Chapter 11

213 32 0
                                    

~~~ Happy Reading ~~~


"Aku belum didatangi. Nama Malfoy masih dihormati, tapi Kementerian semakin suka mencampuri urusan orang lain. Ada desas-desus tentang adanya Undang-undang Perlindungan Muggle baru, tak diragukan lagi si kutu busuk goblok pecinta Muggle Arthur Weasley berada di belakang semua itu..."

Harry berang sekali. "Dan seperti yang kau lihat, beberapa racun ini bisa kelihatan..."

"Saya mengerti, Sir, tentu saja," kata Tuan Borgin. "Coba saya lihat..."

"Boleh aku beli itu?"sela Draco, menunjuk tangan keriput di bantal.

"Ah, Tangan Kemuliaan!" kata Tuan Borgin, meninggalkan daftar Tuan Malfoy dan bergegas mendatangi Draco. "Taruh lilin, dan lilin ini hanya akan memberikan cahaya kepada
pemegangnya! Sahabat terbaik para pencuri dan penjarah! Selera anak Anda hebat, Sir."

"Kuharap anakku akan jadi lebih dari sekadar pencuri atau penjarah, Borgin," kata Tuan Malfoy dingin dan Tuan Borgin buruburu berkata,

"Tidak menyindir, Sir, tidak bermaksud menyindir..."

"Meskipun kalau angka-angkanya tidak bertambah baik," kata Tuan Malfoy lebih dingin lagi, "mungkin dia hanya pantas jadi pencuri dan penjarah."

"Bukan salahku," bantah Draco. "Semua guru punya anak emas, si Hermione Granger dan (Name)..."

"Kukira kau akan malu bahwa anak perempuan yang bukan berasal dari keluarga sihir mengalahkanmu dalam semua ujian," tukas Tuan Malfoy.

"Ha!" kata Harry dalam hati, senang melihat Draco kelihatan malu dan marah.

"Di semua tempat sama," kata Tuan Borgin dengan suaranya yang licin. "Darah penyihir nilainya sudah berkurang di mana-mana..."

"Bagiku tidak," kata Tuan Malfoy, cuping hidung panjangnya mekar.

"Tidak, Sir, bagi saya juga tidak, Sir," kata Tuan Borgin, membungkuk rendah.

"Kalau begitu, mungkin kita bisa kembali ke daftarku," kata Tuan Malfoy pendek. "Aku agak terburu-buru, Borgin, aku ada urusan penting di tempat lain hari ini."

Mereka mulai tawar-menawar. Harry mengawasi dengan cemas ketika Draco semakin lama semakin dekat ke tempat persembunyiannya, melihat-lihat barang-barang yang dijual. Dia berhenti untuk mengamati gulungan tali panjang untuk menggantung orang dan membaca sambil menyeringai kartu yang disandarkan pada kalung opal yang bagus sekali;

Hati-hati: Jangan Sentuh. Dikutuk—Sampai Hari Ini Sudah Minta Korban Sembilan Belas Muggle Pemiliknya.

Draco berbalik dan melihat lemari persis di depannya. Dia mendekat mengulurkan tangannya ke pegangan pintu.

"Baik," kata Tuan Malfoy di meja pajangan.

"Ayo, Draco!" Harry menyeka dahinya ke lengan bajunya ketika Draco berbalik.

"Selamat siang, Tuan Borgin, kutunggu kau di rumah besok untuk mengambil barang-barang itu."

Begitu pintu tertutup, Tuan Borgin menanggalkan sopan santunnya.

"Selamat siang sendiri saja, Mister Malfoy, dan jika cerita yang beredar benar, kau belum menjual setengah dari yang kau sembunyikan di istanamu..."

Sambil menggerutu sebal Tuan Borgin menghilang ke ruang belakang. Harry menunggu selama semenit, siapa tahu dia muncul lagi. Kemudian, sepelan mung-kin, dia menyelinap keluar dari lemari, melewati kotak-kotak kaca, dan keluar lewat pintu toko. Sambil menempelkan kacamatanya yang pecah ke wajahnya, Harry memandang berkeliling. Dia berada di jalan kecil kumuh berisi toko-toko yang semuanya menjual barang-barang untuk ilmu hitam. Toko yang baru saja ditinggalkannya, Borgin and Burkes, kelihatannya yang paling besar, tetapi di seberangnya ada etalase yang memajang kepala-kepala yang sudah mengerut mengerikan, dan di dua toko sesudahnya ada kandang besar berisi banyak laba-laba raksasa yang berjalan ke sana kemari.

