4. Demi Istri, Aku Bersabar

120 30 26
                                    

Saat Seokjin berjanji untuk membuat kepala Jungkook benjol, sebenarnya dia cuma pura-pura. Seokjin mana tega memukul adik iparnya walau kelakuan sangat minus mengalahkan penghuni neraka. Namun, pada akhirnya, kepala laki-laki 23 tahun itu benar-benar benjol meski bukan Seokjin yang membalaskan dendam sang istri.

Ibu Youngeun alias mertua Seokjin pelakunya. Setelah tahu si sulung pingsan sehabis melabrak Jungkook, kontan satu pukulan melayang di kepala anak laki-lakinya diikuti ceramah panjang betapa buruknya perilaku Jungkook.

Jelas-jelas kondisi kakaknya lemah, kandungannya juga rentan dan perempuan itu punya trauma setelah pernah keguguran, tetapi Jungkook masih saja bertingkah dan menggoda kakak yang usianya terpaut tiga tahun.

"Cepet minta maaf sama mbakmu!" Youngeun mendorong Jungkook yang ragu-ragu masuk ke rumah sang kakak.

"Ma, zaman kan sekarang udah canggih, aku minta maafnya lewat chat aja, deh," kata Jungkook seraya mengencangkan pegangan di kosen pintu. "Memanfaatkan teknologi yang ada."

Satu geplakan kembali mendarat di kepala belakang Jungkook. "Masuk!" sembur Youngeun. Akhirnya mau tidak mau lelaki itu menurut.

Power of anak bungsu sepertinya sudah tidak berlaku lagi untuk Jungkook. Kedudukannya kalah telak dengan calon cucu pertama yang masih di kandungan Sojung. Tahta tertinggi di keluarga Jeon sepenuhnya telah berpindah pada jabang bayi yang mukanya saja belum ada. Jadi, wajar saja orang tua yang kerap kali memanjakan dan menoleransi keisengan Jungkook, kini malah berbalik mengomel sampai memukulnya karena gemas.

"Ayo masuk!" Lagi-lagi Youngeun harus memekik supaya Jungkook mau mengikuti langkahnya masuk ke kamar putri sulungnya.

Begitu melihat kehadiran sang adik, Sojung langsung merengut diiringi tatapan tajam bak silet untuk Jungkook. Wanita itu sampai mengabaikan suapan apel penuh cinta yang Seokjin sodorkan padanya.

"Yang, ayo makan lagi," kata Seokjin.

"Mas, pukul dulu kepalanya," kata Sojung manja seraya menunjuk Jungkook.

"Heh, udah, ya!" teriak Jungkook panik. "Dua kali malah sama Mama."

"Udah, Mbak," kata Youngeun. "Jangan marah lama-lama, lagian kepala adik kamu udah benjol itu. Apa mau lihat langsung buktinya?"

"Nggak usah!" balas Sojung ketus sambil buang muka.

"Kamu udah makan nasi belum?" tanya Youngeun.

"Belum, Ma." Seokjin yang menjawab. "Dari semalam nggak mau, ini aja buah-buahan susah banget masuknya."

"Nggak selera, rasanya juga nggak ada yang enak."

"Padahal itu masakan aku, loh, Yang," sahut Seokjin dengan ekspresi memelas.

"Rasanya beda dari biasanya, Mas," keluh Sojung. "Aku pengin udang asam-manis Mama aja."

"Beneran mau?" tanya sang ibu antusias. "Mama bikinin, tapi janji harus habis, ya?"

"Iyaa," jawab Sojung.

"Bahan-bahan di kulkas ada?"

"Ada semua, Ma. Baru kemarin aku beli udang," sahut Seokjin.

Youngeun manggut-manggut dan langsung bersiap melipir ke dapur. Jungkook hampir mengekori sang ibu, tetapi wanita paruh baya itu segera mencegah. "Kamu di sini aja. Lagian, kamu masih punya urusan sama mbakmu, kan?"

Kedua bahu Jungkook menguyu. Dengan langkah lunglai, laki-laki itu berbalik dan duduk di sisi ranjang Sojung.

"Kenapa nggak dibawa aja, sih, Ma ini orang," protes Sojung.

Suara Hati Pak SuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang