~~~ Happy Reading ~~~
(Name) sudah mengenakan dress biru tuanya dan berjalan masuk ke dalam rumah kediaman Malfoy. Semua tamu undangan yang sudah berada di rumah kediaman Malfoy terpaku melihat kehadirannya. Siapa yang tidak mengenali (Name), gadis yang berhasil menjinakkan seekor naga yang mengamuk sekaligus cucu dari penyihir terhebat dari Hogwarts.Narcissa yang melihat kehadiran dari (Name) merasa tak percaya. Dia mengira kalau gadis itu tidak akan pernah datang ke rumah lagi. Tapi kini gadis itu telah kembali dengan berpenampilan yang sangat cantik dan menawan. Dia akhirnya paham, kenapa putranya sangat menyukai gadis itu.
Sementara Draco yang berada di balkon lantai 2, terpaku juga melihat pesona (Name) sore ini. Dia tak menyangka kalau gadis pujaan hatinya terlihat sangat cantik. Dia cepat-cepat turun ke lantai 1 untuk menghampiri sang gadis. Sedangkan Lucius hanya bisa geleng-geleng kepala melihat antusiasme putranya yang ingin bertemu dengan cucu dari Dumbledore.
"Hei (Name)!"
(Name) berbalik. "Ah, Draco, halo."
"Ha-Hari ini, kau terlihat sangat cantik."
(Name) tertawa kecil. "Jadi selama ini aku jelek, begitu?"
Malfoy cepat-cepat menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu maksudku. Kau itu selalu cantik, tapi kali ini kau benar-benar terlihat sangat cantik sekali."
Lucius berdiri di balkon lantai 2. Dia mengucapkan terima kasih kepada para tamu undangan yang sudah datang, sekaligus dia menyambut mereka datang ke pesta keluarganya. Setelah itu terdengar lagu dansa. Malfoy mengajak (Name) untuk berdansa dengannya dan dengan senang hati (Name) menerimanya.
🥀🥀🥀
Makhluk itu sama sekali tidak seperti Santa Claus, melainkan bertubuh kecil, kulitnya kasar, dengan kepala besar botak menonjol persis kentang. Ron memegangnya agak jauh,
sementara si jembalang menendang-nendangnya dengan kakinya yang kecil bertanduk. Ron mencengkeram pergelangan kakinya dan menjungkirkannya."Ini yang harus kau lakukan," katanya. Ron mengangkat si jembalang ke atas kepalanya
("Lepas-kan aku!") lalu mulai memutar-mutarnya dalam lingkaran besar seperti laso.Melihat kekagetan di wajah Harry, Ron menambahkan, "Ini tidak melukai mereka, kau cuma harus membuatnya benar-benar pusing, supaya mereka tidak bisa menemukan jalan pulang ke lubang jembalangnya."
Dilepasnya kaki si jembalang dan jembalang itu melayang enam meter ke atas dan jatuh di padang di seberang pagar.
"Payah," kata Fred. "Aku pasti bisa melempar jembalangku sampai melewati tunggul itu."
Harry belajar dengan cepat untuk tidak merasa terlalu kasihan kepada si jembalang. Dia memutuskan untuk menjatuhkan saja jembalang pertama yang ditangkapnya ke balik pagar.
Tetapi si jembalang, yang bisa merasakan kelemahan, menancapkan gigi-giginya yang setajam silet ke jari Harry dan Harry dengan susah payah mengibaskannya sampai..."Wow, Harry, pasti ada lima belas meter tuh..."
Segera saja udara dipenuhi jembalang yang beterbangan.
"Lihat, kan, mereka tidak terlalu pintar," kata George, menyambar lima atau enam jembalang sekaligus. "Begitu mereka tahu pembersihan jembalang dimulai, mereka malah
keluar untuk melihat. Mestinya kan malah ngumpet."Tak lama kemudian gerombolan jembalang di padang mulai melangkah lesu, menjauh.
"Mereka akan kembali," kata Ron, ketika mereka mengawasi para jembalang menghilang ke balik pagar di sisi lain padang. "Mereka senang di sini... Dad terlalu lunak terhadap mereka, dia menganggap mereka lucu..."