Dua penyihir laki-laki kumal mengawasinya dari bayang-bayang pintu, seraya saling bergumam. Dengan gelisah Harry berjalan, memegangi kacamatanya selurus mungkin dan berharap bisa menemukan jalan keluar dari tempat ini. Papan nama kusam yang tergantung di atas toko yang menjual lilin beracun memberitahunya bahwa dia berada di Knockturn Alley. Ini tidak membantu, karena Harry
belum pernah mendengar nama tempat ini. Rupanya dia tidak bicara cukup jelas gara-gara mulutnya penuh abu sewaktu berada di perapian keluarga Weasley. Harry berusaha tetap tenang dan memikirkan apa yang akan dilakukannya.

"Tidak tersesat, kan, Nak?" kata suara di telinganya, membuatnya terlonjak.

Seorang nenek sihir berdiri di depannya, membawa nampan yang kelihatannya berisi kuku-kuku utuh manusia. Dia menyeringai kepada Harry, memamerkan gigi-giginya yang berlumut. Harry mundur.

"Aku tak apa-apa, terima kasih," katanya, "aku cuma..."

"HARRY! Sedang apa kau di sini?"

Jantung Harry melompat. Si nenek sihir juga melompat. Kuku-kuku dari nampannya berjatuhan ke atas kakinya, dan dia mengutuk ketika sosok tinggi besar Hagrid, pengawas
binatang liar di Hogwarts, berjalan mendekati mereka, mata kumbangnya yang hitam berkilat-kilat di atas jenggot dan berewoknya yang lebat.

"Hagrid!" Harry berseru parau dengan lega. "Aku tersesat... bubuk Floo..."

Hagrid menyambar kerah baju Harry dan menariknya jauh-jauh dari si nenek sihir, menyenggol nampannya sampai jatuh. Teriakan si nenek mengikuti mereka sepanjang jalan
kecil yang berkelok-kelok sampai mereka tiba di tempat terang. Harry melihat gedung pualam seputih salju yang dikenalnya di kejauhan: Bank Gringotts. Hagrid telah membawanya ke Diagon Alley.

"Kau berantakan!" kata Hagrid pedas, mengibas abu dari tubuh Harry begitu kerasnya sampai Harry nyaris tercebur ke dalam tong berisi kotoran naga di luar toko obat. "Berkeliaran
di Knockturn Alley, kelewatan—tempat yang harus dihindari, Harry—jangan sampai ada yang lihat kau di sana..."

"Aku sadar itu," kata Harry, menunduk ketika Hagrid mau mengibasnya lagi. "Sudah kubilang, aku tersesat...kau sendiri ngapain di sana?"

"Aku sedang cari Pembasmi Siput Pemakan-Daging," kata Hagrid geram. "Mereka hancurkan kol sekolah. Kau tidak sendirian?"

"Aku menginap di rumah keluarga Weasley, tapi kami terpisah," Harry menjelaskan.

"Aku harus men-scan mereka..."

Mereka berjalan berdua.

"Kenapa kau tidak pernah balas suratku?" tanya Hagrid, sementara Harry berlari-lari kecil di sebelahnya (dia harus melangkah tiga kali untuk mengimbangi setiap langkah bot
besar Hagrid).

Harry menjelaskan tentang Dobby dan keluarga Dursley.

"Muggle brengsek," gerutu Hagrid.

"Kalau aku tahu..."

"Harry! Harry! Di sini!"

Harry mendongak dan melihat Hermione Granger berdiri di undakan putih paling atas Gringotts. Dia berlari turun menyongsong mereka, rambutnya yang lebat berkibar di belakangnya.

~~~ Bersambung ~~~

Hope For The Magic World (Season 2)Where stories live. Discover now