Hari ini adalah hari terakhir Sojung bekerja. Sejujurnya, wanita itu sangat sedih karena harus meninggalkan karier yang telah ia geluti selama tiga tahun belakangan. Selama aitu juga, Sojung menjadi sangat dekat dengan staf-staf hotel yang sudah seperti sahabat, bahkan keluarga.
"Harus banget, ya, Bu resign?" tanya salah satu pegawai resepsionis sembari memegang erat tangan Sojung. "Kenapa nggak cuti aja, sih?"
"Emangnya bisa cuti sampai enam bulan?" Sojung terkekeh-kekeh. "Saya juga sebenernya merasa berat ninggalin rutinitas saya selama tiga tahun ini, udah kebayang bosannya gimana kalau di rumah seharian selama enam bulan ke depan atau bahkan lebih. Tapi, mau gimana lagi, bayi saya adalah prioritas utama."
Karyawan yang lain hanya bisa mendesah berat sambil memandang sendu supervisor cantik baik hati yang kadang suka heboh, tetapi tidak jarang juga jadi makhluk paling galak di muka bumi.
"Semoga Ibu dan dedek bayinya sehat terus, ya. Kalau udah brojol, jangan lupa kasih kabar, biar kita-kita langsung nyerbu rumah Ibu."
"Iya iya, pasti saya kabarin." jawab Sojung di sela tawa.
"Bu, Jungkook udah datang," kata satpam yang baru saja bergabung.
"Loh, nggak dijemput Pak Seokjin?" sahut yang lain.
"Nggak," jawab Sojung masam sembari menyampirkan tas ke bahu. "Dia lagi dinas ke luar kota."
Setelah berpamitan, wanita itu lekas mengekori langkah satpam ke lobi. Di depan pintu, pria berjaket hitam dan sepatu boot berwarna senada tengah menunggu di atas motor.
Melihat sang adik, Sojung memelot dan mempercepat langkah hanya agar bisa segera memukul kepala belakang pria itu yang terlindungi helm full face. "Udah dibilang jangan pake motor. Tahu Mbak pake rok, perut udah gede juga, masih aja!"
Jungkook langsung mendesis sebal. "Aku mau langsung pergi lagi nanti. Masih mending aku jemput. Kalau nggak mau, naik taksi aja sana!"
Buk!
Satu pukulan kembali mendarat di kepala, membuat sang korban hanya bisa meringis tanpa memiliki daya untuk membalas ibu hamil tukang pukul yang sudah naik ke motor sport.
"Mbak aduin kamu ke Mama!" Sojung masih mendendam, belum puas kalau belum mengadu pada orang tua yang sejak tahu kabar kehamilannya jadi sangat memanjakan wanita itu, hal yang nyaris tidak pernah dia dapat lagi sejak Jungkook lahir dan dia dituntut menjadi kakak yang mandiri serta selalu berlapang dada untuk mengalah pada sang adik.
"Dasar tukang ngadu!"
Begitu memasuki halaman rumah orang tuanya, pandangan Sojung langsung tertuju pada motor Scoopy merah muda yang terparkir. "Loh, ada Eunha di rumah?"
"Lah, iya." Jungkook juga baru tahu.
Gadis berpipi tembam itu memang kadang mengunjungi ibu Sojung dengan alasan ingin belajar memasak roti pada pemilik toko rotinya langsung.
Sojung langsung turun, Jungkook mengikuti seraya melepas helm. Bumil itu langsung mengernyit dan memasang ekspresi meledek. "Katanya mau pergi? Sana pergi!"
"Suka-suka akulah," jawab Jungkook sambil memelet, lalu melipir ke dalam sambil meneriakkan nama Eunha.
"Boncel, ngapain lo ke sini?"
Buk!
Adegan yang menyambut Sojung begitu memasuki ruang tengah adalah pemukulan Eunha menggunakan loyang kosong pada bahu Jungkook.
"Jangan panggil-panggil gue boncel. Gue tuh termasuk tinggi, ya!" Mata gadis berambut bob itu memelot garang.
"Kalo dibandingin sama gue, lo tuh pendek. Makanya gue panggil boncel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati Pak Su
RomanceMemangnya cuma istri yang punya suara hati? Suami juga punya!