~~~ Happy Reading ~~~
Teringat dengan ucapan Voldemort tadi, (Name) penasaran dengan silsilah dari keluarga ayahnya. Tidak mungkin dirinya dan Voldemort ada hubungan keluarga. Mungkin saja Voldemort mencoba menghasutnya.
Tetapi saat (Name) sedang memikirkannya, seekor burung hantu masuk ke dalam kamarnya lewat jendela kamarnya yang terbuka. Burung hantu itu menjatuhkan sebuah surat ke pangkuan gadis itu. Burung hantu itu lalu terbang keluar dari dalam kamar (Name). Sementara (Name), dia membuka surat itu untuk melihat siapa pengirimnya.
Untuk Ms. Dumbledore
Halo sayang, aku harap kabarmu baik-baik. Aunt ingin mengucapkan terima kasih karena sudah mau mengawasi Draco selama berada di Hogwarts. Oh iya, aunt ingin mengundangmu datang ke pesta di rumah kediaman keluarga Malfoy.
Apa kau mau datang, (Name) sayang? Kami sangat rindu denganmu datang ke rumah kami. Terutama Lucius. Pestanya akan diadakan sore nanti, aunt harap kami bisa datang.
Ps. Draco berharap kau bisa datang sayang.
Salam hangat dari,
Narcissa Malfoy
(Name) menghela nafasnya. Dia memberitahukan kepada kakeknya kalau sore hari ini dia akan ke rumah kediaman Malfoy untuk datang ke pesta yang diadakan oleh keluarga Malfoy.
🥀🥀🥀
Nyonya Weasley berbalik dan berjalan kembali ke dalam rumah, sedangkan Harry setelah dengan gugup melirik Ron, yang mengangguk membesarkan hatinya dan mengikutinya.Dapurnya kecil dan agak penuh sesak. Ada meja kayu dan kursi-kursi di tengahnya dan Harry duduk di tepi tempat duduknya, memandang berkeliling. Dia belum pernah berada dalam rumah penyihir.
Jam di dinding di depannya cuma punya satu jarum dan sama sekali tak ada angkanya. Mengitari tepinya ada tulisan-tulisan seperti "Waktu membuat teh", "Waktu memberi makan ayam-ayam", dan "Kau terlambat". Buku-buku ditumpuk tiga-tiga di atas rak perapian, buku-buku dengan judul seperti Sihir Sendiri Kejumu, Jampi-jampi dalam Memanggang, dan Sajian dalam Semenit—Sungguh Ajaib! Dan kecuali telinga Harry mengelabuinya, radio tua di sebelah tempat cuci piring baru saja mengumumkan bahwa acara berikutnya adalah "Jam
Sihir, dengan penyanyi penyihir wanita terkenal, Celestina Warbeck."Nyonya Weasley mondar-mandir dengan berisik, menyiapkan sarapan dengan agak serampangan, memandang sebal anak-anaknya sementara dia melemparkan sosis ke dalam wajan.
Sekali-sekali dia menggumamkan kalimat seperti, "Tak tahu apa yang ada di pikiran kalian," dan "Tak akan pernah mempercayainya."
"Aku tidak menyalahkanmu, Nak," katanya meyakinkan Harry, menuang delapan atau sembilan sosis ke dalam piringnya. "Arthur dan aku mencemaskanmu juga. Baru semalam kami katakan kami sendiri akan datang menjemputmu kalau sampai hari Jumat kau tidak membalas surat Ron. Tapi sungguh kelewatan," (sekarang dia menambahkan tiga telur
goreng ke piring Harry),"menerbangkan mobil ilegal, menyeberang separo negeri... bisa
kelihatan siapa saja...."Dia menjentikkan tongkatnya sambil lalu ke perabot di tempat cuci piring yang langsung mulai mencuci sendiri, berdentang-denting lembut di latar belakang.
"Langit mendung, Mum!" kata Fred.
"Jangan bicara waktu makan!" bentak Nyonya Weasley.
"Mereka membuatnya kelaparan, Mum!" kata George.
"Dan kau juga!" kata Nyonya Weasley, tetapi ekspresi wajahnya lebih lembut ketika dia mulai mengiris roti untuk Harry dan mengolesinya dengan mentega.
