20 : Awan Hitam

181 25 5
                                    


Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Aawww ahhh... sakit Mond!"

"Teruslah merengek! Kau harus tetap melayani aku."

Begitulah cara Mond memaksa War untuk melayaninya. Dia merobek kasar pakaian yang melekat di tubuh War, tangan dia yang besar itu menarik pinggang War yang ramping. Dan dalam sekejap, bibir ranum War sudah dicium oleh Mond. Walaupun mereka belum menikah, tapi ini bukan pertama kalinya mereka berhubungan badan.

Hembusan nafas dia yang hangat penuh nafsu menyentuh leher jenjang War.

"Bantu aku melepas kancing kemejaku!" Perintah Mond menarik tangan War secara kasar, lalu diarahkannya ke dadanya yang sangat bidang. Dia melakukan ini untuk memastikan kepatuhan War. Jika dia tidak patuh, maka dia tidak punya pilihan lain untuk melakukan sex mereka secara kasar seperti pertama kali dia menodai War.

War tidak punya pilihan lain selain menurut, sembari melepas baju kemeja hitam Mond, Mond sendiri terus menciumi bahu putih mulus War hingga meninggalkan jejak kepemilikannya di sana sehingga membuat tubuh War meremang panas dan mau tidak mau membuat dia melayang ke awang-awang.

Malam semakin pekat, semakin panas pula permainan mereka diatas ranjang yang mulai berantakan.

"Ampun, ahh... sakit Mond..." War mengeluh sakit karena tadi pagi dia juga melakukan hubungan badan pada dengan War, tentu saja dengan permainan yang sangat kasar.

"Cukup Mond, aahhh sakit..." War sangat kesakitan karena Mond melakukannya dengan tempo yang sangat cepat. Jujur saja War kewalahan menahan serangan brutal darinya.

Plakkk, Mond menampar bokong sintal War dengan kuat sehingga kini memerah sudah bokong War dibuatnya. "Dengar sayang, kamu itu tunanganku yang sebentar lagi akan aku nikahi, jadi kamu harus melayani aku setiap saat, dan tidak boleh protes."

War ingin teriak dan memukulnya, tapi jika dia melakukannya, dia harus terima konsekuensinya. Bisa dipastikan anak buah Mond segera mengeksekusi keluarganya. Tidak bisa dia bayangkan keluarganya mati di depan matanya.

"Sayang, aku mencintaimu karena kamu cantik murni dan baik hati. Jadi jangan pernah mengkhianatiku, sebab aku tidak suka dikhianati!" Tandas Mond mengabaikan War yang tak menikmati sex ini, dia kesakitan.

Selagi mereka melakukan sex, handphone Mond berdering. Itu telepon dari EST. Dia angkat sekalipun dia kesal.

"To the point!" Perintah dia tak menghentikan sodokannya pada anal War. Gaya bercinta mereka doggy style.

Seketika itu juga Est bergidik ngeri. Sumpah, nada bicara Mond tidak ada manis-manisnya. Siapa juga yang tidak kesal di hubungi dalam keadaan seperti ini.

"Aku butuh bantuan!" Pinta Est panik, saking panik nya dia, suaranya sampai bergetar karena rasa paniknya bercampur aduk dengan rasa takut.

"Bantuan apa yang mau kamu minta? Apa kamu lupa, kalau saat ini aku di luar negeri!"

"Tapi kamu kan bisa memerintahkan bawahanmu!" Balas Est tahu perihal Mond yang ada di luar negeri. Dia sungguh butuh bantuan Mond.

"Katakan, kamu mau apa?" Ucap Mond sambil menyentuh dagu War dengan jarinya. Dagunya diremas dan dikecupnya. Kemudian dia mencium sebentar bibir ranum War yang sudah memerah tanpa menghentikan sodokannya dibawah sana.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia mati!" Jelas Est semakin panik, terlebih dua orang temannya semakin adu argumen perihal jasad yang terbujur kaku di ranjang tanpa sehelai benangpun.

Tell The World I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang