"Maksud mu War berada di tempat tunangannya?" Kesimpulan Anan setelah mendengar penjelasan dari Meen. Dia tidak menyangka Meen tetap mencari tahu tentang keberadaan War.Saat ini mereka sedang berada di ruang tengah, bicara sambil mengabaikan siaran televisi.
Meen mengangguk, sejauh ini dia belum mengatakan apapun perihal hal lainnya. Seperti War yang di kurung tanpa bisa kemana-mana.
Anan terdiam, sudah dia duga tapi dia tidak menyangka ternyata dugaannya benar.
"Apa kamu tahu dimana rumah tunangannya?" Dia memang belajar tuk melupakan War tapi bukan berarti dia membenci War.
"Mungkin Freen lebih tahu dariku!" Jawab Meen sebenarnya dia tahu dimana rumah Mond. Dia hanya tidak ingin Anan pergi ke sana, takut Anan kenapa-kenapa. Mond itu Mavia. Jadi harus berhati-hati jika berusan dengan dia.
"Benar juga, kenapa aku bisa lupa hal itu..." Cetus Anan ingat kalau Freen jauh lebih mengenal War dibandingkan dengan dirinya.
Setelahnya Anan segera beranjak dari tempat duduknya, dia ingin menemui Freen.
"Tunggu sebentar, kamu mau kemana?" Pertanyaan Meen terhadap Anan yang sudah berjalan menuju pintu.
Terdengar decakan kesal dari Meen, Anan tak menggubris dia.
"Tara, mie rebus ala Perth Tanapon sudah jadi..." Seru Perth sumringah membawa tiga mangkok mie hasil tangannya.
Di luar hujan lebat, jadi waktunya makan mie.
Meen tersenyum menoleh ke arah Perth yang sedang meletakkan mie rebus di meja ruang tengah, depan televisi.
"Abang Anan mana kak?" Tanya Perth sudah mendaratkan bokongnya di sisi Meen.
"Pergi keluar," Jawab Meen menghadirkan tanda tanya besar di wajah Perth, pasalnya dia yang tadi ngotot ingin makan mie rebus. Tapi giliran sudah jadi, dianya malah pergi.
Baik Meen maupun Anan, mereka tidak pernah cerita tentang War kepada Perth sehingga Perth tidak tahu apapun mengenai War. Perth hanya tahu Anan galau karena ditinggal oleh kekasihnya, itupun dia tahu dari Aom. Dan hanya sebatas itu.
Cup!
Meen mengecup singkat pucuk kepala Perth, "Berapa buah campus yang adek lamar?""Tiga," Jawab Perth singkat sambil mengaduk-aduk mie, begitu juga dengan Meen.
"Apa aja? Ada kampus kakak gak?"
"Ada! Kan memang itu pilihan utama adek bersama kak Gulf... Doain adek dan kak Gulf lulus di sana ya kak... Kan kita bisa jadi bareng ke kampusnya. Belajar bareng serta makan siang bareng," Ucap Perth semangat membuat Meen tersenyum tipis mendengarnya.
"Pasti! Walaupun nanti adek tidak lulus di sana, kakak akan minta Daddy untuk bicara dengan pemilik kampus supaya adek bisa kuliah di sana."
Perth merungut, "Tapi adek gak mau pakai jalur orang dalam kakak... Adek ingin lulus dengan kemampuan adek sendiri!"
Meen mengulum senyum, bibir ranum Perth yang maju membuat dia gemes.
"Iya... Kan kalau adek gak lulus..."
"Apaan sih, awas saja jika adek tahu kalau kakak menggunakan orang dalam untuk membuat adek kuliah di sana. Jika adek tahu, hubungan kita berakhir!" Ancam Perth tidak main-main.