~~~ Happy Reading ~~~
Terlihat (Name) yang sedang menulis sesuatu di bukunya. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"(Name), can I come in?" tanya kakeknya.
"Come in, Grandpa!"
(Name) menyimpan buku itu dibawah bantalnya dan mengambil bukunya yang satu lagi. Terlihat Dumbledore yang masuk sambil membawa sebuah buku yang cukup tebal. Betapa senang (Name) mendapatkan buku dari kakeknya itu.
Bisa dibilang kalau (Name) itu adalah seorang kutu buku. Jika dia diberikan buku yang belum pernah dia baca, dia akan merasa sangat senang.
"Bagaimana dengan kegiatan sekolahmu? Apa semuanya baik-baik saja? Maaf kalau Grandpa sibuk dengan tugas akhir-akhir ini."
"Nah, tidak apa-apa Grandpa. Lagipula semuanya baik-baik saja. Bahkan aku merasa tertantang saat aku masih di tahun pertama."
"Maksudmu saat kau dan teman-temanmu itu mencari tau soal batu bertuah?"
"Hehehe, tebakan Grandpa benar."
"Grandpa tidak mempermasalahkannya, hanya saja aku tidak kau sampai terluka nantinya. Hanya kamu satu-satunya keluarga yang Grandpa miliki."
"Aku janji, aku akan baik-baik saja, Grandpa."
🥀🥀🥀
Bukan untuk pertama kalinya pertengkaran meledak di meja makan rumah Privet Drive nomor empat. Sebelumnya Tuan Vernon Dursley telah terbangun pagi-pagi buta oleh bunyi uhu-uhu keras dari kamar keponakannya, Harry
"Untuk ketiga kalinya minggu ini!" raungnya. "Kalau kau tidak bisa mengontrol burung hantu itu, dia harus pergi!"
Harry mencoba, sekali lagi, untuk menjelaskan."Dia bosan," katanya. "Dia biasa
berterbangan di luar. Kalau aku boleh melepasnya di malam hari...""Apa aku kelihatan bbdoh?" kata Paman Vernon geram, seserpih telur goreng bergantung pada kumisnya yang lebat. "Aku tahu apa yang akan terjadi kalau burung hantu itu dibiarkan lepas."
Dia bertukar pandang geram dengan istrinya, Petunia. Harry mencoba berargumentasi, tetapi kata-katanya tenggelam oleh sendawa Dudley yang keras dan panjang. Dudley adalah anak Tuan dan Nyonya Dursley.
"Aku mau tambah daging asap."
"Masih banyak di wajan, Manis," jawab Bibi Petunia, matanya terharu menatap anak laki-lakinya yang super gemuk. "Kami harus memberimu makan banyak-banyak selagi ada
kesempatan... aku tak senang mendengar tentang makanan di sekolahmu...""Omong kosong, Petunia, aku tak pernah kelaparan waktu aku di Smeltings," kata Paman Vernon mem-protes. "Dudley mendapat cukup makanan. Ya kan, Nak?"
Dudley, yang luar biasa gemuknya sampai pantatnya melimpah di kiri-kanan kursi dapur, menyeringai dan menoleh kepada Harry.
"Ambilkan wajannya."
"Kau lupa kata sihirnya," kata Harry jengkel.
Dampak kalimat sederhana pada keluarga itu sungguh luar biasa. Dudley tersedak dan terjatuh dari kursinya keras sekali sampai menggetarkan seluruh dapur. Nyonya Dursley menjerit dan menutup mulutnya. Tuan Dursley melompat bangun, urat-urat berdenyutan di
pelipisnya."Maksudku kata 'tolong'!" kata Harry cepat-cepat. "Aku tidak bermaksud..."
"BUKANKAH SUDAH KULARANG," gelegar pamannya dari seberang meja, "MENGUCAPKAN KATA 'S' ITU DI DALAM RUMAH KITA?"
"Tapi aku..."
"BERANI-BERANINYA KAU MENGANCAM DUDLEY!" raung Paman Vernon, menggebrak meja dengan tinjunya.
"Aku cuma..."
"KUPERINGATKAN KAU! AKU TAK MENGIZIN-KAN KEABNORMALANMU
DISEBUT-SEBUT DI BAWAH ATAP RUMAH INI!"Harry bergantian memandang wajah keunguan pamannya dan wajah pucat bibinya, yang sedang berusaha membantu Dudley bangun.
"Baiklah," kata Harry, "baiklah..."