Pada saat itu sesosok tubuh kecil berambut merah memakai gaun tidur panjang muncul di pintu, mengalihkan perhatian semua orang. Sosok itu menjerit kecil, dan
berlari keluar lagi."Ginny," kata Ron pelan kepada Harry. "Adikku. Dia ngomong tentang kau terus sepanjang musim panas."
"Yeah, dia mau minta tanda tanganmu, Harry," Fred nyengir, tetapi dia menangkap pandangan ibunya dan segera menundukkan wajah di atas piringnya, tanpa berkata apa-apa lagi.
Tak ada lagi yang dibicarakan sampai keempat piring bersih, dalam waktu yang singkat sekali.
"Ya ampun, aku capek," Fred menguap, akhirnya meletakkan pisau dan garpunya. "Aku mau tidur dan..."
"Tidak boleh," potong Nyonya Weasley. "Salahmu sendiri kau tidak tidur semalaman. Kau akan membersihkan jembalang di kebun untukku, mereka sudah tak terkontrol lagi."
"Oh, Mum..."
"Dan kalian berdua juga," katanya mendelik pada Ron dan Fred. "Kau boleh tidur, Nak,"
katanya menambahkan kepada Harry. "Kau tidak meminta mereka menerbangkan mobil brengsek itu."
Tetapi Harry yang sama sekali tidak mengantuk, buru-buru berkata, "Saya akan membantu Ron. Saya belum pernah melihat pembersihan jembalang..."
"Kau baik sekali, Nak, tapi itu pekerjaan membosankan," kata Nyonya Weasley. "Coba kita lihat dulu apa kata Lockhart tentang masalah ini."
Dan dia menarik sebuah buku berat dari tumpukan di atas rak perapian. George mengerang. "Mum, kami sudah tahu bagaimana membersihkan kebun dari jembalang."
Harry memandang sampul buku Nyonya Weasley. Judulnya ditulis dengan huruf-huruf emas indah:
Penuntun Penanganan Hama Rumah Gilderoy Lockhart. Di sampul itu terpampang foto besar penyihir yang amat tampan, dengan rambut pirang berombak dan mata biru cerah. Seperti biasanya di dunia sihir, foto itu bergerak-gerak. Si penyihir, yang Harry duga adalah Gilderoy Lockhart, tak henti-hentinya mengedip nakal
kepada mereka semua. Nyonya Weasley menunduk tersenyum kepadanya."Oh, dia hebat sekali," katanya, "dia tahu betul tentang hama-hama rumah. Ini buku yang bagus sekali...."
"Mum naksir dia," kata Fred dalam bisikan yang sangat jelas.
"Jangan ngaco, Fred," kata Nyonya Weasley, pipinya merona merah jambu. "Baiklah, kalau kalian merasa lebih tahu dari Lockhart, kalian boleh keluar dan langsung mulai. Awas,
kalau sampai masih ada satu saja jembalang di kebun waktu aku memeriksanya nanti."Menguap dan menggerutu, Ron dan kedua kakaknya berjalan ogah-ogahan keluar, diikuti Harry. Kebun mereka luas, dan dalam pandangan Harry, begitulah seharusnya kebun. Keluarga Dursley tidak akan menyukainya karena ada banyak ilalang, rumputnya perlu dipotong tetapi ada pohon-pohon yang batangnya berbonggol-bonggol di sekeliling tembok, tanaman-tanaman yang belum pernah dilihat Harry melimpah dengan lebatnya dari setiap petak bunga, dan ada kolam besar penuh kodok.
"Muggle juga punya jembalang kebun lho," Harry memberitahu Ron ketika mereka menyeberang ke kebun.
"Yeah, aku sudah melihat apa yang mereka sebut jembalang," kata Ron, membungkuk dengan kepala tenggelam di semak bunga peoni. "Seperti Santa Claus gemuk membawa tangkai pancing...."
Terdengar bunyi baku hantam seru, semak peoni bergetar, dan Ron menegakkan diri.
"Ini jembalang," katanya suram.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" jerit si jembalang.
~~~ Bersambung ~~~