11. Sepertinya Istriku Kerasukan Lagi

92 22 7
                                    

"Mas, aku gendutan, nggak, sih?" Sojung mematut diri di depan cermin besar yang menempel pada lemari, memperlihatkan bentuk tubuhnya dari samping.

Seokjin yang sedang membaca buku Panduan Lengkap Merawat Bayi 0-1 Tahun di kasur menoleh sebentar lalu hanya tersenyum meski Sojung menuntut jawaban.

"Ih, Mas, kok senyum doang. Jawab!" Sojung mengentak kaki seperti anak kecil. "Aku gendutan nggak?"

Kamu pikir aja sendiri, Yang. Hamil lima bulan mana mungkin nggak gendut!

Ingin sekali Seokjin menjawab seperti itu, tetapi apalah daya. Dia masih ingin memiliki kehidupan rumah tangga yang aman dan tenteram bersama Sojung.

"Eng ... enggak terlalu, kok, Sayang," jawab Seokjin akhirnya. "Udahlah, jangan ngaca terus, nanti kacanya insekyur sama kecantikan kamu."

"Enggak apanya! Berat badan aku tuh naik sepuluh kilo, terus jelas-jelas ini perut buncit begini," omel Sojung sambil membuka setengah bajunya, memperlihatkan perut berisi janin lima bulan.

"Y-ya maksudnya, kalau dibandingin sama bumil lain, itu tuh termasuk langsing, Yang," jawab Seokjin terbata.

"Jadi, maksudnya aku emang ada gendut-gendutnya?"

"Bukan gendut, cuma ... cuma ... buncit?"

Otomatis mata Sojung memelotot.

Duh, Gusti. Gini amat, sih, punya bini. Seokjin membatin frustrasi. Susah sekali jadi suami Sojung yang baik dan benar.

"Terus, menurut kamu, aku jelek karena buncit?"

"Kapan aku bilang gitu?" sahut Seokjin panik. "Lagian apa salahnya buncit? Kan kamu lagi hamil, wajar, dong. Lagian kamu ada-ada aja, sih, pake nanya gemuk apa enggak saat jelas-jelas ada bayi di perut kamu!"

"Kok kamu malah marah-marah, sih?" sembur Sojung. Dengan langkah cepat, wanita itu menghampiri sang suami lalu mengambil bantal dan dipukulkan ke bahu pria itu.

"Aku apa kamu yang tidur di luar?" katanya ketus.

"Ayolah, Yang, masa gini aja—"

"Oke, aku yang tidur di luar." Sojung mengambil bantal lain dan hendak beranjak pergi, tetapi Seokjin buru-buru melempar bukunya dan menahan Sojung.

"Ya udah aku, aku yang tidur di luar," katanya pasrah. "Dah, kamu bobo dulu sekarang. Udah malam."

Bisa bahaya kalau bumil satu itu terpikirkan pertanyaan-pertanyaan ajaib lagi.

"Aku keluar, ya."

"Iya, nggak usah masuk-masuk lagi!" teriak Sojung.

"Itu T-rex apa manusia," gumam Seokjin jengkel.

Setelah membentangkan karpet berbulu di ruang menonton, Seokjin langsung memilih tidur untuk meredam rasa kesal dan meraih kesabaran sebanyak-banyaknya agar mampu menghadapi tingkah aneh bin unik sang istri.

"Ya Tuhan, semoga abis Ayang melahirkan nggak sampai ada drama baby blues," mohon Seokjin dengan sangat. Baru membaca informasinya saja Seokjin sudah dibuat merinding.

Baby blues adalah kondisi mental dan emosi ibu yang kurang stabil sesaat setelah melahirkan. Katanya, ibu bisa mengalami stres parah, sedih dan menangis tanpa sebab, merasa tidak berdaya, dan minim kepercayaan diri. Ada pula kasus yang membuat ibu jadi suka marah-marah dan memandang sinis pada semua orang. Seokjin pikir, kalau sampai—amit-amit—terjadi pada Sojung, kemungkinan besar wanita itu akan makin mudah mengamuk. Kalau sudah begitu, mungkin bukan cuma Sojung yang akan baby blues, tetapi Seokjin juga.

"Aduh, amit-amit!" gumam Seokjin sambil mengetuk kepalanya dua kali. "Jangan sampai!"

"Amit-amit apaan?"

Suara Hati Pak SuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang