

303 12 0
                                    

~~~ Happy Reading ~~~

"Dan mereka belum temukan mantra yang tak bisa dilakukan Hermione kita ini," kata Hagrid bangga, membuat wajah Hermione langsung semburat merah.

"Darah-lumpur sungguh umpatan yang tak pantas diucapkan," kata Ron, menyeka dahinya yang berkeringat dengan tangan gemetar. "Darah kotor, artinya. Darah biasa. Gila. Sebagian besar penyihir sekarang ini toh berdarah campuran. Kalau kita tidak menikah dengan Muggle, kita pasti sudah punah."

Ron membungkuk dan muntah lagi.

"Yah, aku tidak salahkan kau, kaucoba kutuk dia, Ron," kata Hagrid keras, mengatasi bunyi siput yang berjatuhan ke baskom. "Tapi mungkin ada baiknya tongkatmu serang balik
kau sendiri. Pasti Lucius Malfoy akan datang ke sekolah kalau kau berhasil kutuk anaknya. Dengan begini paling tidak kau tidak dihukum."

Harry sebetulnya ingin mengatakan bahwa hukuman tidak lebih buruk daripada hujan siput dari mulut, tapi dia tak bisa bicara. Gulali Hagrid telah menyemen rapat rahangnya.

"Harry," kata Hagrid tiba-tiba, seakan mendadak teringat sesuatu. "Aku protes. Kudengar kau bagi-bagikan foto bertanda langan. Kenapa aku tidak di-kasih?"

Dengan berang, Harry melepas gigi-giginya yang menempel. "Aku tidak membagikan foto bertanda tangan," katanya marah. "Kalau Lockhart masih ngomong soal..."

Tetapi kemudian dilihatnya Hagrid tertawa.

"Aku cuma bergurau," katanya, menepuk-nepuk punggung Harry dengan riang, membuat wajah Harry terantuk meja. "Aku tahu kau tidak bagikan foto. Aku bilang Lockhart
kau tak perlu begitu. Kau sudah lebih terkenal dari dia tanpa berusaha."

"Pasti dia tidak suka mendengarnya," kata Harry duduk tegak lagi dan menggosok-gosok dagunya.

"Memang tidak," kata Hagrid, matanya bercahaya. "Lalu aku bilang aku belum pernah baca bukunya dan dia putuskan pergi saja. Gulali, Ron?" dia menambahkan ketika Ron muncul lagi.

"Tidak, terima kasih," kata Ron lemah.

"Lebih baik tidak ambil risiko."

"Ayo, kita lihat apa yang kutanam," ajak Hagrid ketika Harry dan Hermione sudah menghabiskan teh mereka.

Di kebun sayur kecil di belakang pondok Hagrid ada selusin labu kuning paling besar yang pernah dilihat Harry. Masing-masing sebesar gundukan batu besar.

"Tumbuh bagus, ya," kata Hagrid gembira. "Buat pesta Hallowe'en... sudah cukup besar nanti."

"Kau beri makan apa mereka?" tanya Harry.

Hagrid menoleh untuk memastikan mereka sendirian. "Yah, aku memberi
mereka—kau tahu—sedikit bantuan."

Harry melihat payung merah jambu kembang-kembang Hagrid bersandar di dinding belakang pondok. Harry punya alasan untuk menduga bahwa payung ini bukan payung biasa. Malah dia punya dugaan kuat tongkat tua Hagrid dari zaman sekolah disembunyikan di dalamnya. Hagrid sebetulnya tidak boleh menggunakan sihir. Dia dikeluarkan dari Hogwarts
dalam tahun ketiganya, tetapi Harry belum berhasil tahu kenapa. Setiap kali menyebut soal itu, Hagrid akan berdeham keras-keras dan jadi tuli secara misterius sampai topik pembicaraan diubah.

"Jampi-jampi Pembengkakan, kan?" kata Hermione, setengah mencela, setengah geli. "Wah, kau berhasil sekali."

"Itu yang dikatakan adikmu," kata Hagrid, mengangguk kepada Ron.
"Baru ketemu dia kemarin."

Hagrid melirik Harry, jenggotnya bergerak-gerak. "Katanya dia cuma mau lihat-lihat, tapi kukira dia harap ketemu seseorang di rumahku." Dia mengedip kepada Harry. "Kalau kau
tanya aku, dia tidak akan tolak foto bertanda tangan..."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hope For The Magic World (Season 2)Where stories live. Discover now