Paman Vernon duduk kembali, tersengal seperti ba-dak bercula satu yang kehabisan napas. Dia memandang Harry lewat sudut matanya yang kecil tajam. Sejak Harry pulang untuk liburan musim panas, Paman Vernon memperlakukannya seperti bom yang bisa meledak setiap waktu, karena Harry bukan anak biasa. Sebetulnya, dia memang sama sekali bukan anak biasa.
Harry Potter adalah penyihir, penyihir yang baru melewatkan tahun pertamanya di Sekolah Sihir Hogwarts. Dan jika keluarga Dursley tidak senang menerimanya selama
liburan, itu bukan apa-apa di-banding perasaan Harry. Harry merasa sangat rindu pada Hogwarts sehingga rasanya dia sakit perut terus-menerus. Dia merindukan kastilnya, dengan lorong-lorong rahasia dan hantu-hantunya, pelajaran-pelajarannya (walaupun mungkin tidak merindukan Snape, guru pelajaran Ramuan-nya), surat-surat yang dibawa oleh burung-burung hantu, makan bersama di Aula Besar, tidur di tempat tidurnya di menara asrama, mengunjungi si pengawas binatang liar, Hagrid, di pondoknya di dekat Hutan Terlarang, dan terutama Quidditch, olahraga paling populer di dunia sihir (enam tiang gawang tinggi, empat bola terbang, dan empat belas pemain di atas sapu terbang).Semua buku pelajaran Harry tongkat, jubah, kuali, dan sapu top Nimbus Dua Ribu-nya dikunci di dalam lemari di bawah tangga oleh Paman Vernon begitu Harry tiba di rumah. Apa
pedulinya keluarga Dursley kalau Harry kehilangan tempat di tim Quidditch asramanya karena dia tidak berlatih selama musim panas? Apa urusannya bagi keluarga Dursley jika Harry kembali ke sekolah tanpa mengerjakan PR-PR-nya? Keluarga Dursley termasuk yang oleh para penyihir disebut Muggle (tak memiliki
setetes pun darah penyihir di nadi mereka) dan bagi mereka memiliki penyihir dalam keluarga adalah aib yang sangat memalukan.Paman Vernon bahkan telah menggembok burung hantu Harry, Hedwig, di dalam sangkarnya, untuk mencegahnya membawa surat-surat
kepada siapa pun di dunia sihir. Tampilan Harry sama sekali lain dari keluarganya. Paman Vernon gemuk dan tanpa leher, dengan kumis hitam besar. Bibi Petunia kurus berwajah kuda. Dudley berambut pirang,
kulitnya agak merah jambu, jadi kesannya seperti babi. Harry, sebaliknya, kecil dan kurus, dengan mata hijau cemerlang dan rambut hitam pekat yang selalu berantakan.Dia memakai kacamata bundar, dan di dahinya ada bekas luka berbentuk sambaran kilat. Bekas luka inilah yang membuat Harry istimewa, bahkan sebagai penyihir. Bekas luka
ini satu-satunya petunjuk akan masa lalu Harry yang misterius, alasan kenapa dia ditinggalkan di depart pintu rumah keluarga Dursley sebelas tahun yang lalu. Pada usia satu tahun, Harry, entah bagaimana ber-hasil selamat dari serangan penyihir
hitam jahat ter-hebat sepanjang zaman, Lord Voldemort, yang nama-nya pun tak berani disebutkan oleh banyak penyihir.Orangtua Harry tewas dalam serangan Voldemort, tetapi Harry selamat dengan bekas luka sambaran kilatnya, dan tak seorang pun tahu
kenapa, kekuatan Voldemort punah pada saat dia gagal membunuh Harry. Maka Harry dibesarkan oleh kakak almarhum ibunya dan suaminya. Dia melewatkan sepuluh tahun bersama keluarga Dursley, tak pernah memahami kenapa dia tak putus-putus membuat hal-hal aneh terjadi walaupun dia tak bermaksud melakukannya.Dia mempercayai cerita keluarga Dursley bahwa bekas lukanya didapatnya dalam kecelakaan lalu lintas yang menewaskan orangtuanya. Dan kemudian," tepatnya setahun yang lalu, Hogwarts menulis surat kepada Harry, dan kisah yang sebenarnya pun terungkap. Harry bersekolah di sekolah sihir. Di situ dia dan bekas lukanya terkenal. Tetapi sekarang tahun ajaran telah usai, dan dia kembali bersama keluarga Dursley selama musim panas, kembali diperlakukan seperti anjing yang habis berguling-guling di sampah bau
~~~ Bersambung ~~~